Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

5 Kesaksian Hidup di Korea Utara: Miris hingga Horor

Siapkan tisu dan mentalmu, ya!

Mariana Politton

Dunia memang menyaksikan adanya perubahan positif kepemimpinan, yang ditunjukan oleh Kim Jong Un selaku supreme leader untuk Korea Utara. Salah satunya, ia dapat secara terbuka berjabat tangan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae In dalam program yang disepakati.

Akan tetapi, dunia patut memahami bahwa perubahan tersebut tidak membuat Korea Utara menghentikan aksinya dalam melakukan beberapa kegiatan yang dianggap tidak manusiawi. Termasuk perihal kebijakan yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat.

Terbukti, masih terekam di benak para pembelot Korea Utara, jejak kehidupan masyarakat di Korea Utara yang terbilang miris hingga horor. Seperti apa saja?

1. Jang Se Yul: tidak bisa menikmati hiburan

nytimes.com

Dengan sistem pemerintahan yang menganut nilai kediktatoran, Korea Utara diketahui memberlakukan batasan-batasan yang terbilang memaksa dan tidak masuk akal. Hal ini diakui oleh Jang Se Yul, pembelot Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan.

Sebelum keberhasilannya meninggalkan negara tersebut, Jang Se Yul mengungkapkan bahwa ia tidak dapat menikmati hiburan secara leluasa. Salah satunya, Jang Se Yul menceritakan kepada NY Times bahwa ia hanya bisa menonton film-film impor secara ilegal, diam-diam dan sangat berhati-hati. Hukuman berat dapat ditanggungnya jika ketahuan.

2. Jang Myu Jin: mengalami kelaparan

pinknews.co.uk

Siapa yang menyangka bahwa keputusan Jang Myu Jin melarikan diri dari Korea Utara ke Korea Selatan, memberi perubahan hidup yang lebih baik. Selain menjadi seorang Youtuber yang cukup terkenal, Jang Myu Jin mengalami peningkatan kondisi keuangan.

Yup, melalui akun You Tube pribadinya yang dikenal dengan ciri khas "A North Korean Man, Tango," Jang Myu Jin mengungkapkan bahwa alasannya dan keluarga keluar dari Korea Utara karena masalah kemiskinan dan kelaparan yang dapat merenggut nyawa warga.

Salah satu cerita yang menyedihkan adalah cinta pertamanya dan teman sekolahnya, turut menjadi dua korban jiwa kelaparan yang terjadi di negara tersebut pada 1998. Dalam penyesalan, ia membayangkan jika saja mereka ikut melarikan diri bersamanya.

3. Yeonmi Park: makan serangga untuk hidup

nypost.com

Sebagaimana yang kamu ketahui, masalah ekonomi Korea Utara membuat negara terus mengalami kemiskinan dan kelaparan. Keadaan tersebut turut dialami oleh Yeonmi Park, seorang pembelot Korea Utara yang berhasil melarikan diri pada 2007.

Dalam wawancara eksklusif bersama New York Times, Yeonmi Park menceritakan kisah mirisnya bahwa kelaparan sempat memaksa dirinya harus mengonsumsi serangga untuk kelangsungan hidup. Hal tersebut sungguh membuatnya dan keluarga cukup putus asa.

4. Ryu Hyeon Woo: keluarga dijadikan sandera

nknews.org

Kondisi Korea Utara yang sangat meresahkan, turut mendorong para pejabat negara melarikan diri dari negara tersebut. Salah satunya adalah Ryu Hyeon Woo, seorang mantan duta besar Korea Utara untuk Kuwait yang melarikan diri bersama keluarga kecilnya ke Korea Selatan pada 2019.

Sebelum keberhasilan tersebut, Rye Hyeon Woo mengaku bahwa dirinya merasa sangat tidak nyaman bekerja untuk negara tempat kelahirannya. Pasalnya, seorang diplomat yang ditempatkan di luar negeri seringkali dipaksa untuk meninggalkan keluarganya.

Bahkan, tahukah kamu? Anak dan keluarga lebih lanjut dijadikan sebagai sandera untuk memastikan kesetiaan orangtuanya untuk tidak membelot atau melakukan hal-hal yang merugikan negara. Dengan kata lain, keselamatan diri dan keluarga ikut terancam.

5. Jihyun Park: mengalami penyiksaan di penjara

bbc.co.uk

Kemiskinan dan kelaparan menjadi dua dari banyaknya faktor yang meyakini Jihyun Park untuk melarikan diri dari Korea Utara. Ia pun merealisasikannya dengan mengambil jalur melalui Tiongkok. Sayangnya, pada 2004, Jihyun Park tertangkap dan dideportasi kembali.

Setibanya di negara tempat kelahirannya tersebut, Jihyun Park langsung dijebloskan ke dalam Kamp kerja paksa. Di sana, ia harus menerima beragam penyiksaan dan penganiyaan yang melebihi batas kemampuan manusia.

Tidak hanya itu, kondisi kamp yang tidak layak huni membuatnya menderita penyakit gangrene atau kondisi matinya jaringan tubuh akibat tidak mendapat pasokan darah. Ia mengaku nyaris meninggal dan tidak dapat bekerja, namun kemudian ia pun dibebaskan.

Menyedihkan sekali, bukan? Siapa yang menyangka bahwa kehidupan masyarakat di Korea Utara memang sungguh tidak manusiawi. Semoga kebebasan masyarakat di sana suatu hari tercapai.

IDN Media Channels

Latest from Working Life