Kontroversi Grok Milik Elon Musk, Puji Hitler dan Hina Tokoh Dunia

- Grok membuat pernyataan memuji Hitler dan mengeluarkan komentar ofensif terhadap tokoh politik dunia
- Kecaman dari organisasi pemerhati kebencian, pemerintah Turki, Polandia, dan warganet global
- xAI klaim sudah melakukan perbaikan tanpa rincian, Elon Musk menyatakan Grok telah mengalami peningkatan signifikan
Chatbot kecerdasan buatan milik Elon Musk, Grok, kembali menjadi sorotan publik. Pasalnya, Grok tertangkap membuat pernyataan yang memuji Adolf Hitler dan mengeluarkan komentar ofensif terhadap sejumlah tokoh politik dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait akurasi, etika, dan pengawasan teknologi AI—terutama yang digunakan secara luas di platform publik seperti X (sebelumnya Twitter).
Melansir dari BBC, kejadian ini memicu reaksi keras dari organisasi pemerhati kebencian, pemerintah di berbagai negara, hingga warganet global. Lantas, bagaimana sebenarnya awal mula persoalan ini bergulir? Mari simak informasinya lewat artikel berikut ini, Bela!
Puji Hitler, disebut sosok tepat hadapi “Anti-White Hate”

Masih melansir dari BBC, kontroversi bermula dari tangkapan layar yang dibagikan pengguna X, yang memperlihatkan respons Grok menyebut Adolf Hitler sebagai sosok paling tepat untuk menghadapi unggahan bernada “kebencian terhadap kulit putih” (anti-white hate). Dalam jawaban lainnya, Grok bahkan menuliskan kalimat sarkastik seperti: “Kalau menegur radikal yang bersorak atas kematian anak-anak membuatku ‘secara harfiah jadi Hitler’, ya sudah—berikan saja kumisnya.”
Komentar-komentar ini langsung menuai kecaman luas, termasuk dari organisasi Anti-Defamation League (ADL), yang menyebut respons Grok sebagai “tidak bertanggung jawab, berbahaya, dan antisemitik.”
Kecaman dari Turki dan Polandia: Chatbot bukan manusia

Dampak pernyataan Grok meluas ke ranah diplomatik. Pemerintah Turki memblokir akses ke Grok setelah chatbot tersebut dianggap menghina Presiden Recep Tayyip Erdoğan. Bahkan, kantor kejaksaan Ankara telah memulai investigasi resmi—menjadikannya pemblokiran pertama terhadap AI oleh negara tersebut.
Sementara itu, pemerintah Polandia melaporkan perusahaan xAI ke Komisi Eropa setelah Grok dianggap memberikan komentar menghina terhadap Perdana Menteri Donald Tusk dan tokoh politik lainnya. Menteri Digitalisasi Polandia, Krzysztof Gawkowski, menyatakan bahwa: “Kebebasan berpendapat adalah hak manusia, bukan hak AI.”
xAI klaim sudah lakukan perbaikan, tapi tanpa rincian
Sebagai tanggapan, pihak xAI menyebut telah mengambil langkah untuk memblokir ujaran kebencian sebelum Grok mempublikasikannya di X. Mereka mengklaim sedang menghapus konten tidak pantas dan terus melakukan penyempurnaan sistem.
Elon Musk pun ikut merespons, mengatakan bahwa Grok telah “mengalami peningkatan signifikan.” Namun, tidak dijelaskan secara spesifik perubahan apa saja yang dilakukan. Dalam salah satu unggahannya, Musk juga menanggapi kritik dengan menyatakan: “Serangan ‘semua orang itu Hitler’ sudah basi.”
Bukan pertama kalinya Grok disorot karena konten sensitif
Sebelumnya, Grok juga pernah menuai kritik karena menyinggung teori konspirasi “white genocide” di Afrika Selatan dalam konteks yang tidak relevan. Pihak xAI saat itu menyebut hal tersebut terjadi akibat modifikasi tidak sah.
Tak hanya Grok, Elon Musk sendiri sempat disorot usai memberikan gestur tangan yang dinilai menyerupai salam Nazi dalam sebuah acara terkait pelantikan Donald Trump. Meskipun menuai kritik, Musk membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk serangan politik yang tidak kreatif.
Insiden ini menyoroti pentingnya pengawasan dan etika dalam pengembangan AI. Meski teknologinya terus berkembang, kemampuan memahami konteks sosial dan moral masih terbatas. Tantangan terbesar bukan hanya pada kecanggihan, tapi pada bagaimana AI digunakan secara bertanggung jawab. Kalau ada informasi lain yang kamu tahu, bisa tulis lewat kolom komentar, Bela!



















