Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Viral Ada di Depok, Ini Fakta-Fakta Tentang Babi Ngepet

Makhluk legenda sejak zaman Majapahit

Natasha Cecilia Anandita

‘Babi’ menjadi salah satu kata kunci trending di Twitter, kemarin malam (27/4/2021). Hal tersebut lantaran ditangkapnya seekor babi yang diduga adalah babi ngepet. Penangkapan dilakukan oleh warga RT 02/004, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok pada Selasa (27/4/2021) dini hari setelah sebelumnya sempat gagal.

Isu adanya babi ngepet di daerah tersebut sudah ramai sejak tiga bulan lalu, warga diresahkan dan kesal dengan adanya teror dari babi ngepet. Beberapa dari mereka kehilangan uang dan sempat melihat sehingga dilakukan penangkapan, seperti yang diungkap oleh salah seorang warga, Matalih.

Kini babi tersebut telah ditempatkan pada sebuah kadang dari bambu kuning dan menurut penuturan warga, tubuhnya kian mengecil. Lantas apa sebenarnya babi ngepet itu? Apakah benar tubuhnya dapat mengecil? Apakah ia dapat berubah menjadi manusia? Berikut fakta-fakta tentang babi ngepet.

kumparan.com

Makhluk legenda

pixabay.com/beeki

Babi ngepet adalah salah satu makhluk legenda Indonesia yang bercerita tentang siluman babi. Dari mitos yang beredar, bercerita bahwa babi ngepet adalah orang yang ingin kaya dengan cara mengambil pesugihan babi. Mitos pesugihan dan babi ngepet sudah ada sejak lama, menurut makalah “Cerita-Cerita Pesugihan di Jawa” oleh Mashuri.

Cliford Geertz, salah seorang sejarawan yang mencatat keberadaan mitos babi ‘jadi-jadian’ ini dari hasil penelitian pada dekade 1950. Geertz tinggal di sebuah desa di Kediri, Jawa Timur pada 1952. Lalu, ia meneliti masyarakat Bali pada 1957 hingga 1958. Dari hasil penelitiannya, ia menerbitkan buku History of Java atau Abangan, Santri, dan Priyayi.

Geertz mencatat, pesugihan babi hutan itu terkenal sebagai babi ngepet, ama menthek, dan kebleg. Budaya Jawa dan Nusantara sendiri mengenal babi sebagai sumber protein hewani. Melansir Historia, masyarakat Jawa di zaman Majapahit, orang Dayak Ngaju, serta orang Makassar abad ke-16 biasa makan babi. Suku Jawa sendiri mengenal istilah ‘celengan’ yang terkait dengan babi hutan atau ‘celeng’ dalam bahasa Jawa.

Berdasarkan penelitian pula, dalam masa kerajaan Majapahit ada sebuah celengan berbentuk babi yang bulat dan memiliki ruang yang besar untuk menyimpan. Hal itu sebagai simbolisasi mencari kekayaan, karena watak babi adalah tidak pernah puas dan rakus.

Proses beraksi

pexels.com/brettsayles

Saat akan "beraksi", biasanya ada dua orang, pertama yang menjadi tuan. Si tuan harus mengenakan jubah hitam untuk menutupi tubuhnya. Dan nanti, secara ajaib, orang tersebut akan berubah menjadi babi. Sementara orang yang satu lagi harus menjaga lilin agar tidak goyang apinya.

Apabila api lilin sudah mulai goyang, artinya orang yang menjadi babi itu mulai dalam bahaya. Tugas si penjaga lilin adalah mematikan lilinnya agar si babi dapat berubah kembali menjadi manusia biasa. Babi ngepet biasanya mengambil uang dengan cara menggesek-gesekkan tubuhnya di pintu, lemari, dinding, dsb.

Beberapa orang yang melakukan pesugihan tersebut terkadang sampai rela untuk memakan kotoran hewan dan memberikan tumbal. Sedangkan untuk menangkap babi ngepet, berdasarkan mitos, orang yang akan menangkap harus telanjang bulat.

Ciri babi ngepet dan babi asli

pixabay.com/teafarm

Menurut penuturan Prapto Yuwono, dosen Sejarah dan Kebudayaan FIB UI, babi hutan yang asli atau hewan babi hutan sangat jarang untuk masuk ke daerah pemukiman warga, kecuali jika habitatnya sudah rusak. Apabila ada babi yang tersasar ke pemukiman pun akan langsung lari dan menghindar. Sedangkan babi ‘jadi-jadian’ itu mempunyai ciri yang dapat dilihat dari mata dan sikapnya.

Dari mata terlihat seperti mata manusia, sedangkan dilihat dari sikapnya, babi tersebut seolah paham dengan kehidupan manusia, memiliki rasa malu dan takut. Namun lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belum ada bukti konkrit yang menyatakan bahwa babi-babi yang diduga babi ngepet dan telah tertangkap adalah benar babi siluman dan kembali berubah wujud menjadi manusia.

LIPI: Babi Ngepet tidak ada

pixabay.com/webandi

Peneliti bidang zoologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Taufiq Purna Nugraha, mengatakan secara ilmiah tidak ada babi ngepet. Namun ia tetap menghormati kepercayaan masyarakat Indonesia.

"Kalau dari sudut pandang ilmiah sih, itu babi ngepet atau bukan, saya nggak bisa jawab, kalau di dalam ilmiah tidak ada itu istilahnya babi ngepet," kata Taufiq.

Ia juga menambahkan jika dilakukan tes DNA, apakah DNA manusia atau hewan akan sulit dibuktikan. Namun wujudnya adalah hewan babi. Namun ia meyakini bahwa hasil tes DNA akan menunjukkan DNA babi.

"Masalahnya kan gini... kalau kita bicara tes DNA ya, tes DNA bisa misalnya ini babi, ya kalau kita lihat dari secara morfologinya ini babi. Tapi kalau dari tes DNA ini DNA manusia atau DNA babi, ya, susah juga ya, karena satu dalam terminologi itu tidak ada babi ngepet ya, tapi kalaupun di tes DNA pun juga ya kalau saya sih yakinnya itu DNA babi ya," ujarnya.

"Kalau tadi mau tes DNA pembuktian itu kita susah juga, tidak ada kontrolnya babi ngepet itu seperti apa, apakah munculnya DNA manusia ya mungkin saja, tapi kan ya kalau secara ilmiah saya katakan pasti yang muncul DNA babi gitu, dicek darah pun nggak bisa bedakan darahnya, pasti kan kita dari molekulernya, dari genetiknya," sambungnya.

Itulah fakta-fakta mengenai babi ngepet yang viral setelah diduga ditemukan di Depok. Hingga saat ini pun tidak ada bukti ilmiah yang dapat menyatakan bahwa hewan ‘jadi-jadian’ itu benar adanya dan dapat kembali berubah wujud. So, Bela, tetap bijak untuk menanggapi mitos-mitos dan kepercayaan yang ada, ya.

IDN Media Channels

Latest from Working Life