Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Catat! Ini 5 Pesan Penting terkait Kesehatan Mental dari Pakar Terapi

Jangan lupa memerhatikan kesehatan mentalmu!

Mariana Politton

Memang benar, kamu harus memerhatikan kesehatan tubuhmu secara menyeluruh. Akan tetapi, sadarkah kamu? Kesehatan tidak hanya fokus pada tubuhmu secara fisik, melainkan turut meliputi keadaan mental dan psikolog yang memengaruhi emosimu.

Oleh sebab itu, sebagaimana melansir dari TeenVogue, para pakar terapi sangat menyarankan setiap individu untuk menjaga kesehatan mental. Untuk mampu merealisasikannya, ada beberapa catatan khusus yang sangat dianjurkan.

Beberapa diantaranya adalah lima catatan yang dibagikan secara spesifik kepada masing-masing pasien mereka di bawah ini. Yuk, baca dan pelajari bersama-sama!

1. Berhenti berpikir untuk memahami emosimu

thehealthy.com

Layaknya seorang pasien bernama Billie, kamu pasti sering sekali fokus pada hal-hal yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Nyatanya, hal tersebut dapat membuahkan perasan negatif yang membuatmu tersudutkan dan terbebani oleh dirimu sendiri, lho!

Nasihat pakar terapi: "Kamu terlihat selalu membicarakan apa yang sebaiknya kamu lakukan atau tidak lakukan, serta bagaimana kamu menunjukkan dirimu dan sebaliknya. Bagaimana dengan perasaanmu yang sesungguhnya?"

Billie: "Awalnya, saya menyadari bahwa saya memang terlalu fokus untuk menyelaraskan diri dengan apa yang saya pikir 'benar' sehingga (dampaknya) saya menekan atau bahkan, menghiraukan perasaan saya."

Dari sini, kamu pun melihat bahwa emosi dapat menjadi feedback dari fokus pikiranmu. Untuk itu, cobalah mengambil sedikit waktu untuk berhenti berpikir, memahami perasaanmu, dan menerima emosi tersebut untuk lebih lanjut dianalisa dan dikelola.

2. Lakukan hal yang membuatmu bahagia

businessinsider.com

Rentetan aktivitas dan tanggung jawab merupakan bagian dari kehidupan. Hal ini tentu memberi dampak emosi tersendiri. Itulah kenapa, kamu layak memberi kesenangan bagi dirimu, sebagaimana yang disarankan seorang pakar terapi kepada pasien bernama Ethan.

Nasihat pakar terapi: "Setiap kali saya sampai di rumah, saya bersemangat menggunakan sabun baru yang saya beli untuk mencuci piring. Hal-hal yang kita nantikan untuk membuat diri senang karena suata alasan merupakan hal yang penting untuk dilakukan."

Ethan: "Nasihat ini membuat saya sadar bahwa kita dapat bahagia karena beberapa hal ketika kita pun hidup untuk diri kita sendiri."

Benar sekali! Tidak menepis fakta bahwa kamu tentunya memiliki tanggung jawab dalam kehidupan sosial maupun berkeluarga. Akan tetapi, jangan pernah melupakan bahwa kamu pun memiliki tanggung jawab dalam kehidupan pribadimu untuk dirimu sendiri.

3. Pahami batas kemampuanmu

pexels.com/Ivan Samkov

Entah kamu termasuk sosok yang ambisius atau tidak, kamu pasti memiliki tujuan yang ingin diraih. Namun, tahukah kamu? Dalam rangka mencapai tujuan, kamu harus melakukan upaya atau tugas tertentu. Upaya ini akan meminta batas kemampuanmu.

Nasihat pakar terapi: "Jika kamu menginginkan 10, kamu harus bekerja dengan kemampuan 10 kali lipat. Tidak apa-apa jika kamu melakukanya dalam satu hal, tetapi kamu ingin meraih 10 dalam segala hal, dan kenyataannya adalah kamu tidak bisa. Jadi, kapan pun kamu menghadapi tugas, tanyakan dirimu sendiri seberapa banyak kemampuan dirimu yang ingin kamu berikan dan seberapa sehat kamu sehingga dapat melakukannya."

