Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Orang yang Murah Senyum Bukan Berarti Bahagia, Ini 7 Faktanya 

Senyumanmu boleh jadi bukan senyuman bahagia

Dina Lathifa

Senyuman diyakini sebagai ekspresi wajah yang menunjukkan emosi bahagia atau senang dari seseorang. Bentuk bibir yang melengkung ke atas itu pun sering dianggap sebagai salah satu tanda seseorang yang ramah. Tapi, melansir dari Elite Daily, sebuah penelitian baru mengungkapkan senyum seseorang nggak selamanya menunjukkan kalau mereka adalah orang yang bahagia.

1. Senyum adalah sebuah kewajiban

pexels.com/Moose Photos

Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahli bahasa tubuh Dr. Harry Witchel dari Brighton and Sussex Medical School, tersenyum kurang-lebih adalah sesuatu yang orang-orang lakukan sebagai sebuah kebiasaan. Bahkan pada beberapa waktu tertentu, lebih dianggap sebagai sebuah kewajiban ketimbang ekspresi kebahagiaan yang sah.

2. Senyum menjadi sebuah respon sosial

pexels.com/Moose Photos

Melibatkan 44 partisipan yang berusia antara 18 - 35 tahun Cr. Witchel ingin mencari tahu jika orang-orang itu memiliki senym yang tulus, terpaksa, atau nggak berhubungan dengan emosi pada umumnya, melalui berbagai tes. Hasilnya, yang juga dipublikasikan di The Journal of the ACM, menunjukkan kalau mereka yang tersenyum pada beberapa poin selama tes, membuktikan kalau ekspresi itu cenderung digunakan sebagai respon sosial. Senyuman nggak lagi digunakan sebagai pertanda rasa bahagia, atau bahagikan ironi.

3. Tersenyum nggak butuh rasa bahagia

pexels.com/Moose Photos

Dr. Witchel juga membuat pernyataan kalau menurut beberapa peneliti, senyuman yang tulus merefleksikan kondisi kebahagiaan atau kesenangan dalam diri. Namun, Behavioural Ecology Theory mengacukan kalau semua senyuman adalah 'alat' yang digunakan dalam interaksi sosial. Teori itu menegaskan kalau kebahagiaan nggak lagi dibutuhkan untuk membentuk sebuah senyuman.

4. Senyuman digunakan untuk membuat suasana jadi nggak canggung

pexels.com/Moose Photos

Lebih lanjut membahas penelitian Dr. Witchel, ada kebiasaan unik yang ditunjukkan para partisipan selama mengikuti tes. Mereka nggak tersenyum ketika harus berpikir keras demi menjawab beberapa pertanyaan. Sebaliknya, mereka tersenyum ketika melihat kalau jawabannya salah atau benar--namun lebih sering ketika jawabannya salah. Ini diibaratkan situasi percakapan secara langsung, dan kamu melakukan kesalahan, seperti humormu yang kurang lucu, kemudian kamu tertawa kecil agar membuat suasana nggak lebih canggung. Ini menunjukkan kalau senyuman menjadi sebuah gerakan tubuh yang dibutuhkan seseorang ketika rasa insecure melanda.

5. Senyuman nggak selalu menunjukkan kalau kamu baik-baik saja

pexels.com/i love simple beyond

Hasil penelitian Dr. Witchel bukan mengungkapkan hal baru. Dr. Danielle Forshee, LLC, seorang dokter psikolog dan pekerja sosial klinis berlisensi mengatakan kalau nggak ada bukti yang menegaskan kalau tersenyum menandakan seseorang baik-baik saja dan bahagia. "Emosi yang melekat dengan perilaku tersenyum adalah subjektif bagi pribadi yang terlibat dalam perilaku itu."

6. Senyum terbagi menjadi 19 jenis

pexels.com/Daniel Xavier

Bahkan Forshee juga mengungkapkan jika ada beberapa jenis senyum yang dapat seseorang ekspresikan dan berkenaan dengan beberapa perasaan berbeda. Melansir dari BBC, ada 19 jenis senyuman yang tercatat, namun nggak semuanya mengekspresikan kebahagiaan. Ada yang menunjukkan sarkasme, gugup, dan malu. Dari jumlah itu, hanya 6 yang berkenaan dengan rasa bahagia dan tulus dari hati, salah satunya adalah flirtatious smile.

7. Senyumanmu dapat terjadi karena merefleksikan perasaan orang lain

pexels.com/mellamed

Senyuman nggak selalu merefleksikan perasaanmu sendiri, Bela. Jika merasa butuh tersenyum dalam sebuah situasi, boleh jadi itu karena ekspresi orang lain yang berada di sekelilingmu. Forshee mencontohkan sebuah kondisi: Presentasimu di kantor hari ini berjalan kurang baik, namun pasanganmu mengalami hari yang bahagia. Melihat pasanganmu tersenyum, kamu merasa harus menyingkirkan kesedihanmu dan menunjukkannya energi yang positif ketika dirinya menceritakan pengalamannya padamu. Dalam situasi seperti ini, tersenyum menjadi sebuah fungsi adaptif.

Rasanya senang jika melihat orang lain tersenyum. Namun jika mengingat penelitian-penelitian di atas, orang yang menunjukkan senyumnya padamu nggak selamanya memiliki rasa bahagia dalam dirinya, Bela. Boleh jadi ia hanya menutupi perasaan sebenarnya dalam dirinya, atau merasa harus tersenyum karena orang-orang di sekitarnya melakukan hal itu.

IDN Media Channels

Latest from Inspiration