Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Fakta dan Deretan Kejanggalan Kasus Pelecehan Seksual Motivator JE

Kasus sudah berjalan satu tahun lebih, pelaku masih bebas

Niken Ari Prayitno

Kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan seorang motivator, JE, kembali diungkap di Podcast Deddy Corbuzier. Saat ini JE sudah berstatus terdakwa pelecehan seksual di Pengadilan Negeri Malang.

Persidangan terhadap motivator sekaligus pendiri sekolah SPI Kota Batu, Jawa Timur ini tengah memasuki agenda sidang ke-19. Namun, korban menilai terdapat kejanggalan dalam proses persidangan, karena terdakwa tak kunjung ditahan.

Korban setidaknya mengungkap hal itu di podcast Deddy Corbuzier pada Rabu (6/7/2022). Kata dia, tak sedikit hambatan yang dialaminya pada saat proses sidang. Seperti bukti baru yang ia serahkan setelah proses BAP ditolak mentah-mentah.

"Contoh seperti saya itu harus sesuai dengan BAP, misalnya keluar dari BAP itu jangan sampai dimasukkan, jadi ditolak" ujar korban dikutip Kamis (7/7/2022).

1. Bukti baru yang disodorkan korban selalu ditolak, beda dengan kubu JE

IDNTimes.com/Mardya Shakti

Karena waktu kejadian sudah lama, korban perlu mengumpulkan bukti-bukti baru lagi. Namun bukti baru yang diajukan selalu ditolak. "Saat saya mau menyerahkan bukti-bukti baru, seperti foto, video dan recording, itu tidak boleh diputar," ujarnya.

Sedangkan pihak JE dengan mudahnya memberikan bukti-bukti baru demi meringankan kasus pelecehan seksual tersebut.

"Pengacara JE dengan mudahnya memberikan bukti-bukti baru, sedangkan kami ditolak," ucapnya.

2. Ancaman terhadap korban datang setelah mereka melaporkan JE

IDNTimes.com/Mardya Shakti

Tak hanya proses persidangan yang dinilai janggal, ancaman juga kerap diterima korban. Salah satu korban pelecehan seksual JE mengaku mendapat teror berupa ancaman dari orang tak dikenal. Hal itu terjadi setelah mereka membongkar perilaku JE.

Korban mengungkap pernah mendapat pesan akan dijemput oleh seseorang yang ingin mematahkan kaki mereka.

"Kalian ada ancaman ada macam-macam dari orang-orang itu?" tanya Deddy Corbuzier.

"Ancaman kita ngerasain. Salah satunya kita ada anonim yang ngirimin kita kayak 'kalian di mana, kita jemput, kita patahin kaki kalian, nggak usah macem-macem' kayak gitu," ujarnya.

Korban juga merasa tidak aman ketika berada di rumah saat kasus ini dibawa ke pengadilan. "Ngerasa ada orang yang mendatangi rumah," ujarnya.

"Makanya saat di pengadilan saya itu sampai make sure ini aman nggak kita menyampaikan alamat, karena saking takutnya," kata korban. Bahkan sebelum proses sidang salah satu korban JE meminta keluarga pindah dari rumah yang selama ini ditinggali demi keamanan.

3. JE resmi ditetapkan sebagai tersangka pada 5 Agustus 2021, namun tidak ditahan sampai sekarang

IDNTimes.com/Fitria Madia

Kasus tersebut pertama kali mencuat pada 29 Mei 2021. Saat itu, Komnas PA bersama tiga korban mendatangi Polda Jatim guna melakukan laporan adanya dugaan kejahatan luar biasa yang dilakukan oleh oknum pemilik sekolah di Kota Batu.

Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait langsung turun tangan mendampingi para korban untuk melapor ke Polda Jatim.

Adapun dugaan kejahatan luar biasa yang dilakukan oleh oknum pemilik sekolah saat itu adalah kekerasan seksual, fisik, verbal serta eksploitasi anak. Tak hanya tiga orang, saat itu korban yang sudah terdata oleh Komnas PA disebut mencapai 15 orang. 

Setelah melalui proses yang cukup panjang, kasus kekerasan seksual dengan terduga pelaku berinisal JE itu memasuki babak baru. Pada Kamis (5/8/2021) JE resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Jatim. Penetapan tersangka tersebut dilakukan setelah gelar perkara selesai.

