Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

5 Mitos Larangan Pernikahan Adat Jawa

Kamu dan pasangan anak keberapa?

Dina Lathifa

Ada beberapa mitos larangan pernikahan adat Jawa yang perlu kamu ketahui sebelum melangsungkan acara bahagiamu dengan pasangan. Pasalnya jika melanggar hal-hal yang telah dilarang oleh adat itu, konon dapat memberikan dampak buruk pada pernikahanmu dan kehidupan rumah tangga ke depannya. Amit-amit, ya, Bela!

Mitos larangan pernikahan adat Jawa beragam rupanya. Mulai dari penentuan hari pernikahan, urutan anak dalam keluarga, sampai posisi rumah pasanganmu. Jadi sebelum merencanakan pernikahan, dan jika memang ingin menikah menggunakan adat Jawa, pastikan kamu mengetahui mitos larangan pernikahan adat Jawa ini. Apa saja?

1. Nggak boleh menikah di bulan Muharram dalam kalender Hijriah

Pexels.com/Pixabay

Calon pengantin adat Jawa wajib mempertimbangkan tanggal pernikahan dalam berbagai macam kalender, dan salah satunya adalah kalender Hijriyah. Mitosnya, calon pengantin dilarang menikah di bulan Muharram atau Syuro. Sebab, kepercayaan yang berlaku mengatakan jika bulan Muharram merupakan bulan keramat dan bukan bulan baik untuk mengadakan acara, khususnya pernikahan. Jika pengantin menikah di bulan Muharram, konon akan ada malapetaka atau musibah yang akan menimpa keduanya dan keluarga besarnya.

2. Perhitungan weton kedua calon pengantin

Pexels.com/Văn Thắng

Bagi pengantin Jawa, bukan hanya restu orangtua yang menjadi pertimbangan besar pernikahan itu akan berlangsung atau nggak, melainkan perhitungan weton. Perhitungan weton jodoh ini memiliki rumusan tersendiri, dan ketika hasilnya menunjukkan ketidakcocokan, umumnya keluarga akan menyarankan untuk nggak melanjutkan rencana pernikahan. Sebab jika tetap menikah walau perhitungan weton nggak cocok, akan ada kesialan yang menimpa pasangan itu.

3. Pernikahan anak pertama dengan anak ketiga

Pexels.com/Helena Lopes

Percaya atau nggak, namun salah satu mitos larangan pernikahan adat Jawa yang banyak beredar adalah larangan menikah antara anak pertama dan anak ketiga. Posisi anak itu nggak hanya berlaku untuk kamu dan pasangan, tetapi juga untuk ayah dan ibu dari masing-masing pihak. Jika kamu atau pasangan, ibu dan ayah dari masing-masing pihak merupakan anak pertama dan anak ketiga, sangat disarankan untuk nggak melanjutkan pernikahan. Sebab, mitosnya akan ada kesialan yang menimpa kehidupan keluarga pengantin jika larangan ini diabaikan, seperti kurang akur, bercerai, atau ditinggal wafat.

4. Pernikahan siji jejer telu

Pexels.com/Pixabay

Selain poin sebelumnya, ada pula mitos larangan menikah jika kamu dan pasangan sama-sama anak pertama atau biasa disebut pernikahan siji jejer telu. Hal itu pun berlaku pada orangtuamu. Jika kamu dan pasangan merupakan anak pertama dan keluarga, serta orangtua dari salah satu pihak turut merupakan anak pertama semua, akan sulit untuk melanjutkan rencana pernikahan. Sebab kalau tetap menikah, konon akan ada kesialan yang menimpa kehidupan rumah tangga kamu dan pasangan kelak.

5. Posisi rumah pasangan dan rumahmu berhadapan

Pixabay.com/JayMantri

Apakah kamu tahu posisi rumahmu dan rumah pasangan? Meski mungkin nggak terlalu dekat, apa saling berhadapan? Pasalnya, ada mitos larangan pernikahan adat Jawa yang melarang calon pengantin menikah jika posisi rumah keduanya saling berhadapan. Jika tetap menikah, kepercayaan yang berlaku mengatakan kalau kehidupan rumah tangga akan serba kekurangan di masa depan nanti.

Itulah beberapa mitos larangan pernikahan adat Jawa. Apa kamu pernah mendengar mitos lainnya dalam adat ini? Terdengar berat, ya, Bela? Namun jika keluarga kental dengan adat Jawa, kamu seenggaknya perlu memerhatikan mitos ini demi menghindari musibah dan kehidupan rumah tangga di masa depan bahagia selalu. Jadi, coba cek mitos-mitos ini sebelum mantap merencanakan pernikahan dengan pasangan.

IDN Media Channels

Latest from Married