8 Alasan Kenapa Jadi Workaholic Itu Nggak Bagus Buatmu dan Orang di Sekitarmu

Menurut studi yang diterbitkan pada Journal of Management, ada perbedaan yang signifikan antara menyukai pekerjaan dan kecanduan pekerjaan.
Dan yang menjadi masalah adalah, workaholic merupakan masalah mental yang seringkali memunculkan dampak positif yang bahkan membuat atasan kita bahagia. Jadi ketika kamu merasa bahwa kamu workaholic, perlu kamu ketahui bahwa tak selamanya workaholic itu menguntungkan.
Bagaimana kamu bisa meniti karier jika kamu tak pernah rekreasi dan liburan?
Liburan sih liburan, tapi buat apa kalau masih ngurusin kerjaan? Otakmu juga perlu istirahat dan tak memikirkan masalah berat soal pekerjaan.
Makan di meja kerja memicu obesitas dan tak makan siang juga semakin memerburuk keadaan. Solusinya, makan siang di tempat selain meja kerja.
Berulang kali mengecek email tak akan meningkatkan produktivitasmu.
Kecanduan kerja tak akan membuat hubunganmu mesra. Pasangan workaholic dua kali lebih besar untuk mengalami perceraian. Pun jika kamu gila kerja dan berusaha untuk tetap pacaran, kamu juga tak akan bisa menyeimbangkan waktu untuk berdua.
In short, workaholics burn out. Semua aktivitas non-stop dapat memicu buruknya perilaku dan kebiasaan yang akhirnya kita kenal sebagai "burn out."
Karena kalau kamu stres, rekan kerjamu juga akan merasakan hal yang serupa.
Pendek kata, workaholic adalah kebiasaan yang tak baik. Kamu akan mengalami gangguan tidur, depresi dan kecemasan. Tak jarang kamu juga akan mengalami peningkatan berat badan dan bahkan kematian.
Jadi, menjadi seorang workaholic itu tak selamanya menguntungkan. Karena kalau kamu tak bisa menyeimbangkannya dengan kehidupan sehari-harimu, kamu akan kewalahan sendiri.



















