Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Apa Itu Nikah Mut'ah? Ini Arti dan Hukumnya dalam Islam

Sempat dihalalkan oleh Islam

Puspita Ramadhani

Selain nikah siri, tentu kamu pernah mendengar istilah kawin kontrak atau nikah mut'ah. Selama ini banyak orang yang mengetahui bahwa nikah kontrak adalah nikah dengan batas waktu.

Memang, hal tersebut tidaklah salah. Akan tetapi, bagaimana hukum nikah mut'ah itu sendiri, apakah serupa dengan nikah siri? Nah, jika kamu penasaran, simak penjelasannya di bawah ini, ya!

Pengertian kawin kontrak

pexels.com/deesha-chandra

Kawin kontrak memiliki banyak nama lain, sepeti nikah sementara (nikah muaqqot) atau nikah terputus (nikah munqot hi'). Jadi, bisa diartikan bahwa nikah mut'ah adalah nikah dalam tenggat waktu tertentu, satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, dan seterusnya. 

Fenomena ini banyak ditemukan di Indonesia. Biasanya, mereka yang melakukan kawin kontrak adalah para pelancong yang datang untuk menetap sementara di Indonesia dan melakukan kawin kontrak dengan perempuan setempat selama laki-laki tersebut berada di Indonesia.

Sejarah kawin kontrak dalam Islam

pexels.com/yan-krukov

Nikah mut'ah pada awalnya dihalalkan dalam Islam. Akan tetapi, Rasulullah menjadikan itu haram di kemudian hari. Apa alasannya?

Dari Sabroh Al Juhaniy radhiyallahu 'anhu , ia berkata.

"Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah memerintahkan kami untuk melakukan nikah mut'ah pada saat Fathul Makkah ketika memasuki kota Makkah. Kemudian sebelum kami meninggalkan Makkah, beliau pun telah melarang kami dari bentuk nikah tersebut. 

Kami menetap selama 15 hari (kira-kira antara 30 malam atau 30 hari). Awalnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan kami untuk melakukan nikah mut'ah dengan perempuan. Kemudian aku melakukan nikah mut'ah. Sampai aku keluar Mekkah, turunlah pengharaman nikah mut'ah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Muslim No. 1406)

Mengapa saat itu diperbolehkan? Sebab, masa-masa itu merupakan masa peralihan dari zaman Jahiliyah. Sehingga, sebagaimana masa peralihan, maka masih memerlukan beberapa penyesuaian. 

Di zaman Jahiliyah, perempuan hanyalah dijadikan sebagai objek pemuas nafsu. Oleh sebab itu, dibandingkan melakukan zina lebih baik kala itu diperbolehkan nikah mut'ah. 

Hukum nikah mut'ah menurut agama dan negara

pexels.com/melike-benli

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa Rasul mengharamkan nikah mut'ah. Tidak hanya merugikan pihak perempuan, kawin kontrak juga dinilai tidak mengandung unsur-unsur dan keutamaan menikah, seperti yang telah diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan:

  1. Tidak memenuhi tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal, karena hanya bersifat singkat dan sementara.
  2. Tidak dilakukan menurut hukum masing-masing agama atau tidak sesuai dengan aturan Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai aturan pernikahan agama Islam.
  3. Tidak melalui pencatatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, tujuan utama menikah adalah mencari rahmat dan rida Allah SWT sehingga bernilai ibadah. Sedangkan, kawin kontrak tidak bertujuan untuk melaksanakan ibadah, namun hanya sebagai cara menyalurkan nafsu seksual semata.

Nah, sudah tahu kan apa itu nikah mut'ah, beserta arti dan hukumnya? Jadi kesimpulannya, baik secara agama Islam maupun negara, keduanya sepakat mengharamkan adanya nikah mut'ah. Hal ini telah ditegaskan dalam fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang dikeluarkan pada 25 Oktober 1977. 

IDN Media Channels

Latest from Married