Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

5 Fakta Tentang Klitih yang Buat Trending #YogyaTidakAman

Dari kata bermakna positif berubah jadi negatif

Natasha Cecilia Anandita

Media sosial terkhusus Twitter, mulai ramai tentang tagar #YogyaTidakAman, #Klitih, dan #SriSultanYogyaDaruratKlitih. Bahkan hingga kini, tagar #YogyaTidakAman masih betah trending di Twitter. Tagar-tagar tersebut menghiasi trending media sosial lantaran sebuah organisasi yang mencemaskan dan mengkhawatirkan terkait kejahatan jalanan.

Berawal dari sebuah cuitan seorang warganet yang membagi ceritanya soal kejadian klitih yang ia alami, banyak warganet lain yang juga turut membagikan kisah mereka. Ramainya tagar tersebut juga menjadi respon terkait kejahatan jalanan yang beberapa kali terjadi di Jogja dan dikenal dengan istilah aksi klitih.

Jika di Jabodetabek dikenal dengan begal, Klitih di Yogya juga tidak jauh beda. Tahun lalu, tagar tersebut pernah muncul usai adanya kasus kejahatan jalanan atau klithih yang menimpa tiga pengendara ojek online dalam waktu sepekan.

Kali ini, tagar tersebut kembali ramai diperbincangkan karena banyak warganet yang merasa polisi dan Pemda DIY dianggap tak serius menangani kasus kejahatan jalanan, atau klitih yang masih saja terjadi di Jogja. Lantas apa itu Klitih? Berikut fakta-faktanya.

1. Klitih, dari makna positif beralih menjadi negatif

pexels.com/Djordje Petrovic

Dalam bahasa Jawa, klitih adalah suatu aktivitas mencari angin di luar rumah atau keluyuran. Menurut Suprapto, Kriminolog yang sebelumnya bergabung di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, dalam sebuah wawancara dengan media, mengatakan Klitih berarti aktivitas positif yang dilakukan untuk mengisi waktu luang.

Namun, diadaptasi oleh para pelajar dalam dunia kekerasan remaja Jogja, pemaknaan klitih kemudian berkembang sebagai aksi kekerasan atau kejahatan jalanan dengan senjata tajam, atau tindak-tanduk kriminal anak di bawah umur di luar kelaziman.

2. Mulai beralih menjadi kekerasan sejak tahun 1990-an

jowonews.com

Kata Klitih yang awalnya bermakna positif, berubah menjadi negatif pada tahun 1990-an. Tindak kriminal yang melibatkan remaja ini pernah muncul pada sekitar tahun tersebut. Pada 7 Juli 1993 silam, pernah tersiar berita bahwa Kapolwil DIY yang saat itu dijabat oleh Kolonel (Pol) Drs Anwari menyebut bahwa polisi telah memetakan keberadaan geng remaja dan kelompok anak muda yang sering melakukan aksi kejahatan di Yogyakarta.

Istilah klitih marak di pemberitaan media sekitar tahun 2016. Saat itu tercatat ada 43 kasus kekerasan yang melibatkan remaja. Per bulan rata-rata polisi menangani 3 kasus klitih.

3. Dikatakan berbeda dengan pembacokan

tagar.id

Suprapto juga mengatakan bahwa sebetulnya aktivitas yang dilakukan pelajar tersebut berbeda dengan aksi kejahatan jalanan berupa pembacokan. Pelajar memiliki aturannya sendiri, mereka tidak menyerang (membacok) perempuan, orang yang boncengan, dan orang tua.

Menurutnya, aksi pembacokan yang menimpa pengemudi online beberapa waktu lalu bukan dilakukan oleh pelajar atau geng pelajar karena itu bukan target mereka. Kini 'Klitih' yang dipakai sudah memiliki makna dan aturan yang berbeda lagi. Korbannya mulai acak dan senjatanya pun bukan hanya benda tumpul tapi juga benda-benda tajam.

4. Ada dua faktor yang memengaruhi

bojongnews.semarangkota.go.id

Ada faktor internal dan eksternal yang memengaruhi hadirnya kriminal tersebut. Faktor internal adalah dorongan yang muncul murni dari diri si pelaku. Sementara, faktor eksternal berkaitan dengan struktur organisasi yang ada di dalam lingkar pelaku kekerasan.

Suprapto mengelompokkan lingkar organisasi ke dalam tiga struktur, yakni inti, inti plus, dan inti plus-plus. Struktur inti terdiri dari pelajar itu sendiri. Struktur inti plus melibatkan alumni yang pernah terlibat dalam lingkat kekerasan itu. Sementara inti plus-plus berkaitan dengan preman dan pelaku kriminal lainnya.

Aksi klitih juga bisa muncul ketika sebuah kelompok melakukan rekrutmen anggota baru atau sebagai ajang eksistensi diri. Oleh karenanya harus mengetahui apa motivasi dari perilaku klitih itu apa dan mengungkap sindikat atau pergerakan kriminalitas di kalangan remaja ini dari sumbernya.

5. Pelaku yang masih di bawah umur

vice.com

Klitih memiliki pelaku yang masih di bawah umur atau dalam kalangan pelajar dan remaja. Mereka sering melakukan kejahatan tersebut dengan motor pada malam hari. Karena itu, Polda DIY rutin melakukan patroli ke titik-titik lokasi di mana kerap terjadi kasus klitih.

Sosialisasi ke sekolah-sekolah dan razia kendaraan yang dipakai anak-anak yang belum cukup umur juga harus rutin dilakukan. Karena klitih melibatkan anak-anak atau remaja, maka hukuman yang diberikan juga lebih ringan. Maka, solusi terbaik menurut Yulianto adalah dengan pencegahan.

Baik polisi dan masyarakat diharapkan bantu membantu untuk melakukan pencegahan terkait kasus ini. sosialisasi tentang kekerasan dan aktivitas keagaamaan perlu ditingkatkan untuk mencegah terbentuknya kekerasaan yang lebih meresahkan lagi.

Itulah 5 fakta tentang Klitih, yang membuat tagar #YogyaTidakAman ramai diperbincangkan. Jika kamu pernah mengalaminya atau melihatnya, jangan ragu untuk melapor pada pihak yang berwenang, ya, Bela.

IDN Media Channels

Latest from Working Life