Review 'A Big Bold Beautiful Journey': Bikin Kamu Siap Membuka Hati dan Jatuh Cinta Lagi

- Film A Big Bold Beautiful Journey mengajak penonton untuk menelusuri memori paling berharga dan menyakitkan melalui kisah dua orang asing yang dipertemukan tak sengaja di sebuah pesta pernikahan.
- Perjalanan pulang menjadi awal kisah baru bagi Sarah dan David, membawa mereka pada pintu-pintu misterius yang membuka kembali memori masa lalu mereka.
- Film ini menyajikan alegori tentang pernikahan, menekankan pentingnya untuk melihat sisi tergelap pasangan tanpa menghakimi, serta keberanian dalam mencintai dengan kesadaran penuh.
Ketika pintu-pintu misterius terbuka, tidak hanya ruang yang berubah, tetapi juga hati yang perlahan berani untuk menjalin kisah cinta baru yang telah lama menunggu. Begitulah kira-kira inti dari film terbaru karya Kogonada, A Big Bold Beautiful Journey. Mengandalkan perpaduan antara realisme magis dan drama romantis, film ini mengajak kamu untuk menelusuri kembali memori yang paling berharga sekaligus paling menyakitkan, melalui kisah dua orang asing yang dipertemukan tak sengaja di sebuah pesta pernikahan.
Lebih jauh, A Big Bold Beautiful Journey bukan hanya sebuah film romantis, melainkan refleksi filosofis tentang pernikahan, trauma, dan keberanian membuka hati. Kogonada membalutnya dengan visual indah, sinematografi presisi, serta dialog yang mungkin terasa panjang, tapi justru menjadi inti dari pengalaman menonton yang cukup memberikanmu pelajaran penting tentang relationship.
Sinopsis: ketika perjalanan pulang menjadi awal kisah yang baru

Film dibuka dengan adegan yang sederhana, yakni pertemuan Sarah (Margot Robbie) dan David (Colin Farrell) di sebuah pesta pernikahan. Keduanya sama-sama single, dengan latar hidup dan masa lalu yang belum sepenuhnya terselesaikan. Sejak awal, chemistry antara Robbie dan Farrell sudah terasa kuat. Ada ketertarikan yang tidak dipaksakan, melainkan hadir secara natural melalui tatapan, gestur, dan percakapan kecil yang tampak biasa, namun menyimpan benih kisah besar.
Pesta pernikahan menjadi latar simbolis yang menarik. Di satu sisi, ia mewakili komitmen dan ikatan cinta. Namun di sisi lain, bagi Sarah dan David, pesta itu justru menegaskan status mereka sebagai individu yang masih mencari arah. Di titik ini, kamu akan langsung digiring pada pertanyaan universal: "apa yang sebenarnya kita cari ketika memasuki hubungan baru? kebahagiaan, jawaban, atau justru kesempatan untuk menyembuhkan luka lama?". Silakan kamu jawab sendiri di benakmu masing-masing.
Kogonada berhasil mengemas pertemuan awal ini tanpa klise berlebihan. Tidak ada adegan jatuh cinta seketika atau komedi romantis instan. Sebaliknya, film dengan tenang membangun pondasi bahwa hubungan yang mendalam selalu berangkat dari momen sederhana yang kita bahkan tidak duga sebelumnya.
Kisah yang tertulis rapi yang difilosofikan dengan sebuah pintu

Setelah pesta, sebuah insiden kecil membuat Sarah dan David harus berbagi mobil dalam perjalanan pulang. Situasi yang tampaknya biasa saja, justru menjadi pintu masuk menuju kisah besar yang tidak terduga. GPS dalam mobil membawa mereka ke arah yang aneh, yaitu mengarahkan keduanya pada pintu-pintu misterius yang membuka kembali memori masa lalu mereka. Dari sini, film mulai menampakkan sisi fantasi yang membedakannya dari drama romantis pada umumnya.
Perjalanan ini bukan sekadar fisik, melainkan batin. Setiap kilometer yang mereka lalui adalah lapisan demi lapisan memori yang harus dihadapi. Keduanya dipaksa untuk berhadapan dengan masa kecil, kebahagiaan yang terlupakan, hingga trauma yang paling menyakitkan. Keputusan Kogonada untuk menekankan dialog dalam adegan-adegan ini terasa pas. Sebab, percakapan intens di dalam mobil menjadi wadah untuk menggali makna hubungan yang sesungguhnya.
Meski terkesan sederhana, perjalanan pulang ini justru menegaskan bahwa cinta sering lahir dari obrolan sehari-hari. Dari tawa, cerita, hingga luka yang dibagikan dalam ruang terbatas, kita bisa menemukan ikatan yang lebih dalam daripada sekadar atraksi fisik. Inilah inti mengapa film ini terasa begitu intim, meskipun temponya lambat.
Alegori pernikahan dalam balutan fantasi

