Sebagai seorang muslim, setiap harinya kita diwajibkan untuk melaksanakan salat lima waktu. Namun sebelumnya, terlebih dahulu kita perlu bersuci dengan cara wudu. Apabila wudu belum batal, maka hukumnya masih sah untuk melakukan salat maupun membaca Al-Qur'an.
Berkaitan dengan wudu, hal yang kerap menjadi pertanyaan adalah apakah makan membatalkan wudu atau tidak. Sebab, di antara kedua salat, sering kali kita menyelingi dengan kegiatan makan ataupun minum.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan lengkapnya dalam ulasan berikut ini.
Wudu merupakan cara untuk mensucikan diri dari hadas kecil. Biasanya, seseorang berwudu jika akan menunaikan salat ataupun akan membaca Al-Qur'an. Namun, ada beberapa hal yang bisa membatalkannya.
Terkait dengan penyebab batalnya wudu, muncul pertanyaan apakah makan membatalkan wudu atau tidak. Banyak orang mengira kalau makan saat sudah berwudu bisa membatalkannya. Padahal, sebenarnya tidak demikian.
Makan saat sudah berwudu tidak membatalkan wudu karena tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa makan adalah salah satu pembatal wudu.
Alasan mengapa makan tidak membatalkan wudu di antaranya adalah karena tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa aktivitas ini menjadi salah satu pembatal wudu. Maka, seseorang yang sudah berwudu tidak batal meski telah makan.
Selain itu, terdapat beberapa hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak berwudu lagi setelah makan minum.
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memakan sepotong daging kambing. Kemudian beliau salat, tanpa berkumur-kumur dan tanpa menyentuh air sama sekali.” (HR. Ahmad no. 2541, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 3028).
Selain itu, Anas bin Malik ra, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam minum susu, kemudian beliau tidak berkumur-kumur juga tidak berwudu lagi, lalu beliau salat” (HR. Abu Daud no. 197, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa makan dan minum bukan merupakan salah satu pembatal wudu.
Namun, terdapat pengecualian terkait dengan makanan yang tidak membatalkan wudu, yakni daging unta. Memakan berbagai daging halal, mulai dari daging sapi, daging kambing, maupun daging ayam tidak membatalkan wudu.
Namun, makan daging unta menurut sebagian riwayat membatalkan wudu.
Terdapat sebuah kisah yang disampaikan oleh Jabir bin Samurah ra dalam sebuah hadis.
“Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah saya harus berwudu karena memakan daging kambing?" Rasulullah SAW, menjawab, "Jika engkau mau." Kemudian orang itu bertanya lagi, "Apakah saya harus. berwudu karena makan daging unta?" Rasulullah SAW. menjawab, "Ya." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lainnya, Barra bin Azib mendengar sabda Rasulullah SAW yang artinya adalah sebagai berikut.
"Berwudulah dari (memakan) daging unta dan tidak berwudu dari (memakan) daging kambing." (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud)
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 6.
أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ
Artinya: “Atau salah satu dari kalian telah datang dari kamar mandi”.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim juga dijelaskan berikut.
Abu Hurairah bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda “Allah tidak menerima salat kamu sekalian apabila (kamu) dalam keadaan hadas hingga kamu berwudu” kemudian seorang Hadramaut bertanya kepada Abu Hurairah “apakah hadas itu?” Abu Hurairh menjawab “kentut (yang tidak bersuara) dan kentut yang bersuara”
Dari riwayat di atas dapat disimpulkan bahwa apa pun yang keluar dari qubul dan dubur, baik itu air kencing, kotoran, maupun kentut bisa membatalkan wudu.
Orang yang tidur, gila, mabuk, atau pingsan batal wudunya karena mereka telah kehilangan akalnya. Namun, tidur dalam posisi duduk tidak membatalkan wudu karena tidak dimungkinkan untuk kentut. Kecuali jika mereka mengubah posisi tersebut menjadi posisi tidur.
Hal ini sesuai dengan hadis riwayat berikut ini.
مَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ
Artinya: “Barangsiapa yang tidur maka berwudulah.” (HR. Abu Dawud)
Sementara itu, jika kulit seorang laki-laki dan perempuan yang sudah baligh dan bukan mahramnya saling bersentuhan tanpa penghalang, maka batal wudunya. Namun, tidak batal wudu seorang laki-laki dan perempuan yang bersentuhan jika laki-laki atau perempuan itu adalah mahramnya.
Wudu juga tidak batal apabila laki-laki dan perempuan saling bersentuhan, tetapi ada penghalang misalnya kain sehingga keduanya tidak bersentuhan langsung. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 6.
أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ
Artinya: “atau kalian menyentuh perempuan.”
Terakhir, setelah mengetahui apakah makan membatalkan wudu atau tidak, hal yang membatalkan wudu lainnya adalah menyentuh kemaluan manusia dengan menggunakan telapak tangan atau jari jemari.
Wudu juga akan menjadi batal jika menyentuh lubang dubur, baik itu menyentuhnya dengan sengaja atau tidak, milik orang hidup atau mati, anak kecil maupun besar.
Namun, jika seseorang menyentuh kemaluan dengan penghalang seperti kain atau menggunakan selain telapak tangan dan jari, maka tidak batal wudunya. Hal ini didasarkan pada sebuah hadis berikut ini.
“Barangsiapa yang memegang kelaminnya maka berwudulah.” (HR. Ahmad)
