Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Miris, Kisah Atlet Paralimpik yang Hidup Memprihatinkan Pasca Pensiun

Mereka ada yang berjualan serabutan demi menyambung hidup

Niken Ari Prayitno

Bisa dibilang atlet adalah pahlawan masa kini. Sebab, dari keringat dan prestasi mereka, nama bangsa bisa harum di mata dunia. Bertanding melawan atlet dunia terbaik di ajang pertanding internasional, hingga membawa pulang medali, menjadi kebanggaan tersendiri bukan hanya bagi mereka. Tapi, juga bagi masyarakat asal negara mereka. 

Sayangnya, saat memutuskan pensiun dan tak lagi aktif sebagai atlet profesional, justru nasib para atlet ini berbanding terbalik dari saat masih berjaya. Mereka tak lagi dielu-elukan. Bahkan, mereka bekerja serabutan demi menyambung hidup karena uang bonus hasil bertanding tak lagi bersisa. 

Bukan hanya di Indonesia, deretan atlet paralimpik berikut ini juga mengalami hal yang sama. Mereka bahkan harus turun ke jalan, hingga kesehatan mental mereka terganggu pasca pensiun. Siapa saja mereka?

Koh Lee Peng - para-atlet renang, Malaysia

Weirdkaya.com

Melalui sebuah cuitan di Twitter yang kemudian menjadi viral, kehidupan miris Koh Lee Peng, atlet paralimpik dari cabang olahraga renang Malaysia pun terekspos ke publik. Fayadh Wahab, orang yang pertama kali mengunggah kabar terbaru Koh Lee Peng menuliskan bahwa ia secara tak sengaja bertemu atlet tersebut di Bukit Bintang, Malaysia sambil mengenakan jersey 'Harimau Malaya'. 

Penasaran, Fayadh mendekati Koh Lee Peng yang langsung memperkenalkan diri dengan menyebutkan, "Hai, saya Koh Lee Peng dari Penang dan saya mantan Paralimpiade."

Melansir dari Weirdkaya.com, Koh Lee Peng pernah mendapatkan predikat Female Paralympian of the Year 2016 di situs International Paralympic Committee dan membawa pulang tujuh medali emas dan tiga medali perak, di ASEAN Para Games 2001-2005.

Kehidupannya berubah saat ia memutuskan pensiun. Sebelum akhirnya berjualan tisu di Bukit Bintang, Koh Lee Peng mengaku telah mendapatkan pekerjaan kantoran. Sayangnya, ia memutuskan untuk berhenti karena kesulitan naik turun tangga akibat keterbatasannya. Sejak tahun 2019, Koh Lee Peng berjualan di Bukit Bintang.

Liz Johnson - para-atlet renang, Inggris

Alchetron.com

Berdasarkan informasi yang dilansir dari Metro.co.uk, sebanyak 1 dari 5 warga negara Inggris memiliki disabilitas. Namun, hanya 30% dari mereka yang mendapat kesempatan bekerja. Itu artinya, lebih banyak warga dengan disabilitas yang menganggur. 

Kenyataan inilah yang menghantui Liz Johnson, para-atlet renang asal Inggris saat memutuskan pensiun di tahun 2016 lalu. Apa yang dialaminya memang sesuai dengan yang dipikirkannya dulu. Hidup Liz berubah drastis pasca pensiun.

Badannya yang bugar, kini mudah lelah karena tak ada lagi latihan panjang yang dijalaninya. Lebih dari itu, ia mendapatkan pandangan negatif dari warga sekitar dan kesulitan mendapatkan pekerjaan karena keterbatasannya.

Liz sempat menganggur dan kesulitan mendapatkan pekerjaan pasca pensiun. Liz bahkan harus menunggu hingga empat tahun untuk mendapatkan kepercayaan publik yang mau mempekerjakannya dan mulai bekerja sebagai seorang kolumnis di media lokal hingga saat ini.

Para-atlet Indonesia saat pandemi

Kompas.com

Para-atlet Indonesia harus merasakan hidup yang cukup memprihatinkan, bahkan sebelum mereka pensiun. Melansir dari berbagai sumber, Wakil Sekretaris Jenderal Komite Paralimpik Nasional (NPC) Indonesia Rima Ferdianto menyatakan ratusan para-atlet Indonesia kehilangan pendapatan mereka karena pandemi.

Para-atlet ini menggantungkan hidup mereka pada gaji pelatihan nasional (pelatnas). Sayangnya, di masa pandemi ini atau sejak April 2020, pelatnas justru memulangkan para-atlet ke daerah masing-masing yang otomatis menghentikan pemasukan mereka.

Pasca Olimpiade Tokyo 2020 dan berhasil mendapatkan bonus dari pemerintah karena membawa pulang medali, beberapa para-atlet kembali mendapatkan pemasukan. Namun, belum ada informasi lebih lanjut mengenai mereka yang tidak mengikuti pertandingan kemarin. Apakah telah mendapatkan penghasilan bulanan dari pelatnas seperti dulu atau tidak.

Itulah tadi kisah para-atlet yang cukup miris pasca pensiun. Semoga saja ke depannya, pemerintah dari masing-masing negara dapat memperhatikan kesejahteraan para-atlet karena mereka telah mengharumkan nama bangsa di kancah dunia.

Apakah ada lagi kisah lain yang kamu ketahui? Tulis di kolom komentar, ya!

IDN Media Channels

Latest from Working Life