Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Jungian Psychology, Ilmu Psikologi yang Digunakan BTS dalam Albumnya

Cari tahu tentang ilmu ini lebih lanjut, yuk!

Niken Ari Prayitno

Bela, pernahkah kamu mendengar tentang ilmu Jungian Psychology? Nah, Jungian Psychology adalah ilmu yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung. Secara sederhana, Jung berusaha menunjukkan bahwa penggalian masa lampau dalam kehidupan seseorang diperlukan untuk lebih memahami masa sekarang dan masa depan.

Penggalian masa lampau juga menelusuri dan mengikut sertakan trauma yang terjadi di dalam diri manusia, termasuk ‘inner child’, yang merupakan manifestasi trauma di dalam diri seseorang yang tersimpan sejak kecil. Inner Child di dalam Jungian Psychology adalah subpersonalities di dalam diri seseorang yang mempunyai emosi, impuls tersendiri.

Jungian Psychology digunakan BTS dalam albumnya

Dok. BIG Hit

Penggunaan ilmu Jungian Psychology dalam dunia mental health masih sangat awam di Indonesia. Uniknya, grup musik asal Korea Selatan, yaitu BTS, menggunakan ilmu ini dalam karya musiknya dan menyuarakan pemahaman kondisi kejiwaan seseorang dari latar belakang Ilmu tersebut. Oleh BTS, ilmu Jungian Psychology kemudian dituangkan menjadi lagu-lagu yang disusun dalam album Map of The Soul: Persona dan Map of The Soul: 7.

Seirama dengan BTS yang mengimplementasikan ilmu ini dalam lagu dan albumnya, Amirah Bagdadi juga passionate mengembangkan dirinya dengan menekuni dunia Transpersonal Psychology yang dilatarbelakangi Jungian Psychology untuk menolong orang lain dan membantu mentransformasi pengembangan diri mereka.

Instagram.com/Amyrabagdadi

Amirah sendiri merupakan seorang Psyche Soma Practitioner, sekaligus Human Design Analyst & Psychosynthesis Leadership Coach. Sejak dahulu, Amirah berkeinginan untuk dapat mendukung mereka yang mengalami tantangan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menciptakan kehidupan yang berharga dan bermakna untuk dijalani.

Setelah mendapat gelar Sarjana Arsitektur dari Universitas Pelita Harapan, Amirah belajar kembali mendapat gelar diploma di bidang Psikoanalisis dan Psikologi Transpersonal, mengikuti program Psikoterapi Analitik di C.G. Jung Institute Zurich, dan menambah training mengenai Jungian Analytical Psychology.

Saat ini, Amirah masih dalam proses menyelesaikan pendidikan Master dalam bidang Metaphysical Science dan baru saja menyelesaikan studi intensifnya Psychosynthesis Leadership Coaching dari Psychosynthesis Limited Coaching, Inggris.

Pada webinar 'Self-Love in the Perspective of BTS Songs – Answer: Love Myself, Epiphany, and Inner Child' kolaborasi IDN Times, Popbela, dan Purple Hearts, Amirah Bagdadi secara khusus membawakan topik Inner Child dalam Jungian Psychology dikaitkan dengan lagu BTS berjudul serupa. 

Mengenal lebih lanjut tentang inner child

Unsplash.com/Izzi Park

"Inner Child dalam Jungian Psychology adalah salah satu subpersonalities dalam alam bawah sadar," jelas Amirah saat berbicara sebagai narasumber untuk topik inner child pada webinar 'Self-Love in the Perspective of BTS Songs'.

Mengutip Carl Jung, bahwa dalam setiap orang dewasa ada seorang anak yang mengintai—anak yang abadi, selalu ‘menjadi’, tidak pernah ‘utuh’, yang perlu dirawat, diperhatikan, dan diajari tanpa henti. Itulah bagian dari kepribadian yang ingin berkembang dan menjadi utuh.

"Ketika kita terpengaruh dengan subpersonalities kita, perilaku, pemikiran, emosi kita berubah. It’s very powerful what the unconscious do in our daily life. Kita mungkin tidak sadar, tapi kita perlu menyembuhkan luka inner child kita dengan proses reparenting," lanjut Amirah.

Inner child dalam perspektif lagu BTS

Amirah melanjutkan dengan ‘membedah’ lirik lagu "Inner Child".

"I vaguely recall that summer day’s air.
So cold, the sound of the gray streets.
Breathing in and knocking on your door, we gon’ change, we gon’ change..."

"Dari lirik ini kita juga bisa melihat ternyata inner child masa lalunya V datang dan mengetuk egonya V saat ia dalam kondisi yang sedang nyaman, masa kejayaan saat sekarang. Dan V berharap inner child yang sakit yang datang itu tidak menghantuinya, karena egonya V saat ini memahami bahwa kondisi sekarang sudah berubah. Tapi inner child-nya tidak memahami hal itu," jelas Amirah.

"Now I hope that we’ll laugh a lot.
It’s gonna be okay, since the me of today is okay.
The you of yesterday, now I see it all.
The many thorns within the budding rose, I want to give them a hug..."

Amirah melanjutkan, "Di sini V sedang reparenting the inner child dalam dirinya dia, bahwa semua baik-baik saja. Karena inner child masih dalam kondisi yang terluka, ini juga disimbolkan dengan bunga mawar yang berkembang penuh dengan duri, meski sakit tapi sangat indah. Di Jungian terms, kita menyebutnya the inner gold. Ketika kita rangkul rasa sakit kita, there is some hope in there. There is some gift in there. Dan caranya adalah ketika kita berdamai dengan trauma yang kita alami."

"The smiling kid, that child that simply smiled happily.
When I see you like that, a smile keeps breaking out.
The tingling sun and the summer air, the sounds of the grey streets that were so cold.
I take a breath and knock on the door, we gon’ change…"

"Kita bisa lihat di sini bahwa V memeluk rasa sakitnya. Dia merasakannya lalu dia berdamai dengan masa lalunya. Dia mendapatkan hadiahnya, yaitu inner child yang tersenyum dalam dirinya," ujar Amirah lagi.

Untuk kamu yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang bedah lagu BTS yang berkaitan soal inner child, kamu bisa menyaksikannya di video webinar berikut ini.

Bagaimana, Bela? Berdasarkan penjelasan di atas, apakah kamu jadi semakin memahami tentang Jungian Psychology dan inner child? Tulis pendapatmu di kolom komentar, ya!

IDN Media Channels

Latest from Working Life