Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Ini 3 Alasan Psikologis di Balik Tindakan Panic Buying

Ternyata panic buying berpotensi merugikan orang lain, lho!

Firly Fenti

Meningkatnya pandemi COVID-19 di Indonesia memicu sebagian orang melakukan panic buying. Tindakan Panic buying sendiri merupakan kegiatan membeli barang dalam jumlah besar yang dilakukan untuk menghadapi bencana. Barang yang dibeli ketika panic buying beragam, namun kebutuhan dasar sehari-hari adalah barang yang paling diburu ketika masyarakat melakukan panic buying.  

Tindakan yang tergolong implusif ini bisa merugikan orang lain, lho. Orang-orang yang tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan orang yang melakukan panic buying adalah orang yang dirugikan dari tindakan tersebut. Salah satu contohnya adalah kisah viral perawat di Inggris yang tak punya kesempatan waktu untuk berbelanja karena harus merawat pasien. Perawat bernama Dawn Bilbrough ini tidak mendapatkan bahan makanan di supermarket karena telah habis dibeli oleh orang-orang yang melakukan panic buying.  

Lalu, kira-kira, hal apa saja yang membuat masyarakat melakukan tindakan ini? Dilansir dari Stylist.co.uk, berikut tiga hal psikologis yang menyebabkan masyarakat melakukan tindakan panic buying.

1. Keputusan pembelian tersebut dibuat secara tidak sadar

Pinterest.com/Yahoolifestyle

Informasi yang dikonsumsi masyarakat seputar virus corona membuat rasa cemas dan takut muncul. Perasaan tersebutlah yang memicu masyarakat kehilangan kontrol untuk mengendalikan perasaan diri, yang secara tidak sadar telah melakukan panic buying. Hal ini juga dikatakan oleh Kate Nightingale, seorang ahli psikologi konsumen, yang menyebutkan bahwa hampir semua keputusan yang dibuat oleh manusia diputuskan di luar rasa sadar. Manusia juga akan lebih cepat mengambil keputusan, ketika sedang berhadapan dengan hal-hal berbahaya atau hal yang bisa mengancam dirinya tanpa berpkir panjang.

2. Takut akan kematian

Pinterest.com/Twitter.com

Percaya atau tidak, ketika seseorang diingatkan mengenai kematian, maka orang tersebut akan jauh lebih impulsif. Hal ini lah yang membuat masyarakat melakukan panic buying karena secara psikologis mereka merasa takut akan kematian yang bisa saja datang kepadanya karena virus corona.

3. Rasa takut yang menular

Pinterest.com/Applenews.com

Salah satu alasan psikologis lainnya mengapa panic buying tejadi bisa dijelaskan melalui teori bukti sosial. Teori ini mengatakan bawah manusia cenderung mengikuti perilaku manusia lainnya. Oleh karena itu, ketika melihat orang lain khawatir mengenai virus corona dan melakukan panic buying, maka perasaan serta kegiatan tersebut akan menular dan membuat orang yang lainnya melakukan tindakan yang serupa.

Agar tindakan panic buying ini tidak terjadi lagi, maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah berhenti membeli barang kebutuhan terlalu banyak. Selain itu, kamu tetap harus tenang, jangan panik, serta bertindak berdasarkan informasi-informasi resmi. Jangan lupa juga untuk melakukan social distancing agar wabah ini segera berakhir, ya.

IDN Media Channels

Latest from Food