Kalangan politisi hingga sosialita sudah pasti punya tas Hermès. Alasannya, selain memang mewah, harganya yang fantastis juga bisa menentukan status seseorang. Bahkan tas yang sudah menjadi barang mewah ini kerap jadi barang sitaan dari para koruptor.
Ingat dong kasus mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak? Saat diperiksa, kardus orange tas Hermès milik Rosmah Mansor, yakni sang istri juga menjadi barang sitaan. Bahkan nggak cuma satu tas, kabarnya total tas yang dibawa Polisi berkisar 284 kotak.
Sedangkan di Indonesia Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga menyita tas Hermès dari Edhy Prabowo, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan.
Tapi selain menjadi simbol status dan kekayaan seseorang, kamu mungkin sudah menebak, di bawah inilah alasannya kenapa tas Birkin Hermès sering jadi barang sitaan koruptor.
Harus Melalui Penantian Panjang
Ternyata, sekaya apa pun seseorang yang mampu membeli Birkin Hermès, tetap saja harus waiting list. Ya, jadi jangan harap bisa beli secara seketika. Bahkan kalaupun bisa, calon pembeli hanya bisa mendapatkan item ready stock, jadi nggak bisa pilih warna atau ukuran.
Langka
Hermès selalu menjaga kualitas produk, jadi jumlah produksi tas Birkin pun dibatasi setiap tahunnya. Pembatasan produksi ini ternyata didedikasikan untuk eksklusivitas dari tas yang akan terjual.
Soalnya, tangan para seniman yang ada dibalik produksi Birkin telah menjalani training selama 10 tahun sebelum mereka diperbolehkan membuat Birkin! Kebayang kan kalau tas ini eksklusif banget?
Bahkan tak ada yang tahu seberapa banyak tas Birkin Hermès diproduksi dalam satahun. Tapi diperkirakan hanya 200 ribu sirukulasi. Jadi tas Birkin yang dijual kembali alias second pun masih menjadi komoditas yang 'hot' banget.