Meski sudah ditetapkan sebagai tersangka, tidak dilakukan penahanan kepada JE lantaran saat itu yang bersangkutan dianggap kooperatif. Hal tersebut sempat membuat Komnas PA kecewa lantaran dikhawatirkan tersangka bisa saja menghilangkan barang bukti atau lari ke luar negeri. 

"Setelah ini JE pasti akan dipanggil dengan statusnya sebagai tersangka. Polisi bisa saja langsung menetapkan JE harus ditahan. Sebaiknya begitu," kata Arist saat itu usai ada penetapan tersangka. 

4. Korban yang tercatat dalam surat dakwaan hanya satu, padahal dalam pemberitaan yang beredar, korban mencapai lebih dari 10 orang

IDNTimes.com/Fitria Madia

Setelah proses pelimpahan berkas selesai, sidang perdana dengan terdak JE akhirnya digelar di PN Malang pada 16 Februari 2022. Usai proses persidangan, Jubir PN Malang, Mohammad Indarto saat itu menyampaikan bahwa dakwaan yang diberikan kepada JE merupakan pasal alternatif yakni 81 ayat 1 Jo pasal 76 D UU tentang perlindungan anak Jo pasal 64 ayat 1 KUHP.

Kemudian alternatif kedua adalah pasal 81 ayat 2 UU tentang perlindungan anak, Jo pasal 64 ayat 1 KUHP lalu alternatif ketiga adalah pasal 82 ayat 1, Jo pasal 76e, UU perlindungan anak Jo pasal 64 ayat 1 KUHP. Serta alternatif pasal 294 ayat 2 ke 2 KUHP, Jo pasal 64 ayat 1 KUHP. 

Namun, yang cukup mengejutkan saat itu adalah korban yang tercatat dalam surat dakwaan hanya satu orang. Padahal dalam pemberitaan yang beredar, korban mencapai lebih dari 10 orang. 

"Patokan ada pada surat dakwaan yang diajukan penuntut umum. Saksi korban yang diajukan hanya satu orang," urai Indarto, mengutip dari IDNTimes.com.

5. Tim kuasa hukum yakin JE tidak melakukan apa yang dituduhkan

IDNTimes.com/Alfi Ramadana

Proses sidang sendiri berlangsung cukup lama. Jika dihitung sejak pertama kali kasus disidangkan, maka proses persidangan sendiri sudah berjalan hampir lima bulan. Setelah melalui proses panjang tersebut, tahapan sidang bakal segera masuk ke proses tuntutan yang sedianya akan digelar pada 20 Juli mendatang.

Sementara pada sidang terakhir, tim kuasa hukum JE tetap meyakini bahwa kliennya tidak melakukan apa yang dituduhkan.

Mereka mengklaim bahwa dari sejumlah saksi yang dihadirkan oleh JPU, hanya ada satu yang bisa menjelaskan terkait detail waktu kejadian. Namun, semua itu sudah terbantahkan lantaran pada waktu yang disebutkan posisi JE sedang berada di Singapura dan dibuktikan oleh paspor. 

"Intinya bahwa keterangan terdakwa memiliki kesesuaian dengan alat bukti seperti surat dan paspor. Maka dari itu, kami berkeyakinan bahwa terdakwa tidak melakukan perbuatan sebagaimana dakwaan," kata tim kuasa hukum JE, Jefry Simatupang usai sidang di PN Malang, Rabu (6/7/2022).

6. Salah satu korban diperkosa 15 kali sejak kelas 2 SMA

IDNTimes.com/Mardya Shakti

Korban yang tidak disebutkan namanya itu mengungkap bahwa motivator JE sering mencari bibit-bibit muda dengan alasan akan dididik sebagai pengusaha yang berhasil seperti JE. Salah satu korban mengaku sering dipanggil di luar kegiatan sekolah. Waktu itu ia masih kelas dua SMA. Umurnya saat itu 16 tahun.

Ketika dipanggil ke ruang khusus JE, biasanya diawali dengan pemberian motivasi untuk masa depannya, atau JE kerap menanyakan kondisi keluarga korban. Setelah memberi motivasi, JE kemudian mulai beraksi, seperti merangkul dan memeluk korban serta meminta korban menganggap JE seperti ayahnya sendiri.

"Kamu saya lihat punya jiwa leadership, kamu bisa saya jadikan sesuatu untuk mengangkat ekonomi keluarga. Intinya kamu harus nurut apapun kata saya," kata korban menirukan ucapan JE.

