Pembuatan film adalah bentuk seni, dan seperti karya seni lainnya, terserah pemirsa untuk memutuskan apakah mereka suka atau tidak. Namun, ada praktik dan teknik standar yang membuat beberapa film secara objektif luar biasa bagusnya, seperti Citizen Kane dan The Godfather.
Namun, seperti halnya ada elemen film yang membuat beberapa film secara inheren bagus, ada juga elemen yang membuat film mengerikan. Ini adalah film yang sepenuhnya meleset dari standar dan dianggap sebagai yang terburuk yang pernah dibuat.
Jaws: The Revenge atau dikenal sebagai Jaws 4 adalah sekuel ketiga dari Jaws milik Stephen Spielberg, dan sekuel terakhir dalam franchise Jaws. Dirilis pada tahun 1987, film ini berkisah tentang Ellen Brody yang yakin bahwa hiu putih besar berusaha membalas dendam terhadap keluarganya, bahkan mengikuti mereka ke Bahama.
Tidak mengherankan, film ini tidak diterima dengan baik oleh para kritikus, sebab pembuatannya termasuk cepat, yakni hanya dalam sembilan bulan. Film ini menerima skor 0% pada Rotten Tomatoes, dengan kritikus film Roger Ebert berkomentar bahwa "Ini bukan hanya film yang buruk, tetapi juga film yang bodoh dan tidak kompeten."
Dibintangi Milla Jovovich dan Brian Krause, Return to the Blue Lagoon adalah sekuel film 1980, The Blue Lagoon. Berdasarkan novel The Garden of Wrath, film ini berkisah tentang dua anak yang terdampar di sebuah pulau di Pasifik Selatan.
Ketika mereka dewasa, mereka menjadi tertarik secara emosional dan fisik satu sama lain dan akhirnya jatuh cinta. Rotten Tomatoes memberi film ini 0% dengan komentar, "Meskipun pemandangan tropisnya sangat menarik, Return to the Blue Lagoon sama konyolnya dengan pendahulunya. Penonton sama sekali tidak bisa menikmati film ini karena sama sekali tak masuk akal dan aneh."
Dirilis pada tahun 1989 dan dibintangi oleh Corey Feldman dan Corey Haim, Dream a Little Dream berkisah tentang pasangan lansia yang tiba-tiba saja terjebak dalam tubuh dua siswa sekolah menengah. Orang-orang banyak yang mengira film ini akan sukses karena dibintangi oleh dua Coreys, aktor ternama pada masanya. Tetapi sayangnya mereka keliru.
Film ini hanya menghasilkan $2,5 juta hanya selama akhir pekan pembukaannya dengan pendapatan akhir pekan berikutnya sebesar 51%. Berdasarkan sembilan ulasan pada Rotten Tomatoes, film ini menerima 0%.
Stay Alive dibintangi John Travolta dengan Sylvester Stallone di belakang kamera serta penulisan dan produksi bersama dengan produser dan penulis Saturday Night Fever, Robert Stigwood, dan Norman Wexler.
Sekuel Saturday Night Fever, itu adalah salah satu dari dua film yang disutradarai Stallone dan tidak dibintangi olehnya, meskipun ia muncul sedikit sebagai cameo. Entah bagaimana, film itu sukses secara komersial, meraup hampir $65 juta di box office Amerika Serikat. Namun, itu dihancurkan oleh para kritikus yang menganggapnya sebagai salah satu sekuel terburuk yang pernah dibuat.
Film keempat dalam franchise Police Academy yang rilis di 1987 ini bercerita tentang lulusan Police Academy saat mereka ditugaskan untuk melatih kelas rekrutmen baru. Police Academy 4 adalah salah satu film Police Academy dengan rating terburuk dan itu juga menjadi penampilan terakhir yang dibuat oleh Steve Guttenberg sebagai Carey Mahoney.
Dengan skor 0% pada Rotten Tomatoes, jelas itu tidak sesuai dengan kesuksesan film-film franchise sebelumnya. Selain menerima 0%, Rotten Tomatoes bahkan memberikan komentar untuk film ini sebagai "benar-benar, sepenuhnya dan menyeluruh sangat tidak lucu."
Meskipun Bruce Willis mungkin menjadi salah satu aktor terbesar pada masanya, namun itu tidak berarti setiap filmnya dijamin akan sukses. Ini adalah kasus untuk film Precious Cargo yang rilis di tahun 2016. Dalam film ini Bruce Willis berperan sebagai Eddie Filosa, yang meyakinkan bos perampok untuk mencuri berlian dari permainan lain dengan imbalan seorang perempuan.
Film ini menerima 0% di Rotten Tomatoes karena ketidakorisinalitasnya. Kritikus film Peter Sobczynski berkomentar, “Kamu akan kesulitan mengingat apa pun tentang film itu bahkan hanya beberapa menit setelah menontonnya. Ini adalah petaka buruk bagi semua orang yang terlibat dalam produksinya.”
Pada tahun 1997, Roberto Benigni membuat namanya dikenal setelah membintangi film Life is Beautiful yang kemudian memenangkan Aktor Terbaik, Film Berbahasa Asing Terbaik, dan Skor Terbaik di ajang penghargaan Oscar. Film ini menempatkan Benigni sebagai aktor yang diperhitungkan dan banyak orang penasaran dengan aksinya di film yang lain.
Namun, segala sesuatunya berubah menjadi terburuk ketika Benigni membintangi live-action Pinocchio pada tahun 2002. Versi ini menjadi film yang dijuluki oleh para kritikus sebagai film aneh yang harus dihindari oleh jutaan penonton.
