Melansir dari blog Museum Ullen Sentalu, ikan asin sudah ada sejak 1000 tahun lalu atau pada masa Kerajaan Kediri. Keberadaan ikan asin tercatat dalam Kitab Bomakawya dari zaman Kediri sekitar tahun 1042-1222.
Ikan asin dibuat dengan cara dikeringkan kemudian diberi garam. Sehingga, makanan tersebut dapat awet dan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Di masa Dinasti Joseon Korea, terdapat makanan yang mirip dengan ikan asin, yakni jeotgal. Makanan ini populer pada tahun 1392-1910 dan kerap disajikan untuk keluarga kerajaan.
Jeotgal adalah ikan laut yang dibuat dengan cara difermentasikan. Ikan ini memiliki rasa asin sebagai hasil dari fermentasi tersebut. Sampai saat ini, jeotgal masih dapat kita cicipi.
Di masa Dinasti Joseon Korea, ada satu makanan yang mirip dengan dendeng, yaitu deoungui. Meski sama-sama terbuat dari lembaran daging sapi, ada sedikit perbedaan dari cara membuatnya.
Jika dendeng dibuat dengan cara dikeringkan dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, deoungui dibuat dengan cara dipanggang sampai agak kering saat akan dimakan. Kemudian, jika sudah matang, deoungui dapat dimakan dengan tambahan bumbu gurih, kecap asin, bawang bombai dan wijen.
Di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, urap mudah sekali ditemukan. Makanan ini terbuat dari sayur-sayuran yang direbus sebentar, kemudian disajikan dengan parutan kelapa yang sudah diberi bumbu.
Dalam sejarah, urap sudah ada sejak awal tahun 1000 masehi. Makanan ini bahkan tertulis di dalam Prasasti Linggasuntan pada tahun 929 Masehi dari era Kerajaan Medang.
Jika dilihat sekilas, sangchae agak sedikit berbeda dengan urap. Namun, pada dasarnya, dua makanan ini hampir serupa. Sangchae terbuat dari sayuran (biasanya lobak putih) yang direbus. Kemudian, sayuran tersebut disiram dengan bumbu berbahan dasar bawang merah, bawang putih, cuka, gula, garam, cabai dan biji wijen panggang.
Sangchae sudah ada sejak masa Dinasti Joseon. Makanan ini juga sering disajikan untuk keluarga kerajaan.
Melihat komposisi dari pecel sayur ini, terlihat begitu sehat, ya, Bela. Sayuran seperti kacang panjang, wortel, timun, kol, kemangi dan bayam ini hanya direbus sebentar, kemudian dinikmati dengan cara dicampur bersama sambal kacang.
Pecel ternyata sudah ada sejak masa kerajaan dulu, lho. Dalam kitab saduran Ramayana dalam bahasa Jawa disebutkan bahwa pecel menjadi menu yang banyak ditemukan pada masa itu.
Kalau dilihat dari komposisinya, namul memang mirip dengan pecel. Bedanya, namul tidak disajikan dengan bumbu kacang, melainkan dengan bumbu campuran cabai, bawang putih, bawang bombai, minyak perilla dan minyak wijen (chamgireum). Cara makannya pun mirip, yakni dengan mengaduk semua bahan dan bumbu menjadi satu sebelum dimakan.
Memang secara tampilan, gukbap sedikit berbeda dari rawon. Gukbap memiliki kuah bening, sementara rawon memiliki kuah berwarna cokelat kehitaman. Gukbap terbuat dari daging sapi dengan kuah kaldu yang gurih.
Menurut catatan, gukbap sudah ada sejak masa Dinasti Joseon dan wajib tersaji di dalam acara penting kerajaan. Namun, menurut catatan lainnya, gukbap berasal dari masa perang Korea di tahun 1950. Saat itu, orang-orang yang melarikan diri ke Busan untuk menghindari perang memanfaatkan tulang sapi dan babi untuk membuat kuah kaldu. Kuah tersebut kemudian diberi irisan daging sapi sebagai pelengkapnya.