Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Review 'Daeng': Persahabatan Dua Dunia yang Penuh Komedi

Sayangnya ada banyak candaan rasis

Zikra Mulia Irawati

Kalau penatnya aktivitas membuat kamu ingin menonton sesuatu yang ringan dan menghibur, CGV dan Cinépolis Tanah Air tengah menayangkan film Daeng, lho, Bela! Spin-off dari kisah Mak dan Nak dalam film Pee Mak (2013) ini bercerita tentang anak mereka, Daeng. Sosok kecil yang diperankan oleh Melik Efe Aygun ini merupakan hantu yang terlihat seperti manusia biasa saat bermain dengan teman-temannya.

Bukannya seram dan mencekam, film horor yang satu ini justru penuh komedi. Seperti apa kisahnya? Simak review-nya di bawah ini, yuk!

Sinopsis Daeng

Meski mengetahui Daeng adalah seorang hantu, kehidupan di sekitar Phra Kanong tetap damai selama bertahun-tahun. Namun, tiba-tiba ada sosok hantu cilik yang muncul dan mengusik ketenangan tersebut. Apakah itu Daeng?

Hantu kecil yang jahil

dok. Istimewa

Pernahkah orang di sekitarmu mengatakan ada hantu yang mengajak bermain saat suasana mendadak jadi horor? Melalui film ini, kamu dapat membuktikan ucapan tersebut. Suasana tradisional yang diadaptasi oleh film arahan Jack Chaleumpol Tikumpornteerawong ini menciptakan kedekatan tersendiri dengan penonton Indonesia.

Daeng yang kesepian karena tumbuh besar sendirian, kerap menjahili orang-orang dewasa di sekitarnya. Ia menampakkan diri sebagai hantu dengan wajah yang seram atau tangan memanjang seperti Nak. Harus diakui, wajah Daeng cukup mengerikan di sini.

Membawa kekhasan film Pee Mak

dok. Istimewa

Dalam Pee Mak (2013), Daeng diceritakan masih bayi. Untuk kamu yang masih penasaran bagaimana nasibnya saat tumbuh besar, nggak ada salahnya untuk untuk menonton film ini.

Apalagi jika kamu merupakan penggemar film yang dibintangi oleh Mario Maurer dan Davika Hoorne yang jadi film horor Thailand terlaris sembilan tahun lalu. Kamu akan familier dengan beberapa hal, seperti gaya rambut unik dan cara melihat hantu dari celah kaki. Selain itu, kehidupan di kuil juga akan banyak disorot di sini.

Komedi rasis

dok. Istimewa

Beberapa adegan di film ini memang benar-benar lucu. Jokes yang dilemparkan pun khas bapack-bapack, garing dan membuat pendengarnya tak habis pikir.

Sayangnya, ada lebih banyak komedi yang bernada rasisme. Daeng dikisahkan berkawan dengan Mali, Sri, Samlee, dan Heng yang memiliki ciri fisik beragam. Hal tersebut malah digunakan untuk membawa humor usang perihal warna kulit dan berat badan kembali naik ke permukaan. Padahal, kini sudah banyak masyarakat yang mengecamnya. Selain itu, ada juga candaan seksis yang terasa kurang sesuai dengan rating 13+ yang disandangnya.

Namun, film ini ditolong dengan sinematografinya yang cukup apik. Transisi wujud Daeng dan rumahnya sungguh patut diacungi jempol. Kisah persahabatan di detik-detik akhir film pun cukup mengharukan. Hal ini membuktikan akting para aktor dan aktris cilik ini patut diperhitungkan.

Di negaranya sendiri, film ini telah tayang sejak Maret lalu dan mendapatkan sambutan yang cukup positif. Tertarik untuk menonton?

IDN Media Channels

Latest from Inspiration