Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

#PopbelaWFH Kenapa Hujan Bikin Mood Jadi Sendu? Ini Penjelasannya

Pergantian cuaca memang memengaruhi mood bekerja, ya

Ayu Utami

Memasuki #WFH minggu keempat. Saya duduk di ‘ruang kerja’ dadakan yang ada di kamar lantai dua. Saya menatanya dengan menghadap jendela yang terbuka lebar, demi memberikan ilusi jarak pandang luas, seolah berada di ruang terbuka dan tak terasa ‘sesak nafas’. Selama hampir empat minggu pula, saya berusaha mengontrol diri dengan tetap disiplin waktu dalam beraktivitas, membangun mood dengan playlist musik harian, berolah raga, berpikir positif; “semua akan baik-baik saja”, bahkan sampai menata pencahayaan untuk ‘ruang kerja’ ini pun saya pikirkan (Duh, jadi kangen ruang kantor yang terang benderang).

Faktanya, bombardir berita penyebaran COVID-19 di Indonesia—terutama di lingkungan kediaman saya—tidak membuat situasi jadi menyenangkan, ya Bela. Sehingga saya berpikir, bagaimana cara membuat #WFH saya tetap produktif, berkualitas dan selalu-in a good mood.

Inilah tantangannya. Apalagi ternyata, faktor cuaca turut memengaruhi mood saya bekerja! Is it just me? Akhirnya saya mencoba mencari tahu fakta-faktanya, sekaligus solusi untuk masalah satu ini. Saya yakin, Bela juga ingin tahu, bukan?

Ya, cuaca bisa memengaruhi mood aktivitas kamu!

unsplash.com/AvaSol

Nah, mari kita kaji dulu teori dan penelitiannya ya, Bela. Melansir dari situs Everydayhealth, John Grohol, PsyD, pendiri dan CEO Psych Central, menawarkan tinjauan luas dari studi yang ada tentang cuaca dan mood. Ada penelitian yang mengatakan bahwa cuaca tidak ada hubungannya dengan suasana hati, katanya, tetapi "keseluruhan bukti yang dominan menunjukkan bahwa cuaca dapat memiliki lebih dari sekadar 'sedikit efek' pada suasana hati kamu."

Lalu, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Science pada 2005, peneliti mengikuti 605 peserta dalam tiga studi terpisah untuk menentukan hubungan antara suasana hati dan cuaca. Mereka menemukan bahwa cuaca yang menyenangkan (seperti musim semi) terkait dengan suasana hati yang lebih tinggi, ingatan yang lebih baik, dan gaya kognitif "meluas" selama musim tersebut, karena subjek menghabiskan lebih banyak waktu di luar. 

Penelitian tersebut menyatakan, "Hasil ini konsisten dengan temuan pada gangguan afektif musiman, dan menunjukkan bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan suasana hati dan memperluas kognisi di musim semi karena orang telah kehilangan cuaca seperti itu selama musim dingin."

Menyapa matahari sebelum terik menjamah emosi

unsplash.com/MatthewHamilton

Mengekspos kulit terhadap sinar matahari menghasilkan vitamin D, meningkatkan produksi serotonin otak, yang mengangkat suasana hati. Meskipun cerahnya matahari pagi atau matahari terbenam yang indah bisa membuat orang lebih bahagia, semangat dan produktif, namun semakin tinggi suhunya, maka semakin banyak orang cenderung bertindak agresif.

Tingkat agresi bisa lebih tinggi pada tahun, bulan, atau hari dan waktu yang lebih panas. Contohnya; pada waktu tersebut kamu bisa perhatikan apakah lebih banyak orang yang marah-marah dan memaki di jalanan.

unsplash.com/JolineTorres

Aspek cuaca di luar panas dan sinar matahari juga telah terbukti memengaruhi suasana hati. Kelembapan cenderung membuat orang lebih lelah dan mudah tersinggung. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Science pada 2013, para peneliti melaporkan bahwa ketika suhu meningkat, frekuensi kekerasan antar pribadi meningkat sebesar 4% dan konflik antar kelompok sebesar 14%. Fluktuasi perilaku yang sama terjadi dengan curah hujan ekstrem.

Memasuki waktu bagian gloomy

popbela.com/AyuUtami

This article supported by vivo as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media

Oke, sekarang kita membahas mendung dan hujan. Di negara yang memiliki empat musim, ada istilah winter depressions of seasonal affective disorder (SAD) yang bahkan bisa memengaruhi orang cuek sekalipun. Inilah mengapa efek cuaca pada suasana hati tidak langsung bersifat biologis, melainkan psikologis dan sosial. Salah satu alasan mengapa panas dikaitkan dengan agresi adalah karena orang lebih banyak berinteraksi di depan umum dalam cuaca panas.

Sebuah studi oleh peneliti psikologi AS Matthew Keller dan rekannya menunjukkan bahwa, cuaca yang baik bahkan memiliki efek negatif pada suasana hati bagi orang-orang yang terkurung di dalam ruangan, yang mungkin memandang dengan iri di luar karena kebahagiaan aktivitas orang lain di bawah matahari, yang mereka lewatkan.

unsplash.com/BurstVK

Sama halnya saat musim hujan atau kondisi sedang hujan, kebanyakan dari manusia tidak keluar untuk berinteraksi, sehingga secara psikologis dan sosial mereka terkungkung dengan pikiran sendiri dan berdialog dengan diri sendiri.

Sehingga, tidak heran jika cuaca mulai mendung lalu hujan dan kamu 'terperangkap' di rumah, bawaannya moody dan ingin rebahan terus. Tapi, pantas saja banyak musisi pop dan folk dari Bandung, Jawa Barat ya, Bela. Kota Bandung yang sejuk dan sering hujan, membuat jadi pengen bikin lagu sendu terus.

IDN Media Channels

Latest from Working Life