Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Tutup Usia, Ini Kenangan Cinta Habibie dan Ainun Semasa Hidup

Kisah cinta yang menjadi inspirasi banyak orang

Windari Subangkit

Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada Rabu (11/9) pukul 18.05 WIB di usia 83 tahun. Kabar ini dipastikan langsung oleh putra Habibie, Thareq Kamal. Presiden Joko Widodo langsung datang ke RSPAD untuk melayat Habibie dan menyampaikan duka mendalam atas berpulangnya salah satu tokoh terbaik Indonesia ini.

Semasa hidup, Habibie dikenal sebagai sosok yang cerdas, berkarisma, dan setia. Bukan rahasia umum lagi, Bapak Teknologi RI ini merupakan pribadi yang romantis dan sangat mencintai mendiang istrinya, Hasri Ainun Besari. Bahkan, kisah cinta keduanya sempat diangkat ke layar lebar di tahun 2012 silam. Seperti apa kisah cinta Habibie dan Ainun? Yuk, simak kisah inspiratifnya berikut ini!

1. Saling mengenal sejak kecil

perpusnas.go.id

Habibie dan Ainun rupanya sudah saling mengenal sejak kecil. Keduanya bahkan bersekolah di SMA yang sama, hanya saja Habibie berada satu tingkat di atas Ainun. Habibie dan Ainun memang dikenal sama-sama cerdas sehingga mereka kerap dijodoh-jodohkan.  

Meski sering bertemu Ainun, Habibie muda rupanya belum merasa tertarik dengan perempuan kelahiran Semarang tersebut. Bahkan, Habibie sempat meledek Ainun dengan menyebutnya, “Jelek, gendut, kayak gula Jawa.” Meski demikian, Ainun nggak pernah marah dipanggil dengan sebutan seperti itu. 

2. Bertemu kembali setelah sewindu

idntimes.com

Setelah SMA, Habibie mengenyam pendidikan ke Institut Teknologi Bandung. Tak sampai satu tahun, Habibie kemudian melanjutkan pendidikan ke Jerman. Selama hampir 8 tahun, ia tak pulang ke Tanah Air dan tentu saja nggak bertemu dengan Ainun. 

Sekembalinya ke Indonesia, Habibie kaget saat melihat Ainun yang telah tumbuh dewasa terlihat sangat cantik. Habibie langsung luluh melihatnya. Ia pun melontarkan candaan, jika dulunya Ainun disebut seperti gula merah karena berkulit gelap, kini Ainun sudah seperti gula pasir. 

3. Melewati masa indah hingga menikah

idntimes.com

Habibie mengikuti Ainun yang kembali ke Jakarta untuk bekerja di RSCM. Sama-sama tinggal di Jakarta membuat cinta mereka semakin bersemi. Keduanya pun sering bertemu dan merindukan satu sama lain. Indahnya masa pacaran membuat Habibie akhirnya memantapkan hati melamar Ainun dan menikahinya pada 12 Mei 1962. 

Setelah menikah, Ainun ikut dengan Habibie yang harus menyelesaikan pendidikan S3-nya di Jerman. Kehidupan awal di sana dilalui dengan perjuangan yang luar biasa, terlebih lagi keduanya harus bersabar dengan pendapatan yang teramat kecil dari beasiswa Habibie. Namun, perjuangan tersebut berbuah manis. Dari pernikahan ini, Habibie dan Ainun dikaruniai dua anak laki-laki, Ilham Akbar dan Thareq Kemal. 

4. Setia menemani Ainun sejak sakit hingga meninggal

Dok. internet

Selama membangun biduk rumah tangga dengan Habibie, Ainun bisa mengimbangi dan juga menjadi ibu yang bertanggung jawab dalam membesarkan kedua anaknya. Ainun mengajarkan anak-anaknya hidup sederhana serta membiasakan mereka berdiskusi dan berpendapat.  

Namun, kebahagiaan Habibie dan Ainun mendapat cobaan besar saat Ainun dinyatakan menderita kanker ovarium pada Maret 2010. Segala cara dilakukan Habibie demi mengobati sang istri, bahkan Ainun langsung diterbangkan ke Jerman untuk mendapatkan perawatan intensif. Sejak saat itu, nggak pernah sekali pun Habibie meninggalkan Ainun hingga istrinya menghembuskan napas terakhir pada Mei 2010.  

5. Surat terakhir Habibie untuk mendiang Ainun

Instagram.com/b.jhabibie

Meninggalnya Ainun menjadi pukulan telak bagi Habibie. Hatinya hancur saat melepaskan istri yang telah menemaninya selama 48 tahun itu kembali ke hadapan Sang Khalik. Habibie pun membuat surat terakhir untuk mendiang Ainun yang dipenuhi cinta dan haru.

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. 
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. 
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi. 
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. 
Pada air mata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini. 
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. 
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini. 
Selamat jalan, 
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, 
Kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada. 
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, 
Selamat jalan, calon bidadari surgaku... 

- BJ. HABIBIE 

6. Sempat depresi usai ditinggal Ainun

Dok. internet

Nggak lama setelah Ainun meninggal, Habibie bertingkah seperti anak kecil. Ia menangis, berteriak mencari sang istri, dalam keadaan berjalan tanpa sepatu dan memakai baju tidur. Kondisinya saat itu bisa dibilang depresi karena ditinggal oleh seorang belahan jiwanya. Habibie sempat mendapat masukan dari dokter yang merawatnya, salah satunya membuat catatan pribadi. 

Habibie pun mulai menuliskan perasaan cintanya pada Ainun melalui buku dan menyelesaikannya selama 2 bulan saja. Setelah menuliskan kisahnya, kondisi Presiden RI ke-3 itu pun membaik hingga akhirnya ia bisa menerima kepergian sang istri. Buku tersebut kemudian diangkat ke layar lebar di tahun 2012.  

7. Rutin berziarah ke makam Ainun

Dok. internet

Habibie merupakan sosok laki-laki pecinta sejati, yang tetap setia meski maut memisahkan. Selama bertahun-tahun, Habibie selalu rutin mengunjungi makam Ainun di Taman Makam Pahlawan, Kalibata. Setiap Jumat, Habibie maupun ajudannya selalu mengirimkan bunga segar untuk diletakkan di pusara Ainun. 

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah cinta Habibie dan Ainun. Salah satunya menjadi pribadi yang setia dan penuh kasih sayang terhadap pasangan. Kini, Habibie telah berpulang, meninggalkan sejumlah prestasi dan kenangan indah di mata masyarakat Indonesia. Mari kita doakan semoga almarhum diberikan tempat di surga-Nya.

IDN Media Channels

Latest from Married