Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Kamu Sering Disebut Si Playing Victim? Begini Cara Menghentikannya!

Mungkin selama ini kamu nggak menyadarinya

Elga Windasari

Nggak mudah memang menyadari kalau diri sendiri adalah tipe orang yang playing victim.

Namun, coba pikirkan, apakah kamu pernah merasa seperti semua orang menentang apa yang kamu pikirkan atau bicarakan? Tidak peduli situasinya, saat ada hasil negatif bagimu, kamu selalu mengklaim itu adalah kesalahan orang lain. 

"Mereka yang disebut sebagai playing vitim merasa bahwa orang-orang dan keadaan menentangnya atau tidak beruntung," kata psikolog klinis, Monica Vermani, CPsych, yang berspesialisasi dalam trauma, pelecehan, dan hubungan.

"Secara sadar atau tidak sadar, si playing victim akan terus melepaskan kuasa dan haknya; membiarkan dirinya didominasi, diarahkan, dan dibimbing orang lain; lalu menyalahkan orang tersebut ketika hasilnya tidak berjalan seperti yang diinginkan,” tambahnya.

Jika kamu berpikir bahwa kamu adalah seorang playing victim atau sudah banyak orang yang menyebutmu seperti itu, mungkin sudah waktunya kamu melakukan refleksi diri dan perubahan perilaku.

Berikut adalah langkah-langkah yang harus diambil untuk berhenti menjadi seorang playing victim, menurut para ahli .

1. Identifikasi tanda-tandanya

pexels.com/Keira Burton

Psikoedukasi adalah kuncinya. Dr. Monica bilang, langkah pertama untuk “mengobati” perilaku ini adalah kesadaran. Caranya adalah dengan memperhatikan saat-saat kamu—secara sadar atau tidak—bermain sebagai korban.

"Perhatikan ketika kamu membuat pilihan untuk tidak menerima tanggung jawab atau atau menyalahkan orang lain. Ini dapat membantumu mengidentifikasi rasa tidak aman dan ketakutan untuk mengatasinya,” jelas neuropsikologis, Sanam Hafeez, PsyD.

2. Jadi lebih introspektif

pexels.com/Anastasia Shuraeva

Amelia Kelley, PhD, LCMHC, seorang terapis hubungan trauma-informasi, mengatakan, "Jika kamu merasa selalu sempurna dan semua orang selalu menyalahkanmu, luangkan waktu sejenak untuk introspeksi tentang apa yang kamu pikirkan itu.”

Lalu, coba pikirkan apakah ada perubahan yang dapat kamu lakukan. Dr. Amelia bilang, semua orang pada dasarnya memiliki kemampuan untuk memengaruhi dan membuat perubahan yang realitas pada diri sendiri.

"Tanyakan pada diri sendiri, 'Jika saya bertanggung jawab atas situasi, hubungan, dan masalah ini, bagaimana saya bisa menyikapinya?' . Jawaban yang muncul dapat menentukan bagaimana kamu bisa bertindak, bukan menjadi korban,” ujarnya.

3. Jadikan sebagai peluang untuk bertumbuh

Pexels.com/Sam Lion

Ketika kamu berakhir dalam situasi negatif dan mulai menyalahkan orang lain atas kemalangan yang kamu alami, pertimbangkan untuk membingkai ulang hasil buruk tersebut sebagai motivasi untuk pertumbuhan.

Misalnya, jika kamu terus berpikir "Tidak ada yang menyukaiku", lebih baik kamu menganggap bahwa kamu “belum menemukan orang-orang yang cocok denganku" atau "bisa tahu lebih banyak tentang cara menemukan teman".

Intinya, jangan jadikan pikiran tersebut untuk menilai diri sendiri karena penilaian bisa menjadi kontraproduktif. Namun, lebih baik temukan solusi untuk masalah yang tidak hanya bergantung pada faktor eksternal.

4. Bangun harga dirimu

Freepik.com/benzoix

Semakin kamu percaya diri dengan kemampuanmu, semakin sedikit kamu akan jatuh ke dalam kebiasaan terus-menerus menganggap diri sebagai korban dari keadaan, kata Dr. Sanam.

Beberapa cara untuk memperkuat harga diri adalah berbicara diri sendiri seperti berbicara dengan seorang teman (tanpa perlu mengkritik) dan mengulangi mantra positif yang menegaskan, seperti "Aku positif", "Aku dicintai", dan "Aku baik" ke wajah sendiri di cermin setiap pagi dan malam sebelum tidur.

5. Ingatkan diri tentang konsekuensinya

Pexels.com/Min An

Berani mengambil tindakan untuk memecahkan masalahmu atau memperbaiki hidupmu sendiri mungkin terasa berat. Apalagi jika selama ini kamu menikmati kenyamanan ilusi yang dihasilkan dengan menjadi seorang playing victim.

Jadi, Dr. Monica merekomendasikan untuk mengingatkan diri sendiri bahwa ketika kamu tidak memilih untuk menyalahkan atau mempermalukan orang lain, kamu juga sebenarnya sedang melepaskan kekuatan dirimu sendiri.

6. Tetapkan tujuan yang realistis

Freepik.com/lifestylememory

Mengubah pola pikir dan melepaskan mentalitas seorang korban yang telah kamu pegang selama beberapa waktu bisa terasa menakutkan. Jadi, cobalah untuk tidak terlalu menekan diri sendiri.

"Membebaskan diri dari pola seorang playing victim bisa menjadi perjalanan transformatif yang membutuhkan refleksi diri dan komitmen," kata Dr. Sanam.

Ia mendorong untuk menetapkan tujuan kecil di sepanjang jalan dan merayakan kemajuan sekecil apa pun ketika mencapainya.

Misalnya, kamu dapat menetapkan tujuan yang lebih kecil dengan hanya mengidentifikasi saat-saat ketika kamu sebelumnya bersikap sebagai korban, sekarang kamu mulai berhenti melakukannya dan menyesuaikan diri untuk belajar bertanggung jawab.

7. Mencari dukungan dari profesional dan orang-orang yang dicintai

Pexels.com/Christina Morillo

Dr. Monica menjelaskan, akan sangat membantu jika kamu bekerja sama dengan terapis untuk membebaskan diri dari mentalitas yang tidak membantu ini dan berhubungan kembali dengan diri sendiri.

Secara khusus, pertimbangkan untuk mencari terapis yang mempraktikkan terapi realitas, yang merupakan bentuk terapi perilaku kognitif (CBT) yang berfokus pada perubahan perilaku untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan.

Teman, keluarga, dan orang yang dicintai juga dapat menjadi orang pendukung tambahan saat kamu menjalani proses ini.

Jadi, saat kamu memberitahu mereka bahwa kamu tidak ingin lagi menjadi seorang playing victim, mereka dapat membantu menentukan kapan tepatnya kamu bersikap seperti itu dan menawarkan ide untuk pemecahan masalah yang produktif.

Berhenti menjadi seorang playing victim memang tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin dilakukan. Asalkan kamu mau berubah sedikit demi sedikit hingga akhirnya benar-benar bisa berubah.

IDN Media Channels

Latest from Single