Belakangan ini masyarakat Jakarta diramaikan dengan kondisi kualitas udara Ibukota yang memburuk. Isu ini sudah bukan lagi buah bibir semata, namun banyak orang mengaku merasakan sendiri akibat dari kualitas udara di beberapa daerah yang memburuk. Dimulai dari melihat langit yang penuh polusi hingga terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Menanggapi hal tersebut, platform digital pemantau kualitas udara, Nafas yang berkolaborasi dengan Halodoc sebagai platform layanan kesehatan digital membuat laporan mengenai dampak polusi udara terhadap risiko kesehatan masarakat. Melalui laporan ini, Nafas dan Halodoc juga ingin mengimbau masyarakat untuk waspada dan menjaga kesehatan.
Naiknya kasus penyakit pernapasan di sejumlah daerah
Meski belakangan ini hanya polusi udara di Jakarta yang banyak tersorot, nyatanya kualitas udara yang memburuk terjadi di sejumlah kecamatan di beberapa wilayah. Bahkan kasus penyakit pernapasan tertinggi dicapai bukan oleh daerah Jakarta, melainkan di kecamatan Sukaraja, Bogor yang mencapai angka 41% di bulan Juni-Agustus 2023.
Di aplikasi Halodoc sendiri terdeteksi peningkatan keluhan penyakit pernapasan sebanyak 34% di bulan yang sama. Beberapa kali terdeteksi kenaikan polusi melebihi batas wajar di bulan Juni, Juli, dan Agustus dan hal ini yang menyebabkan meningkatnya keluhan penyakit pernapasan.
"Kita bisa lihat bahwa setiap daerah punya tren sendiri yang memiliki dampak ke masyarakat yang tinggal di situ," ujar Piotr Jakubowski selaku Co-founder & Chief Growth Officer Nafas.
Sangat berdampak pada kelompok sensitif
Penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis menjadi penyakit pernapasan yang paling banyak mengalami peningkatan sebanyak 5 kali lipat setelah kasus polusi tinggi. Namun, secara keseluruhan, penyakit pernapasan dapat memicu gejala berat maupun ringan dari setiap orang.
Lalu, kelompok masyarakat mana yang paling rentan terdampak dari peningkatan polusi serta peningkatan penyakit pernapasan tersebut? Pada bulan Juni-Agustus 2023, peningkatan kasus pada masyarakat umur 55 tahun keatas dan masyarakat umur 0-17 tahun menunjukkan angka paling tinggi, yaitu 48% dan 32%.