Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

[Exclusive] Perankan Gepeng Srimulat, Bio One Sampai Diet Ekstrem

Ia rela tak makan untuk dapatkan postur "gepeng"

Zikra Mulia Irawati

Generasi muda Indonesia saat ini mungkin tak banyak yang tahu bahwa dulu pernah ada seorang pelawak legendaris bernama Gepeng Srimulat. Perawakannya yang kurus, suaranya yang ikonik, hingga perkataannya yang terbata-bata adalah ciri khasnya. Jika Srimulat dibuatkan biopik, tak terbayang siapa yang akan memerankan sosok ini.

Namun, saat hal itu terwujud, ternyata bukan hal yang mustahil untuk mencari aktor yang bersedia memerankan sosok Gepeng. Dia adalah Bio One. Oleh Fajar Nugros, sutradara sekaligus penulis biopik Srimulat: Hil yang Mustahal, ia diberi amanah tersebut secara langsung.

Karena kan ketika pertama kali mungkin banyak yang meragukan. Jauh banget gitu secara fisik dan lain-lain. Cuma ketika dia (Fajar Nugros) percaya, pas banget nih, dapet kesempatan untuk dipercayakan, oh ya udah, nggak boleh disia-siain,” ujar Bio saat bertandang ke IDN Media HQ pada Rabu (11/5) lalu.

Proses casting

instagram.com/bojvoyej

Untuk mendapatkan peran tersebut, Bio tentu melalui serangkaian proses casting. Ia mengikuti gaya foto Gepeng saat badannya sudah tidak terlalu kurus. Tak lupa, ia juga membuat video casting.

Aku bikin video casting juga. Aku kan emang tinggal di Bali. Jadi aku bikin video casting di sana, tapi setelah riset dan lain-lain. Dikasih scene yang ada di skenario,” ungkapnya.

Buat tim riset

Bagi seorang aktor, mendalami karakter yang akan diperankannya adalah sebuah standard operating procedure atau SOP. Hal ini juga berlaku untuk Bio. Untuk mengetahui Gepeng yang telah tiada lebih jauh, ia sampai membuat tim riset.

Waktu itu pake tim, risetnya. Ada orang Solo, orang Muntilan. Karakter tuh, apalagi ini, kan, pernah hidup, ya? Jadi kita harus tau semuanya, sosial-antropologinya, keluarganya, dan lain-lain. Tim cari link di sana untuk tahu siapa, sih, lingkup paling dekatnya Gepeng? Sama lingkup paling jauh,” katanya.

Untuk mendalami lawakan Gepeng yang khas, Bio sampai menggunakan pendekatan psikologis. Ia berusaha memahami bahwa komedian bernama asli Aris tersebut sudah hidup di panggung untuk waktu yang lama dan sebetulnya cerdas. Hanya saja, Gepeng tak pernah mengenyam bangku sekolah.

Gepeng itu udah hidup di panggung dari kecil, nggak sekolah. Aku merasa komedi itu kayak gimana kamu membuat ekspektasi, terus dipatahkan ekspektasi jadi sesuatu yang lucu. Tapi Gepeng punya ciri khas sendiri ketika kita nonton di YouTube, atau di mana, di Srimulat, dia terbata-bata dalam mengucapkan bahasa Indonesia dan lain-lain. Ya, karena memang dia nggak masuk sekolah. Dia nggak belajar bahasa Indonesia juga, belajarnya bahasa Jawa. Jadi itu sebenernya yang harus jadi rute-nya ketika mempelajari lawakannya dari mana, sih, bisa lucu? Oh, dia pintar, tapi nggak sekolah. Sebenernya psikologisnya yang kita pelajarin,” papar aktor muda tersebut.

Belajar miskin

instagram.com/filmsrimulat

Untuk lebih mendalami karakter Gepeng, Bio tentu harus menyerupai perawakan Gepeng yang sangat kurus. Ia sampai rela melakukan diet ekstrem. Ia mengungkapkan, ia tidak makan untuk “belajar miskin”.

