Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

9 Kuliner Khas Malam Satu Suro yang Sarat Makna Spiritual

1_20250617_001744_0000.png
Dok. Istimewa
Intinya sih...
  • Bubur Suro adalah sajian utama ikonik di malam Satu Suro, terbuat dari beras putih, santan, dan rempah. Disajikan dengan tujuh macam lauk sebagai simbol permohonan keselamatan.
  • Jenang Sengkolo disajikan dalam dua warna merah dan putih, melambangkan kekuatan, kesucian, dan ketulusan. Digunakan sebagai simbol penolak bala dan harapan keberkahan.
  • Nasi Tumpeng berbentuk kerucut dengan lauk-lauk yang melambangkan keesaan Tuhan dan rasa syukur. Disajikan dalam selamatan atau tahlilan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala berkah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Malam Satu Suro tak hanya identik dengan ritual spiritual, tapi juga hadirnya sajian kuliner khas yang penuh makna. Di balik rasa yang sederhana, hidangan ini menyimpan filosofi mendalam tentang harapan, keselamatan, dan rasa syukur.

Mulai dari jenang sengkolo yang melambangkan harapan terhindar dari kesialan, hingga nasi tumpeng yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Yuk, kenali beragam kuliner khas Malam Satu Suro dari berbagai daerah di Indonesia, dan temukan makna mendalam di balik tiap suapan, Bela!

1. Bubur Suro

2_20250617_001744_0001.png
Dok. Istimewa

Bubur Suro adalah sajian utama yang paling ikonik di malam pergantian tahun Jawa, terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Terbuat dari beras putih yang dimasak dengan santan dan rempah seperti jahe dan serai, bubur ini disajikan dengan tujuh macam lauk seperti telur, kacang, serundeng, buah delima, opor ayam, dan kerupuk. Angka tujuh dianggap sakral dan mewakili unsur alam serta permohonan keselamatan.

Makanan ini dipercaya terinspirasi dari kisah Nabi Nuh yang membuat bubur dari sisa bahan makanan di dalam kapal setelah selamat dari banjir besar. Filosofinya adalah rasa syukur atas keselamatan dan harapan untuk memasuki tahun baru dengan hati bersih dan penuh doa.

2. Jenang Sengkolo (Jenang Merah Putih)

3_20250617_001744_0002.png
Dok. Istimewa

Di wilayah Yogyakarta, Solo, hingga Jember, jenang sengkolo menjadi sajian spiritual yang khas pada malam Satu Suro. Jenang ini disajikan dalam dua warna yaitu merah dari gula merah dan putih dari tepung beras-santan. Warna merah melambangkan kekuatan dan keberanian, sementara putih menggambarkan kesucian dan ketulusan.

Biasanya, jenang ini diletakkan di persimpangan jalan atau halaman rumah sebagai simbol penolak bala (sengkolo) dan harapan agar tahun baru Jawa membawa keberkahan. Tradisi ini masih dilestarikan terutama oleh keluarga Jawa tradisional dan komunitas spiritual.

3. Nasi Tumpeng

4_20250617_001744_0003.png
Dok. Istimewa

Di berbagai daerah Jawa, terutama Yogyakarta dan Jawa Tengah, nasi tumpeng menjadi bagian penting dari ritual malam Satu Suro. Tumpeng berbentuk kerucut dengan aneka lauk seperti ayam ingkung, telur, urap, tempe, dan sambal goreng.

Puncaknya melambangkan keesaan Tuhan, sementara bagian bawahnya merepresentasikan manusia dan alam semesta. Tumpeng juga mencerminkan rasa syukur atas segala berkah. Penyajiannya biasa dilakukan dalam selamatan atau tahlilan, baik di rumah, musala, hingga lingkungan keraton.

4. Jangan Suro

5_20250617_001745_0004.png
Dok. Istimewa

Di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, terdapat kuliner khas bernama jangan suro yang hanya disajikan setahun sekali, tepat di malam Satu Suro. Masakan berkuah santan ini terdiri dari ayam, telur rebus, dan sayuran seperti kobis dan kacang panjang.

