Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

Sisi Lain Audrey Hepburn, Pernah Jadi Mata-mata Perang Dunia II

Audrey Hepburn
marieclaire.com
Intinya sih...
  • Audrey Hepburn lahir di Belgia dari keluarga kelas atas dan mengalami masa kecil yang penuh perjuangan akibat Perang Dunia II.
  • Saat Jerman menyerang Belanda, Audrey Hepburn aktif terlibat dalam gerakan perlawanan dengan menjadi mata-mata, relawan untuk dokter, dan menyelundupkan pesan bagi pilot Sekutu.
  • Setelah perang usai, Audrey Hepburn memulai karier di dunia hiburan dan kemudian menjadi duta besar UNICEF serta aktif dalam kerja kemanusiaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nama Audrey Hepburn dikenal sebagai salah satu ikon fashion dan aktris terbaik sepanjang masa. Namun, ia memiliki kisah masa remaja yang tak disangka-sangka: ia pernah menjadi mata-mata anti-Jerman saat Perang Dunia II meletus.

Kisah ini terungkap dalam buku Dutch Girl: Audrey Hepburn and World War II yang ditulis oleh Robert Matzen. Kisah ini ia dapatkan usai menelusuri dokumen rahasia, berbicara dengan keluarganya yang masih hidup, dan melacak buku harian sang legenda.

Seperti apa kontribusi Audrey Hepburn dan awal mula kisah hingga ia berakhir menjadi mata-mata Perang Dunia II? Bagaimana pula kehidupannya setelah perang usai hingga bisa menjadi salah satu legenda di industri sinema? Simak cerita lengkapnya di bawah ini!

Latar belakang keluarga Audrey Hepburn

Audrey Hepburn
nypost.com

Audrey Hepburn lahir di Belgia pada 4 Mei 1929 dari keluarga kelas atas. Ayahnya bekerja di bidang keuangan, sementara ibunya, Baroness Ella van Heemstra, adalah seorang bangsawan Belanda.

Ia baru berusia 10 tahun ketika Perang Dunia II pecah. Kedua orang tuanya dikenal memiliki pandangan pro-fasis, meskipun kenyataan pahit dari pendudukan Nazi akhirnya mengubah pandangan sang ibu. Pada tahun 1935, sang ayah meninggalkan keluarga dan pindah ke London. Kepergian itu meninggalkan luka mendalam bagi Hepburn.

Audrey Hepburn sempat mengenyam pendidikan di sekolah swasta elite dekat Dover, Inggris. Namun, ketika perang mulai terasa di ambang pintu, ibunya memutuskan bahwa akan lebih aman bagi mereka untuk pindah ke Belanda. Pada Desember 1939, di usia 10 tahun, Hepburn meninggalkan Inggris menuju Belanda.

Meski menyandang gelar bangsawan, keluarga mereka sebenarnya tidak kaya. Rumah leluhur yang megah, tempat tinggal kakeknya, ternyata cuma rumah sewaan. Ibunya kemudian bekerja sebagai penjual furnitur, dan mereka menetap di sebuah apartemen sederhana di Arnhem, sebuah kota di timur Belanda.

Ibuku tidak punya uang sepeser pun. Orang tuaku bercerai ketika aku berusia 10 tahun, ayahku menghilang. Tapi kami benar-benar tidak punya uang sama sekali,” katanya, dikutip dari New York Post.

Nasib Audrey Hepburn saat Jerman serang Belanda

Audrey Hepburn
nypost.com

Jerman menginvasi Belanda pada Mei 1940. Pasukan Nazi bergerak cepat melintasi perbatasan, menduduki kota-kota dan desa-desa hanya dalam hitungan hari. Pelarian Audrey Hepburn dari kekacauan itu adalah lewat tari. Ia pertama kali mengenal balet di Inggris, dan sejak saat itu bertekad menjadi balerina profesional. Tahun 1940, ia mendaftar di sekolah tari khusus yang diasuh oleh guru ternama.

Pada 1942, pamannya yang bernama Otto van Limburg Stirum, ditangkap tentara Nazi. Ia dan empat orang lainnya dibawa ke hutan, dipaksa menggali kubur mereka sendiri, lalu ditembak mati. Kejadian ini membuat ibunya yang sebelumnya mendukung Nazi berubah pikiran dan mulai aktif membantu gerakan perlawanan.

Audrey Hepburn juga memiliki cara sendiri untuk melawan kekejaman Nazi. Ia mulai menjadi relawan untuk Dr. Hendrik Visser ’t Hooft, yang juga merupakan anggota gerakan perlawanan. Di sinilah koneksi Hepburn dengan jaringan bawah tanah perlawanan dimulai. Rumah sakit tempat dokter Visser bekerja menjadi pusat perlawanan lokal, tempat para dokter membantu memalsukan dokumen identitas bagi mereka yang bersembunyi.

Salah satu kontribusi Hepburn untuk gerakan ini adalah menari. Ia tampil di acara-acara rahasia yang digelar malam hari, hanya lewat undangan khusus, untuk mengumpulkan dana bagi gerakan bawah tanah. Acara ini disebut “zwarte avonden” atau “malam hitam,” karena jendela-jendela harus ditutup rapat demi menghindari perhatian tentara Jerman. Ia bahkan menjadi kurir surat kabar bawah tanah Oranjekrant yang hanya seukuran tisu makan karena kelangkaan kertas.