Awalnya korban ini tidak merasa aneh dengan sikap kebapakan JE. Sebab dia mengaku sudah menjadi anak yatim sejak kelas 6 SD, sehingga merasa menemukan figur ayah saat bertemu dengan JE. Akan tetapi perasaannya berubah dalam hitungan menit, karena ketika itu korban mulai merasa tidak nyaman saat tiba-tiba JE menciumnya.

Sebulan setelah kejadian, korban dipanggil kembali menghadap JE pada malam hari untuk diberi motivasi. Awalnya, JE berbasa-basi dengan menanyakan kondisi keluarga korban. Korban kaget saat JE mendekat dan merabanya.

Korban menyatakan bahwa saat itu ia hanya merasa kaku, diam, kaget, bingung, dan tidak berani berbuat apa-apa. Ia hanya bisa diam dan diperintah untuk kembali ke asrama oleh JE.

Korban juga menyampaikan bahwa beberapa waktu setelah kejadian tersebut, JE kembali memanggilnya ke sebuah ruang khusus yang ditempati JE. Ruang itu masih berada di dalam lingkungan sekolah.

Korban mengatakan bahwa kondisi saat itu sudah gelap dan tiba-tiba JE menarik tangannya ke dalam salah satu ruangan. "Di situ saya merasa nggak berharga, Tuhan ini gimana, saya harus bagaimana, saya nggak ngerti di situ," ucapnya sambil menangis pilu.

Saat menceritakan kejadian tersebut, korban tidak kuasa menahan tangisnya. Ia juga sesekali terdiam. Tangisnya semakin kencang saat menuturkan kejadian rudapaksa yang menimpanya berlangsung 15 kali. 

7. Pelecehan juga dilakukan di ruang guru

Korban JE lainnya mengaku tidak sampai diperkosa, namun ia mengaku alami pelecehan belasan kali. Pertama kali ketika dipanggil ke ruangan JE pada malam hari. Saat itu JE memanggilnya ke ruangan melalui pesan WhatsApp. Ia tak menaruh curiga karena manajemen sekolah sudah biasa mengadakan rapat ataupun pertemuan hingga malam hari.

Namun begitu sampai ruangan JE, tangannya langsung ditarik dan dilecehkan. Ia juga kaget mengetahui JE sudah tak berbusana. Korban sempat berontak dan menolak, namun tak berdaya.

Ia juga mengaku pernah menyaksikan korban lain dilecehkan oleh JE di sore hari. Saat itu korban yang tinggal di asrama sekolah sedang mengambil jemuran. Kebetulan balkon tempat jemuran menghadap ke ruang guru. Saat itu ia menyaksikan kakak kelasnya sedang dilecehkan.

8. Korban tak berani bicara karena JE memiliki pengaruh kuat

IDNTimes.com/Alfi Ramadana

Korban JE juga mengaku menerima kekerasan fisik selama bertahun-tahun sejak 2018. Beberapa kali ia juga mengalami kekerasan fisik seperti ditempeleng atau diadu jidatnya. 

Pada 2018, korban pernah mengadukan kejadian ini kepada ketua Yayasan sekolah dan berharap mendapat perlindungan. Namun, hasilnya nihil, ia tidak mendapatkan perlindungan yang diharapkan.

Belakangan dua korban ini mengetahui mereka berdua bukanlah korban satu-satunya. Ternyata ada korban lain, namun di antaranya memilih berdamai karena tidak berani speak-up. Salah satu alasannya karena JE orang yang sangat berpengaruh di Malang, Jawa Timur.

"Kami berani mengadu ke Komnas Anak karena tidak ingin kejadian ini menimpa adik-adik kelas kami lainnya," kata korban.

Sekarang kasus pelecehan seksual yang dilakukan JE ini dalam proses pengadilan. Meski sudah menjadi terdakwa dan proses sidang berjalan lebih dari satu tahun, JE tidak ditahan dan masih bebas berkeliaran.

Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Korban Pelecehan Motivator JE 10 Orang? Ini Deretan Janggal Kasusnya" dan "Bujuk Rayu Motivator JE Sebelum Tiduri Korban: Kamu Akan Jadi Sesuatu" ditulis oleh Syifa Putri Naomi

IDN Media Channels

Latest from News