Rasanya gurih dan dimasak bersama oleh warga. Jangan suro disajikan sebagai bentuk tolak bala dan doa keselamatan, serta mempererat kebersamaan warga karena semua prosesnya dilakukan secara gotong royong.

5. Ketan Towo

6_20250617_001745_0005.png
Dok. Istimewa

Ketan towo merupakan hidangan khas Bojonegoro, Jawa Timur, yang selalu hadir saat malam Satu Suro. Nasi ketan ini disajikan tawar tanpa garam atau gula, dan dilengkapi parutan kelapa.

Ketidakhadiran rasa yang dominan ini justru memiliki makna mendalam yaitu harapan agar hidup di tahun baru tidak “aseman” (pahit) atau “asin” (bermasalah), melainkan seimbang dan damai. Ketan towo biasanya disantap bersama jenang merah putih setelah doa dan pembacaan sholawat, baik di lingkungan keluarga maupun komunitas.

6. Bubur Sumsum

7_20250617_001745_0006.png
Dok. Istimewa

Bubur sumsum adalah sajian khas yang ditemukan di berbagai daerah di Jawa, dan sering muncul dalam ritual spiritual termasuk Satu Suro. Terbuat dari tepung beras, santan, dan gula merah cair, bubur ini memiliki tekstur lembut dengan rasa manis gurih yang menenangkan.

Bubur ini melambangkan kesejukan batin dan ketulusan hati dalam menyambut tahun baru Jawa. Biasanya disajikan sebagai bagian dari kenduri atau tahlilan malam Satu Suro.

7. Jenang Suran

8_20250617_001745_0007.png
Dok. Istimewa

Di wilayah Yogyakarta, jenang suran menjadi bagian dari ritual resmi keraton dan tradisi keluarga. Jenang ini dibuat dari tepung beras dan santan, berwarna cokelat kemerahan karena penggunaan gula Jawa. Biasanya disajikan bersama ayam ingkung, nasi, dan sayur kubis.

Makna dari jenang suran adalah penghormatan terhadap leluhur, serta bentuk rasa syukur dan perlindungan spiritual. Prosesi pembagian jenang ini juga sering diiringi doa dan pembacaan syair spiritual.

8. Ayam Ingkung

9_20250617_001745_0008.png
Dok. Istimewa

Ayam ingkung banyak ditemukan di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai bagian dari tradisi Satu Suro. Ayam kampung utuh yang dimasak dengan santan ini disajikan tanpa dipotong, melambangkan keutuhan niat dan kepasrahan kepada Tuhan.

“Ingkung” sendiri berasal dari kata “manekung”, yang berarti menyembah dengan khusyuk. Hidangan ini sering menjadi pusat dalam acara selamatan atau doa bersama di malam pergantian tahun Jawa.

9. Kue Apem

10_20250617_001745_0009.png
Dok. Istimewa

Kue apem, makanan khas Jawa yang berbentuk bundar dan berwarna putih, juga kerap hadir saat Satu Suro. Terbuat dari tepung beras dan santan, apem memiliki cita rasa manis lembut. Kata “apem” berasal dari bahasa Arab “afwan” yang berarti maaf.

Oleh masyarakat Jawa, kue apem dijadikan simbol permintaan ampun kepada Tuhan dan sesama manusia. Biasanya dibagikan ke tetangga dan kerabat sebagai tanda memulai tahun baru dengan hati yang bersih.

Itulah, 9 kuliner khas malam Satu Suro dari berbagai daerah di Indonesia yang bukan hanya lezat, tapi juga sarat makna dan filosofi. Kalau ada informasi lain yang kamu tahu, bisa tulis lewat kolom komentar, Bela!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Utami
EditorAyu Utami
Follow Us

Latest in Lifestyle

See More

12 Fenomena Langit Sepanjang Desember 2025, dari Supermoon hingga Hujan Meteor Spektakuler

05 Des 2025, 21:15 WIBLifestyle