Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

Seringai Ikuti Sederet Musisi Indie Tarik Katalog Musik dari Spotify

Untitled design (94).jpg
unspash.com/Pankaj Patel, instagram.com/ seringai_official
Intinya sih...
  • CEO Spotify, Daniel Ek, mendapat protes karena investasi besar-besaran di perusahaan teknologi militer berbasis AI bernama Helsing.
  • Banyak musisi indie menarik katalog musik mereka dari Spotify sebagai bentuk protes terhadap investasi Ek dan rendahnya royalti yang diterima.
  • Para artis dan label seperti Deerhoof, Leah Senior, hingga Skee Mask telah meninggalkan Spotify dan memilih platform alternatif sebagai tindakan protes.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Spotify telah menjadi sebagai salah satu penyedia layanan streaming musik terbesar di dunia, dengan lebih dari 678 juta pengguna aktif bulanan. Platform ini menawarkan konten audio digital berlisensi, mencakup lebih dari 100 juta lagu dari berbagai label rekaman.

Akan tetapi, belakangan ini, Spotify kembali menjadi sorotan. Bukan karena fitur baru atau deretan playlist populer, melainkan keputusan kontroversial sang CEO, Daniel Ek, yang menuai protes dari para artis independen.

Gelombang kekecewaan ini tentunya memicu aksi nyata, yakni sederet musisi indie menarik katalog musik mereka dari Spotify, bahkan sampai menyerukan pemboikotan terhadap platform tersebut. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi?

Adanya investasi besar-besaran Daniel Ek di perusahaan teknologi militer berbasis AI

Helsing, perusahaan teknologi pertahanan asal Jerman. (Situs helsing.ai)
Helsing, perusahaan teknologi pertahanan asal Jerman. (Situs helsing.ai)

Daniel Ek, melalui perusahaan investasinya bernama Prima Materia, telah menggelontorkan dana sebesar EUR600 juta (sekitar USD700 juta) ke Helsing, sebuah perusahaan teknologi pertahanan asal Jerman. Helsing ini dikenal mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) untuk kebutuhan militer, mulai dari drone tempur, kapal selam otonom, hingga sistem pengawasan medan perang. Nilai perusahaan ini kini menyentuh angka EUR12 miliar, atau setara USD14,04 miliar!

Tidak berhenti di situ saja, Ek yang rupanya juga menjabat sebagai ketua dewan direksi dari Helsing, menegaskan investasi teknologi itu demi kedaulatan dan kesiapan pertahanan Eropa. Mengutip dari siaran resmi dari situs Helsing, pendanaan ini merupakan bagian dari Seri D yang turut didukung investor lama seperti Accel, Lightspeed, Saab, hingga General Catalyst, serta investor baru seperti BDT dan MSD Partners.

Investasi ini juga mengikuti pendanaan Seri C sebesar €450 juta yang digelontorkan pada Juli 2024.

Ilustrasi musisi indie. (Situs pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi musisi indie. (Situs pexels.com/cottonbro studio)

Namun, bagi banyak musisi indie, langkah yang dilakukan sang CEO dianggap melampaui batas. Mereka memandang investasi tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap "senjata AI" yang berpotensi memperpanjang konflik bersenjata.

Bukan hanya soal etika perang, para artis ini juga menyoroti betapa rendahnya royalti yang mereka terima dari Spotify, sehingga menambah panjang daftar alasan mereka untuk meninggalkan platform ini. Investasi yang melewati batas itu membuat mereka tidak ingin karya seni mereka berkontribusi pada perang dan kehancuran.

Siapa saja yang sudah menarik musiknya dari Spotify?

Gelombang protes datang dari sederet musisi berbagai genre. Para artis ini mendorong penggemar untuk mendengarkan musik mereka di platform alternatif, atau membeli musik dari artis atau label untuk memastikan dukungan langsung kepada para musisi.

