Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Ini yang Dilakukan 6 Pemimpin Perempuan Dunia Saat Hadapi Corona

Tenang dan tegas adalah kuncinya

Niken Ari Prayitno

Saat ini, mungkin di dunia mana pun sedang kesulitan dan mencari cara bagaimana sebaiknya agar bisa segera terbebas dari virus corona. Tak sedikit dari kita yang merasa lelah atau sudah mencapai titik stres lantaran pandemi yang tak kunjung usai.

Di tengah rasa lelah ini, masih ada lho, deretan tokoh yang mampu memberikan harapan bahwa kondisi ini akan segera berakhir. Melansir Forbes, enam pemimpin perempuan di dunia ini berhasil memantik semangat untuk melawan corona. Siapa saja mereka dan apa saja yang mereka lakukan? Simak penjelasannya berikut ini.

Angela Merkel, Perdana Menteri Jerman

harvard.edu

Kejujuran menjadi kekuatan yang selalu diusung Perdana Menteri Jerman, Angela Merkel dalam menghadapi pandemi corona. Sejak wabah ini melanda dunia, Angela Merkel mengatakan secara jujur kepada warganya bahwa virus corona merupakan masalah serius. Wabah ini bahkan bisa menginfeksi umat manusia hingga 70% populasi di dunia.

Ia memberi informasi mengenai virus corona dengan jujur kepada warganya. Angela Merkel juga mengatakan untuk tetap tenang dan berusaha sekuat tenaga melawan virus ini. Hasilnya, di Jerman tak ada fase penolakan dan kemarahan warga. Semua warganya paham dengan keadaan ini sehingga bersiap menghadapi penyebaran virus corona.

Apa yang Angela Merkel lakukan ternyata berhasil. Ini terbukti dari jumlah kasus positif di Jerman yang lebih sedikit serta pasien yang sembuh lebih banyak dibandingkan negara tetangganya, Spanyol dan Italia. 

Tsai Ing-wen, Presiden Republik Tiongkok

Ft.com

Republik Tiongkok atau yang dikenal dengan nama Taiwan menjadi salah satu negara yang terbilang sukses menekan penyebaran virus corona tanpa melakukan lockdown dan bahkan kegiatan sehari-hari masih berjalan normal. Hal ini dilakukan sebab Taiwan belajar dari masa lalu di mana mereka juga pernah mengalami pandemi SARS dan berhasil mengatasinya.

Sejak kasus pertama ditemukan di Taiwan, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen langsung menyatakan keadaan darurat. Ia mengumumkan keadaan krisis ini kepada publik dan meminta masyarakat untuk mematuhi peraturan yang diberikan oleh pemerintah. Seperti, menggunakan masker dan menjaga kebersihan.

Terbukti, Taiwan bisa menekan angka penyebaran dan kematian pasien virus corona dalam waktu yang cukup singkat. Bahkan mereka bisa mengirimkan petugas kesehatan dan mengekspor masker ke luar negeri.

Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru

thenational.ae

Berbeda dengan Selandia Baru, Bela. Jacinda Ardern Perdana Menteri Selandia Baru sangat tegas dalam menghadapi kasus virus corona di negaranya. Sejak ditemukan satu kasus di sana, Jacinda Ardern langsung melakukan lockdown selama 14 hari. Ia juga meminta kepada siapa saja yang baru memasuki negaranya untuk melakukan isolasi mandiri selama dua minggu.

Ketegasan Jacinda Ardern terbukti. Sebab, dari 1.401 kasus pasien positif, case falatity rate (CFR)-nya sangat kecil, yakni 0,006% atau hanya sembilan kasus kematian. Sampai saat ini, Selandia Baru masih melakukan lockdown dan belum diketahui sampai kapan hal ini akan berlaku.

Katrín Jakobsdóttir, Perdana Menteri Islandia

euro.who.int

Teknologi menjadi kekuatan Islandia dalam menangani virus corona. Perdana Menteri Islandia, Katrín Jakobsdóttir menawarkan tes virus corona secara gratis kepada seluruh warganya. Mereka yang terindikasi positif akan langsung menjalani perawatan intensif dan mereka yang negatif dapat pulang namun tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

Lewat teknologi yang dimilikinya, Islandia berhasil membuat tes khusus virus corona kepada seluruh warganya. Mereka juga memiliki alat khusus yang dapat mendeteksi seseorang apakah ia berpotensi menjadi pembawa virus (carrier) atau tidak. Dengan begini, kasus virus corona dapat ditekan dan dengan CFR atau kematian yang sangat rendah, yakni hanya delapan kasus.

Sanna Marin, Perdana Menteri Finlandia

finland.fi

Bekerja sama dengan influencer menjadi senjata yang digunakan oleh kepala negara termuda di dunia, Sanna Marin untuk memerangi virus corona di Finlandia. Sanna Marin menyadari bahwa tak semua orang menonton televisi karena smartphone lebih menarik perhatian mereka. Ia pun bekerja sama dengan influencer berbagai usia di Finlandia untuk menyebar luaskan informasi mengenai virus corona.

Informasi berbasis fakta yang disebarkan oleh para influencer ini seputar apa itu virus corona, bagaimana cara mencegahnya dan apa yang harus dilakukan jika tertular. Hal ini terbukti cukup efektif. Sebab, dari 3200 lebih kasus positif, CFR-nya juga sangat kecil, yakni sebanyak 32 kasus kematian.

Erna Solberg, Perdana Menteri Norwegia

independent.co.uk

Bagi orang dewasa, dengan satu kali membaca berita atau menonton video akan langsung paham tentang situasi pandemi yang terjadi saat ini. Namun, tidak bagi anak-anak. Mereka pasti bingung dan tak paham tentang apa itu virus corona, seberapa bahaya, dan bagaimana cara mencegahnya.

Berkaca dari sudut pandang tersebut, Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg memiliki ide inovatif menggunakan televisi untuk berbicara langsung dengan anak-anak negaranya. Ia membuat konferensi pers khusus untuk anak-anak dan orangtua atau orang dewasa tak diizinkan untuk menyaksikannya.

Lewat konferensi pers tersebut, anak-anak bebas bertanya dan bahkan diizinkan mengeluarkan pendapat tentang bagaimana cara menghadapi virus corona ini. Jawaban-jawaban tak biasa didapat oleh Erna Solberg yang kemudian menjadi idenya untuk menghadapi wabah ini.

Untuk memerangi virus ini, kepala negara tersebut tentu tidak sendirian. Mereka dibantu oleh para staf dan juga seluruh rakyatnya sehingga semakin banyak nyawa yang bisa tertolong. 

Wah, para pemimpin negara-negara yang terdampak virus corona bisa berkaca dan mengambil inspirasi dari kebijakan perempuan-perempuan hebat ini, ya.

IDN Media Channels

Latest from Inspiration