Lebih dari sekadar cerita romansa, A Big Bold Beautiful Journey banyak menyajikan alegori tentang pernikahan. Pernikahan digambarkan bukan hanya soal hari bahagia, melainkan sebuah perjalanan panjang yang indah sekaligus penuh tantangan. Setiap pintu yang dibuka Sarah dan David adalah simbol bagaimana pasangan harus berani menelusuri masa lalu, baik yang indah maupun yang penuh luka.
Film ini menyampaikan pesan penting: untuk bisa mencintai seseorang sepenuhnya, kita harus berani melihat sisi tergelapnya tanpa menghakimi. Ketika Sarah dan David saling menyaksikan masa lalu masing-masing, mereka tidak hanya memahami, tetapi juga belajar menerima. Inilah bentuk keberanian yang sesungguhnya: mencintai dengan kesadaran penuh, bukan hanya terjebak dalam ilusi romansa yang menggebu di awal pertemuan.
Kogonada dengan cerdas membalut filosofi ini dalam balutan fantasi yang memikat. Alih-alih terasa menggurui, film justru mendorong penonton untuk merenungkan sendiri maknanya. Filosofi hujan dan panas yang hadir bersamaan menjadi penegasan visual bahwa rumah tangga memang seseringkali penuh paradoks, misalnya ada tangis di hari cerah atau ada tawa di tengah badai. Kamu hanya tinggal menikmatinya karena semua itu pasti 'mampir' ke hubungan yang tengah kalian jalani.
Banyak dialog (mungkin) bisa membuatmu bosan jika tak terbiasa

Satu hal yang mungkin memecah opini penonton adalah dominasi dialog dalam film ini. Hampir setiap bagian perjalanan dipenuhi percakapan antara Sarah dan David. Bagi sebagian orang, ritme ini bisa terasa membosankan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, dialog justru menjadi nadi utama yang membuat film hidup.
Setiap obrolan bukan sekadar basa-basi, melainkan percikan kecil yang mengungkapkan siapa sebenarnya Sarah dan David. Dari dialog ringan tentang masa kecil hingga perbincangan serius soal trauma, penonton diajak untuk perlahan-lahan mengenal mereka, persis seperti cara kita mengenal pasangan dalam kehidupan nyata. Obrolan inilah yang membangun fondasi hubungan mereka, jujur, rawan, dan apa adanya.
Kekuatan film terletak pada bagaimana percakapan itu tidak pernah terasa sia-sia. Meskipun tidak ada aksi menegangkan, dialog intens membuat penonton merasa menjadi bagian dari perjalanan emosional mereka. Dan mungkin, di situlah keindahannya: pernikahan sejatinya adalah tentang mengobrol, berulang-ulang, hingga tua nanti.
Visual yang memanjakan mata sebagai pengiring cerita

Secara teknis, A Big Bold Beautiful Journey adalah sebuah mahakarya visual. Kogonada bekerja sama dengan sinematografer Benjamin Loeb menghasilkan gambar yang presisi, simetris, dan penuh warna pastel yang mengingatkan pada gaya Wes Anderson. Namun, alih-alih sekadar meniru, Kogonada menambahkan nuansa meditatif yang menjadi ciri khasnya.
Setiap frame terasa seperti lukisan. Kamu akan melihat adegan demi adegan yang penuh detail, warna, dan komposisi yang menenangkan mata. Pintu-pintu misterius yang menjadi simbol perjalanan mereka pun ditata dengan estetika yang memikat. Keputusan untuk menggunakan banyak efek praktis dan meminimalisir CGI membuat pengalaman menonton terasa lebih nyata, meskipun berada dalam dunia fantasi.
Visual indah ini bukan hanya hiasan, tetapi juga medium bercerita. Perpaduan hujan dan panas, cahaya dan bayangan, hingga lanskap yang berganti-ganti, semuanya merefleksikan dinamika hubungan Sarah dan David. Seolah film ingin menegaskan bahwa keindahan hidup justru muncul dari ketidaksempurnaan.
Chemistry kuat sang tokoh utama

Kekuatan utama film ini tentu saja terletak pada chemistry antara Margot Robbie dan Colin Farrell. Meski baru pertama kali dipasangkan di layar lebar, keduanya menunjukkan dinamika yang begitu natural. Tidak ada yang berusaha mendominasi, keduanya saling melengkapi dengan energi yang sama kuatnya.
Margot Robbie menghadirkan Sarah sebagai sosok yang kompleks: rapuh tapi berani, terluka tapi tetap ingin membuka diri. Sementara itu, Colin Farrell membawa kehangatan dan kerentanan yang membuat David terasa sangat manusiawi. Perbedaan karakter ini justru menciptakan keseimbangan yang menarik, membuat interaksi mereka selalu hidup dan otentik.
Penonton akan mudah larut dalam hubungan mereka karena Robbie dan Farrell tidak hanya bermain peran, tetapi benar-benar membangun ikatan emosional di layar. Chemistry inilah yang membuat film terasa autentik, seakan kita sedang menyaksikan dua orang nyata yang perlahan jatuh cinta, bukan sekadar karakter fiksi.
Layak kamu tonton jika kamu memang sedang membuka diri

A Big Bold Beautiful Journey bukan film yang bisa dinikmati semua orang. Tempo yang lambat, dialog panjang, dan gaya visual meditatif mungkin terasa asing bagi mereka yang terbiasa dengan film romantis mainstream. Namun, justru di situlah keistimewaannya. Film ini berani berbeda dan menawarkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar hiburan.
Sebagai penonton, kita diajak untuk ikut merenung tentang perjalanan hidup dan hubungan kita sendiri. Apakah kita sudah benar-benar menerima masa lalu pasangan kita? Apakah kita siap membuka pintu-pintu yang mungkin penuh luka, tapi juga menyimpan keindahan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang membuat film tetap membekas jauh setelah layar bioskop padam.
Pada akhirnya, film ini adalah undangan untuk berani memulai perjalanan besar yang indah, meskipun penuh risiko. Karena cinta, seperti halnya hidup, selalu menuntut keberanian. Dan A Big Bold Beautiful Journey berhasil merangkum filosofi itu dalam sebuah film yang orisinal, emosional, dan menawan.



















