Saat ini ketertarikan akan kesehatan mental bukan lagi hal yang tabu. Terkhusus untuk generasi millenial dan gen-z. Bahkan saat ini kepedulian terhadap kesehatan mental kian meningkat. Istilah ‘healing’ pun cukup familiar di kalangan anak muda.
Menurut Galang Lufityanto, Psikologi UGM mengartikan Healing sebagai proses penyembuhan diri dengan mencari tahu terlebih dahulu akar dari permasalahan yang terjadi. Melihat dari pengertian tersebut, healing adalah sesuatu yang cukup kompleks.
Banyak nih yang menggunakan kata healing dalam artian melakukan perjalanan liburan ke suatu tempat. Sebenarnya penggunaan kata healing untuk melakukan perjalanan tepat atau tidak, ya?
Hadir di panggung Future is Female by Popbela.com, Nina Moran seorang praktisi kesehatan mental yang akan memberikan pendapatnya tentang makna healing versinya dan akan membagikan sedikit pengalamannya sebagai praktisi RTT di Indonesia.
Apa makna healing sesungguhnya?
Nina Moran mengartikan healing sebagai proses mengingat kembali diri seutuhnya. Setelah melewati berbagai pengkondisian diri dari lahir hingga sekarang terkadang seseorang melupakan makna sesungguhnya dari utuh.
“Healing adalah proses untuk mengingat kembali diri kita sendiri yang seutuhnya. Jadi karena pengkondisian kita sejak lahir, dengan didikan akhirnya kita lupa kalau kita tuh sebenarnya utuh. Jadi, healing itu adalah proses kita kembali mengingat kalau kita itu sudah utuh,” ungkap Nina sebagai pembuka sesi yang mengangkat topik “Healing sampai Hilang” and Other Misused Term That Hurts Mental Wellness pada Jumat (29/09/22).
Perjalanan ke Bali dan tempat lainnya apakah bisa termasuk healing?
Penggunaan istilah healing kerap kita dengar ketika seseorang yang sudah melewati suatu pekerjaan atau masalah yang berat lalu memutuskan untuk berlibur atau pelesiran ke suatu tempat, sebagai bentuk hadiah kepada diri sendiri karena berhasil melewati hal terberat dalam hidupnya. Memberikan kesenangan sesaat.
Nina Moran mengungkapkan ia tak ingin menghakimi orang-orang yang menggunakan istilah healing untuk melakukan hal tersebut. Ia tak ingin menyalahkan orang yang menggunakan istilah kata healing sebab tidak mengetahui tujuan sebenarnya dari orang yang bersangkutan.
“Aku nggak bisa men-judge, karena begini bagaimana kalau orang yang ingin healing ke Bali itu memang memberikan sesuatu untuk inner-child kita. Mungkin waktu kecil kita susah jalan-jalan, waktu kecil kita nggak punya power (untuk liburan),” ungkap Nina.
Itulah mengapa Nina tidak bisa menyalahkan orang tersebut salah kaprah atau tidak, karena dirinya tidak mengetahui apa yang akan mereka lakukan di sana, apakah sekadar jalan-jalan, atau berbelanja, atau mengikuti kegiatan seperti meditasi dan melukat. Nina akan selalu menanyakan terlebih dahulu tujuan, dan benefit apa yang akan didapatkan orang tersebut.