Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Terjadi Sejak 2011, Ini Update Terbaru Kasus Pelecehan di KPI Pusat

Bagaimana kronologi dan apa tanggapan KPI Pusat?

Niken Ari Prayitno

Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan siapa saja bisa menjadi korbannya. Tak terkecuali para laki-laki. Bahkan, tak jarang kasus pelecehan seksual meninggalkan trauma mendalam hingga mengganggu kesehatan mental korbannya. 

Seperti pengalaman yang diceritakan oleh seorang pria berinisial MS ini. Selama bertahun-tahun, MS menjadi korban perundungan sekaligus pelecehan di lingkungan kerjanya, KPI Pusat yang berlokasi di Jakarta. Karena perlakuan ini, MS menjadi begitu trauma dan bahkan membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi masalah kesehatan mentalnya.

Bagaimana kronologi pelecehan dan apa tanggapan KPI Pusat soal hal ini?

Kejadian bermula di tahun 2011 dan terus terjadi hingga 2019

Melalui sebuah akun Instagram dengan nama @GrassrootID yang kemudian diunggah ulang di Twitter @Mediteraniaq, MS menceritakan kronologi perundungan dan pelecehan seksual yang dialaminya.

Kejadian bermula saat MS diterima bekerja di KPI Pusat yang berlokasi di Jakarta. Saat itu, di tahun 2011 sampai 2014, MS menerima perlakuan tak senonoh yang dilakukan oleh rekan kerjanya yang berstatus aparatur sipil negara (ASN). MS kerap menerima cacian, diminta untuk membeli makanan, hingga bagian dari kemaluannya dicoret-coret menggunakan spidol yang kemudian difoto.

Mungkin bagi pelaku, apa yang mereka lakukan merupakan hiburan di kala senggang bekerja. Tapi, bagi MS, hal tersebut adalah mimpi buruk yang membuatnya tersiksa. Tentu MS sangat tidak nyaman bekerja karena di tempatnya mencari nafkah, ia harus bertemu dengan orang-orang yang membuatnya merasa terhina.

Melaporkan ke pihak kepolisian, namun diabaikan

Twitter.com/Mediteraniaq

Mengalami perundungan dan pelecehan selama hampir sepuluh tahun, MS bukannya tak pernah mencoba untuk mencari bantuan. Ia pernah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian pada tahun 2019. Namun, hasilnya nihil.

Polisi menyarankan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada atasan MS di kantor dan tidak membuat BAP. Padahal, berdasarkan konsultasi MS dengan lembaga bantuan hukum, apa yang dialami MS sudah masuk kepada tindak penganiayaan dan seharusnya bisa diproses ke kepolisian.

Satu tahun setelahnya, MS kembali melaporkan kasus ini ke polisi dan tanggapannya masih tak jauh berbeda. 

Perundungan semakin menjadi saat MS melapor ke atasan

Twitter.com/Mediteraniaq

Saran dari pihak Polres Gambir, Jakarta Pusat untuk melaporkan kejadian ini kepada atasan di kantor juga sudah dilakukan MS. Solusinya saat itu, ruang kerja MS dipindah ke ruangan lain. Menurut atasannya, ruangan baru MS tersebut berisi orang-orang yang lebih lembut dan tidak kasar.

Pada kenyataannya, masalah tidak selesai sampai di situ. Para pelaku yang berjumlah tujuh orang ini semakin terus merundung MS. Bahkan, mereka mengatakan bahwa MS adalah sosok yang lemah dan si pengadu. 

Warganet mencari-cari pelaku perundungan di media sosial

Unsplash.com/Ilayza Macayan

Selain menceritakan kronologi pelecehan dan perundungan, dalam keterangannya, MS juga menyebutkan nama lengkap pelaku. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan jabatan pelaku dan apa saja yang pernah pelaku lakukan terhadap MS.

Berbekal nama pelaku ini, warganet pun beramai-ramai mencari siapa sosok tujuh pelaku yang dimaksud MS. Hasilnya? Warganet berhasil menemukan akun media sosial, nomor ponsel, hingga alamat rumah lengkap pelaku. 

Bahkan, tak segan-segan warganet datang ke KPI Pusat hanya untuk menyambangi pelaku atau mengirimkan ribuan pesan ke nomor ponsel pelaku.

KPI Pusat panggil pelaku pelecehan dan perundungan hari ini

Dok. Internet

Setelah kasus ini menjadi viral di media sosial, hari ini, 2 September 2021, Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) memanggil tujuh terduga pelaku dan juga korban. Pemanggilan mereka dilakukan di waktu yang berbeda untuk menjaga psikologi masing-masing pihak.

Merangkum dari berbagai sumber, Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah akan terus memberikan pendampingan terhadap korban dan berusaha seadil mungkin. Oleh karena itu, sampai saat ini, ia tidak ingin langsung memvonis siapa yang bersalah sebelum pelaku dan korban memberikan keterangan yang dibutuhkan.

Menurut Nuning, KPI Pusat sangat menyesalkan hal ini apabila benar terjadi. KPI Pusat memiliki komitmen bahwa seluruh karyawannya berhak mendapatkan rasa aman dan nyaman saat bekerja. 

Itulah kronologi kasus pelecehan seksual yang terjadi di KPI Pusat. Semoga saja masalah ini segera menemukan penyelesaiannya dan MS bisa mendapatkan keadilan yang semestinya, ya, Bela.

IDN Media Channels

Latest from Working Life