Aku menyelipkannya di kaus kaki wol dalam sepatu kayuku, naik sepeda, dan mengantarkannya,” kenangnya.

Karena Audrey Hepburn sempat bersekolah di Inggris dan fasih berbahasa Inggris, ia dipercaya untuk mengantarkan pesan dan makanan kepada pilot Sekutu yang jatuh di wilayah Belanda. Saat itu tahun 1944, dan ia masih cukup muda untuk tidak dicurigai polisi.

Keluarganya juga pernah menyembunyikan seorang pilot Inggris yang ditembak jatuh di wilayah Belanda. Mereka menyelamatkannya dengan cara yang sangat mirip dengan kisah Anne Frank. Bagi Audrey, kehadiran sang pilot membawa realitas perang ke dalam hidupnya dengan cara yang tak pernah ia bayangkan sebagai remaja berusia 15 tahun.

Kehidupan Audrey Hepburn setelah Perang Dunia II usai

Audrey Hepburn
nypost.com

Meski perang telah usai, dampaknya masih terasa berat bagi Hepburn yang saat itu masih remaja. Selama masa pendudukan, mereka hidup tanpa listrik, pemanas, atau air bersih. Musim dingin tahun 1944-45 menjadi masa paling kelam, ketika makanan nyaris lenyap dari peredaran.

Kota tempat tinggal Audrey Hepburn akhirnya dibebaskan oleh pasukan Sekutu pada musim semi 1945. Saat itu, Audrey dan keluarganya keluar dari persembunyian, hanya untuk mendapati para tentara mengarahkan senjata ke arah mereka.

Pasca perang, Audrey Hepburn melanjutkan latihan balet sambil mencari cara lain untuk menghasilkan uang, termasuk menjadi model. Pada 1948, ia mendapatkan peran akting pertamanya dalam film dokumenter perjalanan beranggaran rendah berjudul Nederlands in Zeven Lessen (Belanda dalam Tujuh Pelajaran). Karena keterbatasan dana dan mahalnya roll film, tim produksi langsung menggunakan rekaman audisinya sebagai bagian dari film jadi.

Namun, pengalaman menegangkan yang ia alami semasa remaja tak mengurangi cintanya pada balet. Audrey Hepburn kemudian pindah ke London untuk belajar tari secara serius. Sayangnya, ia segera menyadari bahwa dengan tinggi badan 170 cm, ia terlalu tinggi untuk menjadi balerina profesional. Ia pun beralih ke panggung teater dan mendapat peran sebagai penari dengan satu baris dialog dalam musikal West End berjudul High Button Shoes. Peran-peran panggung lainnya pun berdatangan, menandai awal karier aktingnya.

Meski keluarga mereka pernah membantu gerakan perlawanan Belanda, ibunya masih dipandang sebagian orang sebagai kolaborator Nazi karena dukungan vokalnya terhadap fasisme sebelum perang. Beberapa saksi pascaperang bahkan mengklaim bahwa sang ibu memiliki atribut Nazi di apartemennya dan menjalin relasi dengan anggota polisi rahasia. Ia membantah semua tuduhan, tetapi cap tersebut cukup kuat hingga membuatnya ditolak masuk ke Amerika Serikat.

Dismantle Magazine.jpg
Dismantle Magazine

Pada 1953, Audrey Hepburn meraih peran utama pertamanya dalam film Roman Holiday sebagai Putri Ann. Film tersebut meraih kesuksesan besar, baik secara kritis maupun komersial. Perannya tak hanya memikat hati penonton, tapi juga membuatnya memenangkan Academy Award (Oscar) untuk Aktris Terbaik, pencapaian yang luar biasa untuk debut peran utama.

Seiring berjalannya waktu, kariernya terus menanjak. Audrey Hepburn berhasil meraih empat penghargaan bergengsi di dunia hiburan yang dikenal sebagai EGOT (Emmy, Grammy, Oscar, dan Tony Awards). Pencapaian langka ini hanya dimiliki segelintir seniman hingga hari ini.

Di luar dunia akting, Audrey Hepburn dikenal akan dedikasinya pada kerja kemanusiaan. Ia menjadi duta besar kehormatan untuk UNICEF, organisasi yang sangat dekat di hatinya karena pengalamannya sendiri sebagai anak korban perang. Dalam peran ini, ia mengunjungi berbagai negara, termasuk di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Ia ikut memperjuangkan hak anak-anak dan membantu meningkatkan kesadaran global tentang kemiskinan dan kelaparan.

Meski telah meninggal dunia pada tahun 1993, kisah Audrey Hepburn yang inspiratif ini mengingatkan bahwa perempuan bisa menjadi agen perubahan dengan peran masing-masing. Apakah sosok legendaris ini merupakan artis idola kamu, Bela?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Utami
EditorAyu Utami
Follow Us

Latest in Career

See More

Penjelasan Ending Dear X, Apakah Akan Ada Season 2?

05 Des 2025, 13:55 WIBCareer