Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Simak Kisah Para Jurnalis Pemberani yang Menjadi Cover Majalah Times

Patut diapresiasi nih keberanian mereka.

Tyas Hanina

Setiap tahunnya, cover majalah Times selalu menjadi bahan pembicaraan. Setiap wajah yang mengisi halaman pembuka majalah ini dianggap memiliki dampak yang besar untuk dunia. Contohnya, tahun lalu majalah ini mengangkat tema “The Silence Breaker”, guna mengapresiasi para pejuang kekerasan dan pelecahan seksual sebagai “Person of The Year”.

Menanggapi beberapa tragedi yang berhubungan dengan kebebasan pers yang terjadi di beberapa negara tahun ini, Times pun merangkum beberapa kisah para jurnalis yang telah berjuang menuliskan kebenaran.

Walau beberapa dari mereka telah mendapatkan treatment yang buruk seperti dipenjara atau bahkan dieksekusi hingga nyawa melayang. Apapun yang telah mereka perjuangan dalam selembar kertas dan pena akan abadi dan berdampak pada seluruh dunia. We still believe that the pen is mightier than the sword.

Berikut ini Popbela tuliskan beberapa kisah mereka.

1. Jamal Khashoggi

bbc.com

Jamal Khashoggi memiliki perjalanan yang panjang sebagai seorang jurnalis. Pria kelahiran Medina ini mengawali karier kewartawanannya pada tahun 1980 sebagai reporter untuk sebuah surat kabar regional.

Selama perjalanan kariernya, Jamal telah meliput beberapa kasus penting seperti al-Qaeda, invasi Soviet ke Afghanistan, dan yang terakhir kritik terhadap pemerintahan Saudi Arabia.

“Aku telah meninggalkan rumahku, keluargaku dan pekerjaanku, dan aku akan mengutarakan pendapatku. Melakukan hal sebaliknya berarti berkhianat terhadap mereka yang mendekam di penjara. Aku bisa bersuara sedangkan banyak orang yang nggak bisa,” tulis Jamal dalam kolom surat kabar Washington Post.

Kabar duka pun datang pada Oktober tahun ini. Jamal dikabarkan menghilang setelah mendatangi konsulat Saudi di Istanbul Turki. Respon dari pihak berwenang di Saudi menyatakan bahwa Jamal telah ditemukan tewas di sana karena “rouge operation”. Mirisnya, tubuh Jamal dimutilasi dan kini masih dalam penyelidikan dan tersangka pun masih dalam proses pencarian.

2. Staf Editorial The Capital Gazette

cnn.com

Tanggal 28 Juli lalu, terjadi kasus penembakan di kantor Capital Gazette, Annapolis, Maryland. Dari tragedi itu, 5 staf editorial terbunuh.

Beragam spekulasi tentang insiden itu pun bermunculan, salah satunya adalah motif dendam karena sang pelaku pernah gagal menggugat surat kabar tersebut atas tuduhan pencemaran nama baik di tahun 2012.

Peristiwa kelam itu nggak lantas membuat staf lainnya menghentikan pekerjaan mereka. “Aku bisa mengatakan ini kepada kalian: Kami akan menerbitkan koran sialan itu besok,” tulis Chase Cook, salah seorang reporter Capital Gazette pada akun pribadi Twitter-nya.

Keesokan harinya, para pekerja media Capital Gazette menulis berita di lapangan parkir. Mereka juga menerbitkan obituari rekan-rekan mereka. Terdapat satu halaman editorial kosong dengan catatan bahwa mereka kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan tragedi ini.

3. Maria Ressa

ned.org

Enam tahun lalu, Maria Ressa seorang mantan jurnalis CNN mendirikan situs berita daring di Filipina. Media daring yang diberi nama Rappler itu mendapat spotlight karena kerap kali melakukan jurnalisme investigatif.

Salah satu laporan investigasinya adalah kritik terhadap Presiden Rodrigo Duterte beberapa bulan paska pemilu 2016 yang dimenanginya. Rappler menerbitkan laporan terperinci mengenai dugaan bahwa kampanye yang dilakuan oleh tim presiden menggunakan bot otomatis dan akun facebook palsu.

Sang presiden merespon dengan melabeli media daring tersebut sebagai “twister”, telah mempublikasi fake news, dan melarang para wartawan politiknya untuk masuk ke kantor kepresidenan.

Pencabutan izin Rappler sebagai media massa oleh negara pada awal tahun ini pun memicu perdebatan tentang kebebasan pers. Masalah semakin bertambah pelik ketika bulan lalu, Maria Ressa dan media daring yang didirikannya mendapat tuduhan telah menghindari pajak. Duh!

4. Wa Lone & Kyaw Soe Oo

frontiermyanmar.net

Satu lagi kasus hukum yang menimpa jurnalis. Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, dua orang jurnalis Reuters berkebangsaan Myanmar ini telah dijatuhi vonis 7 tahun penjara pada September lalu, atas dakwaan melakukan tindakan pelanggaran terhadap dokumen rahasia negara.

Setahun sebelumnya, keduanya melakukan penyelidikan terhadap pembunuhan 10 warga Rohingnya oleh tenaga militer yang terjadi di desa Rakhine Utara.

Kasus ini dianggap sebagai salah satu tragedi bagi kebebasan pers di Myanmar dan secara nggak langsung juga berdampak bagi seluruh dunia.

IDN Media Channels

Latest from Inspiration