Sejarah Pesantren Pertama Kali di Indonesia dan Perkembangannya

- Pesantren berakar dari tradisi pendidikan Islam sejak masuknya Islam ke Nusantara, menggabungkan nilai-nilai Islam dan model pendidikan khas Indonesia.
- Pesantren mulai berkembang di Indonesia sekitar abad ke-14, dengan peran historis sebagai lembaga pendidikan tertua yang menanamkan disiplin, spiritualitas, dan kebersamaan.
- Setelah kemerdekaan, pesantren terbagi menjadi dua model utama: salafiyah dan khalafiyah atau modern, dengan lebih dari 27.000 pesantren di Indonesia saat ini.
Tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, menyisakan duka mendalam bagi dunia pendidikan Islam Indonesia. Berdasarkan data Basarnas per 8 Oktober 2025, tercatat 67 orang meninggal dunia dan lebih dari seratus selamat dari reruntuhan. Musibah ini mengguncang banyak pihak karena pesantren selama ini dikenal sebagai tempat menimba ilmu, menanamkan keikhlasan, dan membentuk karakter generasi muda dalam suasana penuh ketenangan.
Peristiwa memilukan itu menjadi pengingat akan panjangnya perjalanan lembaga pendidikan Islam di negeri ini. Sejak masa Sunan Ampel hingga era modern, pesantren telah menjadi benteng ilmu dan moral bangsa. Lantas, seperti apa sejarah awal berdirinya pondok pesantren di Indonesia? Kalau ingin tahu informasi lengkapnya, mari simak dalam artikel berikut ini, Bela!
Asal usul pondok pesantren di Indonesia

Pondok pesantren berakar dari tradisi pendidikan Islam yang dibawa para ulama sejak awal masuknya Islam ke Nusantara. Sebelum istilah pesantren muncul, sistem serupa telah dikenal dalam bentuk padepokan atau gandhok—tempat para guru spiritual mengajar muridnya.
Tradisi ini kemudian berpadu dengan nilai-nilai Islam dan melahirkan model pendidikan khas Indonesia. Kata pesantren sendiri berasal dari “santri” yang berarti murid, dengan awalan “pe-” dan akhiran “-an” yang menunjukkan tempat, sehingga berarti “tempat para santri belajar.” Dari sinilah muncul sistem pendidikan berbasis kedekatan antara kiai dan santri (tafaqquh fiddin), yang menekankan kesederhanaan, kemandirian, serta keikhlasan dalam menuntut ilmu.
Awal berdirinya pesantren di Nusantara

Sejarah mencatat pesantren mulai berkembang di Indonesia sekitar abad ke-14, meski waktu dan pendirinya masih diperdebatkan. Babad Demak menyebut Raden Rahmat atau Sunan Ampel sebagai pendiri pesantren pertama di Ampel Denta, Surabaya, yang menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa.
Versi lain menyebut Syekh Maulana Malik Ibrahim sebagai pendiri pesantren pertama di Gresik sekitar tahun 1359 M, sementara catatan lain mengaitkannya dengan Pesantren Jan Tampes II di Pamekasan, Madura, yang berdiri pada 1062 M. Terlepas dari perbedaan versi, semua sumber sepakat bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang menanamkan disiplin, spiritualitas, dan kebersamaan.
Perkembangan dan peran historis

Model pendidikan pesantren kemudian menyebar ke berbagai daerah, termasuk Dayah Cot Kala di Aceh, yang dianggap sebagai salah satu pesantren tertua di Sumatra. Pada masa penjajahan Belanda, pesantren menjadi benteng perlawanan dan pusat pergerakan rakyat.
Para kiai dan santri berjuang mempertahankan kemerdekaan, baik dengan senjata maupun lewat pendidikan, sambil menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan keagamaan. Di masa ini, pesantren berfungsi ganda sebagai tempat pendidikan agama dan simbol perlawanan terhadap penjajahan.
Transformasi di era modern

Setelah kemerdekaan, pesantren menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Kini, pesantren terbagi menjadi dua model utama: salafiyah, yang berfokus pada pengajaran kitab kuning, dan khalafiyah atau modern, yang menggabungkan sistem pendidikan umum dan madrasah. Berdasarkan data Kementerian Agama, terdapat lebih dari 27.000 pesantren di Indonesia dengan jutaan santri aktif.
Banyak pesantren kini berperan sebagai pusat ekonomi melalui koperasi santri, lembaga sosial, serta pelopor pemberdayaan masyarakat. Dengan peran yang terus berkembang, pesantren tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan pembangunan sosial yang berakar kuat dalam nilai-nilai Islam dan kebangsaan.
Itulah, sejarah pesantren di Indonesia yang bisa menjadi cerminan ketahanan budaya dan spiritual bangsa. Dari rumah para kiai abad ke-14 hingga lembaga modern kini, pesantren menjaga nilai Islam dan kebangsaan. Kalau ada informasi lain yang kamu tahu, bisa tulis lewat kolom komentar, Bela!



















