Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

6 Alasan Kenapa Kehidupan Perempuan Jepang Begitu Keras

Kita harus lebih banyak bersyukur

Zahra Ramadhani

Hidup selalu memberimu pilihan, mau senang ataupun susah pastinya harus kamu hadapi. Mengeluh sedikit juga boleh kok, tapi, nggak perlu deh berlebihan, kecuali kamu adalah perempuan Jepang. Memangnya kenapa sih dengan perempuan Jepang? Hmmm, menarik bukan?

Pengaruh budaya kerap kali membuat kita bertingkah sesuai dengan tempat di mana kita tinggal atau dibesarkan. Bagaimana budaya mengatur segala tatanan yang ada di dalam masyarakat dan bagaimana budaya membuat kita benar-benar tahu hal apa yang harus dilakukan atau tidak. Di Jepang, pengaruh dari tradisi atau adat tradisional masih sangatlah terasa dan kental sekali. Nggak ada satu orang pun yang sepertinya ingin memutus tradisi yang ada bahkan justru dipelihara hingga akhirnya turun-temurun sampai sekarang ini. Yuk simak selengkapnya seperti apa sih perempuan Jepang menjalani kehidupannya.

1. Punya posisi yang nggak setara dengan laki-laki bahkan dimulai dari lingkup keluarga

detik.com

Meski terdapat konstitusi di Jepang yang mulai diadopsi pada tahun 1947 soal kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, kebanyakan keluarga di sana tetap menjunjung tinggi patriarki, lho. Anak-anak perempuan diperlakukan secara berbeda karena dalam agama Budha atau agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Jepang, percaya bahwa untuk dapat mencapai nirwana, seorang perempuan perlu diubah menjadi pria dan satu-satunya cara untuk mencapai itu adalah melalui penderitaan untuk bisa menebus dosa-dosanya. Apalagi saat telah menikah nanti, hak seorang perempuan jadi lebih sedikit karena satu-satunya pekerjaannya adalah melahirkan dan membesarkan anak laki-laki.

2. Berekspresi nggak cukup umum untuk perempuan Jepang

pond5.com

Apa sih aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pasangan-pasangan yang menjalin kasih? Pergi nonton bioskop dan makan di malam Minggu, sudah pasti, tapi nggak untuk perempuan Jepang. Bagaimana seorang laki-laki memperlakukan seorang perempuan Jepang sangatlah jauh dari kata romantis. Perempuan Jepang akan lebih senang ketika dilamar oleh sang pujaan hati sesegera mungkin karena dengan begitu, orang lain akan memandangnya sebagai perempuan seutuhnya.

3. Beberapa hal dilarang sampai nggak bisa jadi diri sendiri

dok.internet

Beberapa budaya hasil turun-temurun di Jepang membuat seorang anak perempuan nggak bisa melakukan beberapa hal meski sebenarnya hal tersebut sangat ingin ia lakukan. Mulai dari nggak memperlihatkan diri ketika sedang mengunyah atau menunjukkan gigi saat makan karena malu, nggak makan ketika kencan pertama dengan seorang laki-laki, sampai bersuara sepemalu mungkin agar terlihat seperti perempuan normal karena kalau tidak mereka akan dianggap kasar. Cukup ribet dan kompleks, bukan?

4. Dipandang rendah dan harus jadi ibu rumah tangga setelah menikah

kyotokimono-rental.com

Pekerjaan seorang perempuan Jepang yang telah menikah, tentunya adalah seorang ibu rumah tangga. Laki-laki di sana berharap bahwa ketika mereka pulang kerja mereka hanya perlu beristirahat dan nggak punya tanggungan apa pun lagi seperti tugas-tugas di rumah. So, perempuan lah yang harus melakukan segalanya agar rumah tetap dalam keadaan bersih dan terawat.

Nggak cuma itu, perempuan Jepang di dalam sebuah ungkapan, dipandang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki yang harus dihormati. Hal ini berlaku pula bagi pasangan suami istri. Seorang laki-laki Jepang yakin bahwa tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang suami berakhir ketika ia dapat memberi istrinya uang dan juga tempat tinggal. Intinya, perempuan nggak akan pernah bisa menang kalau harus melawan laki-laki.

5. Mengurus anak dan segala pekerjaan rumah tanpa mengenal lelah

kompas.com

Laki-laki Jepang dapat bekerja selama 12 jam lebih dalam sehari sehingga di balik itu semua seorang perempuan lah yang amat besar perannya dalam mengurus berbagai hal lain. Utamanya adalah merawat seorang anak. Seorang perempuan Jepang yang telah menjadi seorang ibu akan selalu bersama dengan anak-anak mereka ke sana dan kemari karena di Jepang, orang nggak memasukkan anak-anak mereka yang berusia di bawah 5 tahun ke taman kanak-kanak.

Bahkan, mereka akan tidur bersama karena nggak jarang pria Jepang perlu tidur terpisah agar dapat beristirahat dengan nyenyak dan bangun bugar keesokan harinya untuk kembali bekerja.

6. Bercerai adalah hal yang mustahil sehingga hanya beberapa saja yang bisa bercerai

Pixabay.com/TĂș Anh

Banyak perempuan Jepang mengalami kekerasan di dalam rumah tangga mereka. Tapi, mereka sama sekali nggak memiliki pikiran untuk mengadukannya pada polisi atau bahkan menceraikan pasangan mereka. Karena pekerjaan mereka yang kebanyakan adalah seorang ibu rumah tangga, mereka jadi lebih tergantung kepada para lelaki, terutama perkara finansial. Perempuan Jepang takut nggak akan bisa menyediakan cukup uang untuk penghidupan bagi dirinya sendiri juga anak-anaknya pasca perceraian.

Gimana, mau stop mengeluh dan mulai bersyukur? Yuk jalani hari dengan senyuman dan cobalah untuk selalu berpikir positif. Meski sepertinya hidup sering memberimu kesulitan dan terkesan nggak adil. Kamu hanya perlu tahu bahwa segalanya akan terlewati, Bela.

TOPIC

IDN Media Channels

Latest from Single