Berikut beberapa artis dan label yang sudah menarik katalog mereka dari Spotify:

  1. Deerhoof.
    Band indie-rock asal San Francisco ini menarik seluruh katalog mereka. Mereka secara terang-terangan menyebut Spotify sebagai "data-mining scam" dan menyatakan, "Kami tidak ingin musik kami membunuh orang."
  2. Leah Senior.
    Musisi folk asal Australia ini menarik album The Music That I Make (2023), dan menyatakan bahwa setelah investasi itu, "Kami tidak membutuhkannya (Spotify) lagi."
  3. Dr Sure’s Unusual Practice dan Marthouse Records.
    Band post-punk asal Melbourne bersama labelnya memutuskan membatalkan perilisan album Blue/Bubble di Spotify, dengan harapan bisa memobilisasi lebih banyak musisi untuk melakukan hal serupa.
  4. Lolo Lovina.
    Melalui Instagram-nya, Lolo Lovina menarik musiknya dari Spotify sebagai protes terhadap royalti yang tidak adil bagi musisi dan investasi CEO-nya dalam teknologi senjata, serta memilih platform yang lebih etis seperti Tidal.
  5. Kalahari Oyster Cult.
    Label musik elektronik asal Belanda ini juga menarik seluruh katalog mereka, termasuk musik dari artisnya, seperti Spray, Maara, Flora FM, dan Fantastic Man. Mereka menyatakan bahwa keberadaan di platform yang mendukung "alat perang dan kekerasan" bertentangan dengan nilai mereka.
  6. Charlie Waldren (Poolroom).
    Musisi asal Sydney ini menyatakan hengkang dari Spotify dan beralih ke Bandcamp agar tidak "ikut mendanai peperangan" lewat langganan musik.
  7. Skee Mask.
    Produser techno dari Jerman ini menyatakan di media sosial, "Semua musikku sudah tidak ada lagi di Spotify," sebagai bentuk protes terhadap prioritas Daniel Ek yang dianggap lebih memilih teknologi militer daripada mendukung para musisi.
  8. b l u e s c r e e n.
    Produser vaporwave dari Brisbane ini juga telah meninggalkan platform tersebut sebelumnya.
  9. Darren Sangita.
    Produser musik electronic ini juga telah menyerukan boikot pada tahun 2021 saat investasi awal Ek di Helsing, dan kini juga diketahui menarik diri dari Spotify.
  10. Seringai.Band metal asal Indonesia ini baru saja mengambil langkah berani dengan menarik semua katalog lagunya dari Spotify. Menurut manajer Wendi Putranto, keputusan tersebut diambil karena hal itu dianggap bertentangan dengan nilai dan pesan damai yang selalu dibawa Seringai lewat musik mereka. “Kami nggak mau karya kami berafiliasi dengan aktivitas militer,” jelasnya.

Akankah protes ini berdampak besar?

Ilustrasi Spotify pada perangkat iPad. (SItus unsplash.com/Heidi Fin)
Ilustrasi Spotify pada perangkat iPad. (SItus unsplash.com/Heidi Fin)

Sejauh ini, Spotify masih mendominasi dalam industri streaming musik global. Namun, sebagian besar musisi indie hanya menerima penghasilan kecil dari platform ini, salah satunya Deerhoof, diketahui hanya mendapat sekitar US$1.000 per tahun dari Spotify.

Maka dari itu, bagi banyak artis independen ini, keluar dari platform tersebut bukanlah kerugian finansial besar, melainkan bentuk sikap moral. Para musisi berharap boikot ini menjadi tekanan simbolis yang kuat agar Spotify mulai mempertimbangkan etika dalam investasi dan kembali memperbaiki sistem pembayaran royalti yang selama ini dikeluhkan.

Aksi para musisi indie yang menarik katalog mereka dari Spotify memang murni sebagai refleksi dari ketidakpuasan mendalam atas arah perusahaan dan cara mereka memperlakukan para artis. Meskipun bukan pukulan besar secara bisnis, hal ini diharapkan dapat membuka mata pengguna platform tersebut untuk mempertimbangkan dampak sosial dan etika dari layanan yang mereka gunakan.

Pesan utamanya jelas: musik seharusnya tidak digunakan untuk membiayai peperangan. Bagaimana menurutmu, Bela?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Utami
EditorAyu Utami
Follow Us

Latest in Career

See More

Penjelasan Ending Dear X, Apakah Akan Ada Season 2?

05 Des 2025, 13:55 WIBCareer