Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Usung Tema Baru, Ini Tanggapan Muhammad Zaidy dengan 'Dear David'

Bukan soal seksual, tapi juga mengutamakan self love

Evelyn Anggraini

Bela, pasti kamu pernah melewati atau bahkan tengah mengalami masa remaja, kan? Sudah menjadi rahasia umum kalau masa tersebut merupakan waktu mencari jati diri sebelum menginjak usia dewasa. Namun, hal tersebut juga dipengaruhi dari lingkungan keluarga, teman, dan bahkan dunia maya sekalipun.

Nah, kondisi tersebut dapat kamu temukan melalui film keluaran Netflix Indonesia terbaru, garapan sutradara Lucky Kuswandi bersama Palari Films yang bertajuk Dear David. Film bertemakan remaja ini diramaikan oleh sederet aktor-aktris, seperti Shenina Cinnamon, Emir Mahira, dan Caitlin North Lewis. 

Palari Films sebagai rumah produksinya didirikan oleh Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia yang berbasis di Jakarta. Mereka telah memproduksi sejumlah film ternama, terlebih karya perdananya yang berjudul Posesif (2017).

Kali ini, Popbela mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif bersama salah satu pendirinya, yakni Muhammad Zaidy. Di sepanjang artikel ini, ia akan menceritakan bagaimana gagasan awal pembuatan Dear David hingga penentuan pemeran karakter utamanya. Penasaran? Simak selengkapnya berikut ini, ya!

Isu yang diangkat dalam Dear David menurut Zaidy

Netflix Indonesia

Zaidy mengatakan, salah satu tema yang lumayan kuat dalam film tersebut berawal dari gagasan skenarionya yang menyinggung perihal sexual awakeningDear David sebenarnya tidak mendorong penonton untuk merasa active sexually, tapi hal tersebut adalah proses alami yang orang lain pernah rasakan.

"Semua remaja punya masanya. Ketika mereka punya gairah, nafsu, yang sebenarnya itu adalah hal yang private yang dimiliki karakter utama (Laras). Dari suatu blog yang ia tulis untuk dirinya sendiri, she should not be ashamed for who she is," ujarnya.

Zaidy menambahkan, film Dear David tidak hanya mengeksplor soal timbulnya rasa gairah, tapi juga kasih sayang, self-acceptance, dan hal relevan lainnya yang para remaja alami.

Asal mula fantasi hutan belantara dan pantai

Netflix Indonesia

Skenario Dear David ditulis oleh Winny Benjamin. Untuk menghasilkan cerita fantasi tersebut, semuanya melakukan brainstorming dari beragam ide yang ada. Namun, mereka juga harus memposisikan ide-ide itu dari perspektif remaja.

Zaidy mengatakan, "Ini adalah hasratnya dia (Laras) tentang seorang lelaki. Ini adalah bentuk repetitasnya dia sendiri dan dia menulis blog untuk diri sendiri. Lalu, penentuan fantasinya adalah bentuk fun dari kita, kira-kira 'what would be her fantasy?'. Mas Lucky lebih mengarahkan dengan gaya yang dianggap cocok untuk remaja," jelasnya.

Film Dear David tentunya berasal dari kejadian nyata yang pernah dirasakan oleh segelintir remaja. Kalau kamu mengingat platform Wattpad, maka kamu pasti mengetahui bagaimana cerita-cerita di dalamnya.

Proses pemilihan karakter utama untuk Dear David

instagram.com/netflixid

Zaidy mengungkapkan, karakter Laras awalnya ingin terlihat seperti Chinese-Indonesian. Namun pada akhirnya, mereka mengesampingkan etnis dan lebih mencari mana yang cocok untuk memerankan karakter utama itu.

"Jadi kita buat, 'Oh, dia mix antara Jawa-Cina.', walaupun ibunya is a Chinese-Indonesian dan bapaknya (dari) Jawa. Kalau Emir dan Caitlin, kita udah pernah ngeliat mereka di layar," ucapnya.

Mengetahui Emir Mahira sudah lama tidak berkecimpung di dunia akting, Zaidy dan lainnya awalnya tidak tahu bagaimana kemampuannya saat ini. Namun, ketika mendengar saran dari Gina S. Noer untuk merekrut Emir, rupanya setelah melewati tahap eksplorasi pun akhirnya ia cocok untuk memerankan karakter utama.

"Semuanya ada porsinya kenapa cocok, dari secara presence, dan dia itu agak berbeda dari anak-anak SMA lainnya. Jadi, semuanya pas aja," tambahnya.

Tanggapannya terhadap film seperti Dear David yang belum banyak di Indonesia.

Dok. Popbela.com/Niken Ari

Zaidy mengungkapkan, "Kalau mainnya di market Indonesia, (film remaja seperti 'Dear David') emang nggak banyak. Jadi, sebenarnya kita harus berani untuk membicarakan hal-hal yang jarang dibicarakan."

Pengangkatan tema yang fresh seperti ini bermula dari suatu isu, namun dikemas dengan bercerita melalui sebuah karya, menurut Zaidy. Hal-hal yang terkesan tabu ini memang terjadi di realita sehingga seharusnya tidak perlu merasa malu untuk membicarakannya.

"Ketika film ini ditujukan untuk remaja yang punya masalah serupa (dan) kegelisahan yang sama, mereka terdorong untuk melewati masa-masa ini. Jadi, semacam cermin dan teman, and I think that's important. Sebenarnya core-nya yang lebih penting, ini (Dear David) ngomongin tentang self-love," tambah Zaidy.

Ia juga menegaskan, seorang perempuan tidak masalah untuk memiliki fantasinya karena sebagai manusia pun juga memiliki hawa nafsu. Namun, masyarakat rasanya masih menganggap hal tersebut tabu untuk perempuan lakukan. Hal inilah mengapa karakter Laras juga berupaya menjadi dirinya sendiri di dalam film ini.

Film Dear David telah tayang di Netflix sejak 9 Februari 2023. Kalau kamu tengah mencari tontonan baru yang terkesan menghibur dan ringan, maka film ini bisa menjadi pilihan untuk kamu saksikan di akhir pekan. Bagaimana menurutmu, Bela?

IDN Media Channels

Latest from Inspiration