Belajar miskin juga. Ya, nggak makan contohnya. Kan di era itu, seniman di 80-an, susah makan. Dan itu beneran kejadian. Jadi nggak makan itu bukan cuma mau nge-reach kurusnya doang, tapi struggle-nya dia, tuh, kayak apa, sih, nggak makan?” terangnya.

Proses menguruskan badan itu dia akui berlangsung 2-3 bulan. Selama itu, Bio berusaha menahan rasa lapar semampunya. 

Singgah di Solo untuk belajar bahasa Jawa

Bahasa Jawa bukanlah bahasa yang akrab di telinga aktor kelahiran Palu, Sulawesi Tengah ini. Melihat naskah Srimulat: Hil yang Mustahal seluruhnya menggunakan bahasa Jawa tentu jadi tantangan untuknya. Ia sampai harus singgah di Solo selama sepekan untuk terbiasa dengan bahasa ini.

Di skenario itu pake bahasa Jawa semua, otomatis ada bahan pembelajarannya. Tapi untuk melancarkan bahasanya otomatis kita harus terjun langsung ke daerahnya. Ya udah, gue ke sana beberapa hari untuk belajar bahasa. Bukan bahasa Jawanya, ya. Lebih ke medhoknya tuh kayak gimana, sih? Sehari-harinya seperti apa sih mereka kalo ngomong? Bahkan bahasa Jawa ada banyak tuh,” jelasnya.

Saat pengambilan gambar pun, ia tak bisa leluasa melakukan improvisasi karena keterbatasan kosakata bahasa Jawa. Bio pun harus berulang kali bertanya kepada Rukman Rosadi yang menjadi pengarah akting di film ini.

Adegan panggung yang jadi tantangan

instagram.com/bojvoyej

Saat manggung, Srimulat memang tak pernah menggunakan naskah. Mereka hanya melewati sesi penuangan untuk mengetahui apa situasi dan karakter apa yang akan mereka mainkan. Hal tersebut juga berlaku dalam biopik ini.

Buat kita semua, para aktor film ini, yang nggak pernah di panggung, ya, kecuali Mas Wika (Teuku Rifnu Wikana) dan Mas Rosa (Rukman Rosadi), beberapa lah, segelintir yang aktor panggung. Kita aktor film ke panggung, tuh, kayak beda kan treatment di panggung sama di film. Dan kita semua pasti deg-degan karena kita merepresentasikan orang,” kata Bio.

Untungnya, adegan yang sepenuhnya berisi improvisasi ini menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga, ia sedikit merasa lega akan hal tersebut. Kehadiran anggota Srimulat asli, seperti Tarsan, Tessy, dan Nunung pun wawasan akan panggung yang harus diperankan.

Apa, sih, esensi Srimulat, bagaimana cara mereka bertutur di panggung, kenapa mereka jadi sebuah keluarga yang utuh, dan lain-lain. Itu, sih, paling yang lebih terus dikasih makan, ‘Srimulat sebenernya ini, nih.’ Sampe komedinya juga,” ungkap Bio soal nasihat ketiga anggota Srimulat itu di lokasi syuting.

Jadi penanda zaman

Bio One optimis bahwa Srimulat: Hil yang Mustahal adalah salah satu film yang layak untuk dinikmati masyarakat luas. Selain karena seluruh kru yang telah bekerja keras, adanya biopik ini adalah sebuah penanda zaman yang baik. Bahwa dunia lawak Indonesia berasal dari sini, terlebih dengan kemasan yang ringan dan lucu.

Mas Fajar tahu lah mau bikin apa di (film) Srimulat ini. Dan kita menghidupkan kembali legend-legend yang ada di grup ini. Ya ini sebenernya sebuah kultur yang akhirnya berevolusi menjadi legend. Kan sebelumnya udah ada ludruk, ketoprak, dan lain-lain. Tapi Srimulat punya formula sendiri yang beradaptasi dengan masyarakat. Apalagi kalo melihat latar belakang waktu,” pungkasnya.

Menarik ya, cerita di balik layar Srimulat: Hil yang Mustahal versi Bio One? Kalau kamu penasaran seperti apa filmnya, jangan lupa ramaikan bioskop mulai 19 Mei, ya!

IDN Media Channels

Latest from Working Life