Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

10 Langkah yang Perlu Dilakukan untuk Memperbaiki Toxic Relationship

Bisa diperbaiki, asal penuhi syaratnya

Andhina Effendi

Kamu mungkin sudah tak asing dengan istilah “toxic relationship”, namun jangan menormalisasikan keadaan seandainya kamu berada dalam hubungan seperti itu.

Toxic relationship terjadi ketika orang terjebak dalam hubungan dengan pola atau siklus yang merusak, baik secara emosional maupun fisik. Dalam sebuah hubungan romantis, ketertarikan fisik dan seksual bisa sangat kuat, sehingga bisa membuat orang tetap bertahan dalam hubungan tersebut, meski sebenarnya toxic alias tak baik untuk dirinya sendiri.

Bisakah toxic relationship diperbaiki? Bisa saja, tapi tentu memerlukan perubahan yang signifikan dari kedua belah pihak. Selain itu, keduanya juga harus sama-sama bisa menerima dan memaafkan.

Berikut ini adalah 10 langkah yang bisa kamu lakukan untuk memperbaiki hubungan yang toxic.

1. Pahami dulu apakah hubungan tersebut bisa diperbaiki atau tidak

Pexels.com/Viktoria Slowikowska

Ya, toxic relationship bisa berubah, tapi itu jika kamu dan pasangan sama-sama berkomitmen untuk mengubah siklus toxic tersebut. Kamu bisa saling terbuka, saling jujur, saling melakukan refleksi diri, dan saling bekerja sama. Kamu dan pasangan perlu bicara dari hati ke hati tentang apa yang menyebabkan hubungan kalian itu toxic, atau punya pengaruh buruk bagi masing-masing pihak.

Jika kamu tidak melihat adanya perbaikan, maka bisa saja keburukan dalam hubungan sudah terlalu besar hingga tak bisa diperbaiki. Selain itu, pahami juga dalam hubungan yang melibatkan kekerasan fisik, biasanya akan sulit diubah atau diperbaiki. Kamu sudah sewajarnya minta bantuan dari orang lain jika mengalami hal ini.

2. Bersiap untuk keluar dari hubungan

Pexels.com/Cottonbro

Banyak orang yang bertahan dalam toxic relationship, karena mereka tak berani untuk menjadi sendiri dan keluar dari hubungan tersebut. Apabila kamu ingin memperbaiki hubunganmu dengan pasanganmu yang toxic, maka kamu harus siap untuk meninggalkan hubungan seandainya tak ada perbaikan dari pasangan. Jika kamu tidak melakukannya, pasangan bisa saja tak mengubah sikapnya dan kamu pun akan kembali ke siklus toxic yang sama.

3. Lihat apakah hubungan kamu punya ABCD

www.freepik.com

Kamu bisa melihat apakah hubungan kamu toxic atau tidak dengan melihat apakah ada ABCD, yaitu accusation (tuduhan), blame (menyalahkan), criticisms (kritikan), dan demand (tuntutan). Jika kamu kerap mendapatkan keempat hal tersebut dari pasangan, maka sudah saatnya kamu bicara padanya dan minta bantuannya untuk bekerja sama demi menyudahi siklus toxic tersebut.

Bisa juga, jangan-jangan kamu yang sering melakukan itu pada pasangan. Kamu bisa menyadari ABCD tersebut saat kamu berargumen dengan pasangan. Sangat penting untuk memahami, bahwa kamu dan pasangan bukanlah lawan, justru kalian harus bisa bersama-sama memperbaiki masalah komunikasi yang ada.

4. Jangan ragu gunakan suaramu

Pexels.com/Avonne Stalling

Sering kali dalam sebuah toxic relationship, kamu enggan menyuarakan pendapatmu, karena tak mau membuat pasangan tersinggung atau kamu lebih baik setuju pada apa yang dia katakan agar dia senang. Tanpa kamu sadari, sikap kamu yang seperti itu justru membuat hubungan kalian menjadi toxic.

Jika kamu merasa kesal atau kecewa, ungkapkan ke pasangan, jangan diam saja dan menutupi perasaanmu yang sesungguhnya. Sebaliknya, cobalah untuk berpikir dengan tenang, lalu ungkapkan apa yang kamu pikirkan. Belajarlah untuk menyuarakan hatimu, Bela. Tentu dengan cara yang baik, ya, tak perlu marah-marah.

5. Mulailah punya ruang sendiri

Unsplash.com/Joshua Rawson

Ada pula hubungan toxic di mana satu orang sering mengabaikan keinginan dan kebutuhannya sendiri. Semua yang mereka lakukan adalah demi pasangannya. Apakah itu artinya kamu lebih sering hang out bareng teman-temannya, kamu ikuti semua kegiatan dan hobinya padahal sebenarnya kamu tak suka, serta banyak contoh lainnya.

