Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Arti Ghosting, Kenapa Orang Melakukannya, dan 6 Cara Menyikapinya

Berhenti menyalahkan diri sendiri saat kamu jadi korban

Andhina Effendi

Kamu sedang menjalani pendekatan atau sebuah hubungan dengan seseorang. Tiba-tiba, tanpa peringatan apa-apa, dia menghilang. Tidak ada telepon, tidak ada pesan, tidak ada pembicaraan apa-apa di media sosial, bahkan dia tidak merespons semua pesanmu. Kamu juga tahu dia sebenarnya masih hidup dan menghilang bukan karena ada keperluan keluarga mendesak. Dia hanya tiba-tiba mengakhiri hubungan, tanpa memberi penjelasan padamu. Jika kamu mengalami hal tersebut, itulah yang dinamakan ghosting.

Arti Ghosting sebenarnya tidak hanya untuk mereka yang sedang berkencan. Ghosting bisa terjadi saat kamu secara kasual dekat dengan seseorang, atau bisa juga dalam hubungan pertemanan dan hubungan pekerjaan.

Apakah kamu penasaran, mengapa mereka melakukan ghosting? Lalu bagaimana kamu harus menyikapinya saat kamu menjadi korban ghosting. Simak penjelasannya di bawah ini.

Kenapa orang melakukan ghosting?

Pexels.com/Jessica Ticozzelli

Alasan seseorang melakukan ghosting bisa macam-macam. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

  • Rasa takut. Takut akan ketidaktahuan atau fear of the unknown adalah hal wajar bagi manusia. Dia mungkin memutuskan untuk mengakhiri hubungan, karena dia takut memulai hubungan yang lebih jauh atau takut jika nantinya ada perpisahan.
  • Menghindari konflik. Dia yang melakukan ghosting mungkin sebenarnya ingin berpisah, tapi khawatir dengan drama dan konflik. Bagi dia, lebih baik pergi tanpa penjelasan, daripada harus melewati konflik berkepanjangan.
  • Kurang bertanggung jawab. Jika kamu baru saja dalam tahap pendekatan dengannya atau kenal dengan orang baru yang tiba-tiba ghosting, dia mungkin merasa tak perlu menjelaskan apa-apa saat pergi darimu. Baginya, tak ada keharusan untuk memberi penjelasan padamu, karena dia merasa hal itu bukan hal besar.
  • Self-care. Bisa jadi, dia merasa hubungan denganmu adalah hubungan yang toxic. Sehingga dia memilih keluar dari hubungan secara tiba-tiba, untuk kebaikan dirimu. Tidak ada salahnya melakukan refleksi diri jika hal ini yang terjadi.

Kenapa ghosting itu menyakitkan?

Pexels.com/Kay Jayne

Bagi orang yang melakukan ghosting, mereka mungkin merasakan manfaatnya. Mereka tidak perlu menghadapi konflik, tidak perlu memberi penjelasan, dan tidak perlu menghadapi perasaan orang lain. Para ghoster bisa dengan mudah menghindari situasi yang tak nyaman dan drama yang mungkin muncul.

Tapi bagaimana dengan mereka yang menjadi korban ghosting? Tentu saja rasanya menyakitkan. Mereka tak dapat closure dan tak dapat penjelasan. Mereka kerap bertanya-tanya dan menyalahkan diri. Pada akhirnya, korban ghosting selalu merasa cemas, khawatir, dan akhirnya insecure dengan dirinya sendiri.

Ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan saat menjadi korban ghosting.

1. Beri batasan waktu

Pexels.com/Cottonbro

Sudah berapa lama dia tak memberi kabar? Kamu tak bisa terus-terusan menunggu. Sudah saatnya kamu berikan batasan waktu. Misalnya, kamu kirim pesan padanya, bahwa kamu akan memberinya waktu satu bulan, jika dia tidak juga menghubungimu, maka kamu bisa berasumsi bahwa hubungan kalian telah berakhir. Ini mungkin terkesan ‘keras’, tapi ini adalah cara supaya kamu dapat closure.

2. Jangan langsung menyalahkan diri sendiri

Pexels.com/John Rae Cayabyab

Seringnya, seorang korban ghosting akan menyalahkan dirinya sendiri. Apakah aku kurang menarik? Kurang perhatian? Terlalu banyak bicara? Atau lainnya. Tidak ada bukti bahwa dia pergi karena dirimu. Kebanyakan hal itu terjadi, karena diri mereka sendiri. Mereka yang belum siap atau mereka yang memang tak dewasa. Jadi berhentilah menyalahkan diri sendiri dan buang semua pikiran negatif tersebut.

3. Buang semua benda-benda kenangan

Pexels.com/Lisa Fotios

Jangan menyakiti diri sendiri dengan masih menyimpan fotonya. Unfollow atau blokir dia di semua media sosial kamu. Jika dia memang ingin memutuskan komunikasi denganmu, maka kamu juga harus melakukan hal sama. Buang semua benda-benda kenangan bersama si dia dan kamu pun akan lebih cepat move on.

4. Fokus pada dirimu sendiri

Pexels.com/Mellamed

Sekarang saatnya kamu fokus pada dirimu sendiri. Lakukan refleksi diri, cari kegiatan yang membuat kamu senang, dan pastikan menjaga kesehatan, bukan hanya secara fisik tapi juga mental. Kamu bisa memulai yoga atau meditasi untuk menenangkan pikiran, misalnya.

5. Luangkan waktu dengan teman dan keluarga

freepik.com/angel.nt.111

Tak ada salahnya membicarakan hal ini pada teman dan keluarga. Utarakan kesedihanmu dan minta mereka untuk menemanimu di masa-masa sulit. Tapi setelah curhat, jangan lagi terngiang-ngiang atau terus-menerus bicara soal si dia, ya. Kamu cukup menikmati waktu bersama teman dan keluarga yang menyayangimu dengan tulus. Dengan begitu, kamu akan merasa bahwa masih banyak orang yang sayang padamu dan kamu tak butuh kehadirannya.

6. Let it go

Pada akhirnya, kamu harus mengikhlaskan si dia. Kamu mungkin masih mengharapkan closure, tapi bisa jadi kamu tidak akan pernah mendapatkannya. Jadi sebaiknya, kamu sudah mulai melepaskan semua emosi itu dan lupakan si dia. Lebih cepat lebih baik.

Menjadi korban ghosting memang tidak menyenangkan, terasa menyakitkan, dan kadang sulit membuat kita move on. Namun penting untuk diingat bahwa jika melakukan ghosting padamu, maka dia tidak pantas ada di dalam hidupmu.

IDN Media Channels

Latest from Dating