Sofia: "Saya termasuk perfeksionis, jadi saya ingin segalanya menjadi yang terbaik, dan saya sangat menuntut diri saya sendiri sehingga (dampaknya) saya tidak ingin beristirahat sampai momen yang saya yakini tepat untuk melakukannya. Sekarang, setiap kali saya akan melakukan tugas, saya bertanya pada diri sendiri, 'Berapa banyak (kemampuan) yang dapat saya berikan untuk melakukan tugas ini?' Karena terkadang, saya menginginkan sesuatu yang besar dan bagus, tetapi saya tidak mau bekerja untuk itu. Jadi, saya menurunkan ekspetasi saya sesuai dengan kesehatan mental saya, dan apa yang saya tahu terbaik untuk saya."

Menjadi seseorang yang perfeksionis adalah hal yang baik. Namun, jangan sampai kecenderungan tersebut membuatmu lupa dengan kondisi mentalmu. Terkadang, kamu pun harus memilih jalan yang realistis dan idealis agar segala sesuatu menjadi seimbang.

4. Tidak perlu membandingkan kesulitanmu

https://www.pexels.com/@cliff-booth

Apakah kamu sedang berada di masa tersulit? Kamu mungkin menghadapi hal-hal yang membuatmu merasakan emosi negatif. Namun, tidak jarang, kamu merasa bersalah karena memahami fakta bahwa orang lain pun menghadapi kesulitan yang lebih berat, bukan?

Nasihat pakar terapi: "Pada akhirnya, selalu ada seseorang yang memiliki kesulitan yang jauh lebih berat dibandingkan apa yang kamu alami. Akan tetapi, fakta tersebut tidak membuat apa yang kamu alami tidaklah berat."

Jessica: "Saya memiliki waktu yang sulit untuk memahami permasalahan dan sering kali, saya merasa bersalah karena hal ini dapat berakhir lebih buruk, sehingga saya pun cenderung menyimpan segalanya. Setelah ahli terapi dan saya berbicara banyak mengenai bagaimana permasalahan adalah valid, hal tersebut membantu saya untuk membagikannya dan berbicara mengenai hal-hal yang sebelumnya saya pikir tidak penting. Nyatanya, semuanya itu penting untuk dibicarakan untuk membantu proses healing."

Mengerti, ya? Jika kamu meyakini bahwa kesulitanmu bersifat tidak penting, hal tersebut dapat menyebabkan keengganan untuk terbuka. Padahal, penting lho, untuk mencurahkan perasaanmu agar semuanya terasa jauh lebih baik.

5. Pahami emosimu dan belajar mengontrolnya

Pexels.com/Andrea Piacquadio

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan apapun yang kamu rasakan. Kamu memang harus memahami dan menerimanya. Namun, ada emosi-emosi tertentu yang harus kamu pelajari untuk dapat dikontrol, seperti amarah, ketidakpuasan, dan emosi negatif lainnya.

Nasihat pakar terapi: "Cobalah untuk membuat daftar mental terkait semua hal yang dapat kamu kendalikan dalam suatu situasi dan berikan kekuatan positif pada hal-hal tersebut."

Jessica: "Apabila seseorang membuat keputusan yang membuat saya kesal, saya tidak dapat mengubah apa yang mereka lakukan, tetapi saya dapat mengubah respon saya terhadap hal tersebut. Atau saya dapat mengubah batas komunikasi yang saya miliki dengan orang tersebut."

Itu artinya, cobalah minimalkan kemungkinan reaksi negatif terjadi. Karena akhirnya, kamu sendiri yang akan mendapat feedback emosi terkait. Semoga catatan ini membantumu!

IDN Media Channels

Latest from Working Life