Sekarang, saatnya kamu punya ruang sendiri. Berada dalam hubungan bukan berarti kamu harus terus bersama si dia. Ada saatnya kamu juga harus melakukan apa yang kamu inginkan, penuhi kebutuhanmu, ambil waktu untuk setidaknya jauh dari si dia. Me time itu penting, Bela, bagi siapa pun.

6. Cari bantuan

Freepik.com

Seandainya kamu merasa sudah tak sanggup dengan hubungan toxic yang kamu jalani, namun bingung harus bagaimana, maka tak ada salahnya kamu mencari bantuan. Bicarakan dengan orang terdekatmu, sahabat, orangtua, bahkan kamu juga bisa meminta bantuan profesional, seperti psikolog. Jangan biarkan dirimu bergulat dengan masalahmu sendiri, orang-orang terdekatmu pasti akan dengan senang hati membantu, kok.

7. Belajar untuk percaya diri sendiri dan bulatkan tekad

Unsplash.com/Joshua Rawson

Tak jarang dalam hubungan toxic terjadi yang namanya gaslighting, yaitu bentuk manipulasi psikologis di mana seseorang diam-diam menabur benih keraguan dalam diri orang lain. Jika kamu memiliki pasangan yang melakukan hal ini, kamu pada akhirnya meragukan penilaian diri sendiri dan akhirnya merasa rendah diri.

Untuk keluar dari siklus toxic itu, yang harus kamu lakukan adalah belajar untuk percaya diri sendiri. Kamu bisa mulai dengan menuliskan jurnal, tentang ketidakkonsistenan dari apa yang dikatakan si dia padamu, dengan kenyataan yang kamu alami. Ketika kamu merasa percaya diri dan tidak meragukan pendapatmu, maka dia akan sulit melakukan gaslighting padamu.

8. Bersama-sama cari cara lebih sehat untuk mengutarakan kritikan

https://www.pexels.com/@cottonbro

Tak ada yang salah dengan kritikan, asal dilakukan dengan baik dan memang kritik itu digunakan untuk mengembangkan diri. Tapi lontaran kritik yang hanya dilakukan untuk merendahkan diri atau untuk mempermalukan pasangan, bisa membuat hubungan menjadi toxic.

Untuk satu hal ini, kamu dan pasangan harus bisa bersama-sama mencari cara yang lebih sehat untuk mengutarakan kritikan. Dorong diri kalian untuk menciptakan dialog membangun, di mana kamu dan dia tak hanya saling memberi komentar, tapi juga saling mendengarkan.

9. Ada kalanya kamu harus melakukan percakapan yang tak nyaman

Freepik

Apakah kamu sering melontarkan ‘white lies’ pada pasangan? Kamu lebih baik bicara bohong daripada menyakiti perasaannya atau kamu selalu mengalah daripada harus berargumen dengannya.

Kadang, ada kalanya kamu harus melakukan percakapan yang tak nyaman dengan pasangan. Sebuah hubungan yang sehat memerlukan kejujuran dan percakapan harus terjadi dua arah. Apabila kamu tergoda untuk berbohong demi kebaikan, coba pikirkan seandainya kamu bicara jujur, apa yang akan terjadi? Mungkin dia akan kesal atau mungkin juga reaksinya tak seburuk yang kamu pikir, tapi tentunya akan lebih baik kamu jujur daripada berbohong, bukan?

Jika kamu ingin keluar dari hubungan toxic, maka mulailah untuk berlatih komunikasi yang efektif tanpa harus berbohong. Jangan sampai kebohongan kecil kamu lama kelamaan berubah menjadi besar dan akhirnya tak terkontrol.

10. Jangan menghindari konflik

Pexels.com/Daisy Anderson

Dalam toxic relationship, biasanya ada pola di mana emosi dan konflik terjadi tanpa adanya solusi yang berarti. Pasangan cenderung membiarkan konflik terjadi, lalu berjalan menjauhinya tanpa membicarakannya hingga tuntas.

Kebiasaan menghindari konflik bisa membuat perasaan, kebutuhan, dan keinginan dari masing-masing orang tak terpenuhi. Konflik tak selamanya buruk, hanya kamu dan dia perlu membicarakannya hingga benar-benar tuntas. Jangan sampai ada dendam atau kekesalan yang terpendam, karena konflik tak benar-benar diselesaikan.

Memperbaiki toxic relationship bukanlah hal yang mudah, tapi mungkin bisa dilakukan dengan kerja keras dari kedua belah pihak. Ingatlah, bahwa kamu berhak memiliki hubungan yang sehat, bahagia, dan bisa membuatmu merasa senang.

IDN Media Channels

Latest from Dating