Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Review 'Jailangkung: Sandekala': Kala Keluar Petang Datangkan Petaka 

Apakah kamu percaya dengan mitos ini?

Zikra Mulia Irawati

Ternganga. Begitulah ekspresi wajah saya ketika selesai menonton Jailangkung: Sandekala garapan Kimo Stamboel ini. Meski dengan rating 13+, ciri khas film garapannya masih terselip dengan apik: mencekam, sadis, dan, ya, berdarah-darah.

Gelenyar ngeri seolah menjadi "after taste" yang tak mudah hilang usai menyaksikannya. Namun, jauh di lubuk hati, saya senang karena film yang dibintangi Titi Kamal, Dwi Sasono, Syifa Hadju, dan Muzakki Ramdhan ini membawa saya ke dalam sebuah perjalanan yang seru. Tak sekadar horor, Jailangkung: Sandekala turut mengusung genre thriller, sedikit gore, dan kekeluargaan.

"Saya berharap dari film ini, memang nggak hanya sekadar menjual jump scare. Tapi juga psikologi, adventure, thriller. (Semoga) bisa dinikmati seluruh keluarga," kata Dwi Sasono.

Angkat mitos legendaris

twitter.com/WatchmenID

Mitos larangan untuk keluar rumah saat waktu Magrib tiba memang bukan hal yang baru. Rawan diculik oleh lelembut, katanya. Larangan ini pun telah dipercayai dari generasi ke generasi.

Namun, penggabungan dengan mitos lainnya, yaitu jailangkung, rupanya menjadi sebuah kombinasi segar yang dieksplor lebih jauh oleh tim produksi Jailangkung: Sandekala. Konflik dimulai saat keluarga Adrian (Dwi Sasono) yang beranggotakan Sandra (Titi Kamal), Niki (Syifa Hadju), dan Kinan (Muzakki Ramdhan) yang tengah berlibur ke sebuah waduk.

edited by Zikra Mulia

Sudah tahu malam hampir tiba, Kinan justru makin masuk ke dalam area hutan. Saat panik, arahnya kian tak karuan hingga akhirnya ia menemukan sebuah boneka jailangkung. Ia lantas memegangnya karena penasaran. Namun, ia langsung hilang tanpa jejak tersedot sebuah lubang misterius.

Bikin tahan napas!

Seperti film lain yang telah digarapnya, Kimo berhasil membawa penonton ke dalam sebuah kengerian tak berkesudahan. Seingat saya, ada dua babak adegan yang membuat teriakan frustrasi seisi bioskop tak tertahan. Saya sendiri saja sampai menahan napas karena kebrutalan yang ditampilkan.

Seorang teman yang merupakan penggemar karya-karya Kimo Stamboel berkata, garapan sutradara satu ini terkadang tak tampak seperti film Indonesia karena kesadisannya. Saya mau tak mau mengangguk setuju. Sebab, apa yang terpampang di depan layar ini memang merupakan adegan yang biasa tersaji di dalam film produksi luar negeri.

Kali ini, hal tersebut tak sepenuhnya menjadi dugaan, lho! Sky Media (Screenplay Films) kali ini bekerja sama dengan CJ ENM. Film ini menjadi pertama kalinya bagi perusahaan hiburan Korea Selatan tersebut bekerja sama dalam hal produksi, bukan hanya investor. 

Terlebih lagi, tokoh antagonis dalam Jailangkung: Sandekala sungguh tak terduga. Kalau kamu pandai mencium gelagat mencurigakan, kamu akan tahu sebelum identitas aslinya terbongkar sepenuhnya.

Ada sekuel?

twitter.com/WatchmenID

Satu hal yang saya sayangkan, film ini hanya terasa kuat di pertengahan hingga menjelang akhir. Konflik antara Sandra dan Niki lah yang paling membuat saya bingung. Untuk apa, ya, perseteruan ini harus ada kalau tidak memberikan dampak berarti kepada alur cerita?

Tentu saja, beda orang beda pendapat. Bagi sebagian lainnya, teka-teki ini justru ibarat sinyal akan hadirnya film sekuel. Kimo bahkan mengisyaratkannya sendiri dengan menyinggung adegan Deva Mahenra dan Taskya Namya yang menjadi pembuka cerita.

"Lalu karakter yang kita munculkan pertama, Taskya Namya dan Deva Mahenra, saat ini mungkin belum saya ceritakan. Apa, sih, hubungannya? Nanti, mungkin, siapa tahu kalau kita diperkenankan untuk bikin yang berikutnya, mungkin kita bisa menceritakan hal itu lebih dalam," kata Kimo sambil tertawa.

Duh, jadi makin penasaran, ya? Sebelum menagih sekuelnya, tonton dulu Jailangkung: Sandekala di bioskop terdekat kamu, yuk! Jangan lupa ajak teman kamu biar suasana menegangkannya makin terasa seru, ya, Bela. Selamat menyaksikan!

IDN Media Channels

Latest from Inspiration