2 UMKM Ini Berinovasi di Tengah Pandemi untuk Sambut New Normal

Digitalisasi UMKM lokal di tengah new normal

2 UMKM Ini Berinovasi di Tengah Pandemi untuk Sambut New Normal

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Akselerasi digital atau menjalankan semua usaha dengan sistem online menjadi salah satu solusi bertahan di tengah pandemi ini. Mereka yang tadinya hanya mengandalkan usaha secara offline mulai beralih ke online agar bisa bertahan.

Tidak mudah memang mengalihkan konsep penjualan menjadi digital. Namun, dua pelaku UMKM lokal berikut ini berhasil berinovasi dan beralih ke digital sehingga mereka bisa bertahan di masa-masa sulit seperti ini.

Seperti apa kisah mereka? Simak penuturannya berikut ini.

Nadjani

2 UMKM Ini Berinovasi di Tengah Pandemi untuk Sambut New Normal

Salah satu pegiat UMKM lokal yang terus beradaptasi di tengah pandemi adalah Nadya Amatullah Nizar, pemilik usaha fesyen muslim Nadjani. Berdiri pada 2011, Nadjani selalu menampilkan ciri khas produknya, yaitu motif abstrak beraneka desain dan warna.

Pemilik Nadjani, Nadya Amatullah Nizar, mengungkapkan bahwa pandemi memukul keras usahanya. Penjualan Nadjani secara keseluruhan mengalami penurunan hingga 30 persen.

“PSBB menyebabkan toko offline kami terpaksa tutup. Melihat pergeseran kebutuhan dan perilaku konsumen, saya dan tim mulai memikirkan inovasi produk agar dapat meningkatkan penjualan,” terang Nadya, di press conference yang diadakan secara online, Rabu (10/6).

“Kami akhirnya memberanikan diri merombak koleksi Ramadan yang sudah jadi, namun kurang laku, dan menjadikannya produk yang lebih dibutuhkan masyarakat, seperti masker kain, mukena dan celemek,” tambahnya.

Khusus untuk masker kain, seluruh keuntungan penjualannya didonasikan. Setiap ada pembelian masker kain lewat Nadjani, Nadya membelikan masker juga untuk masyarakat yang membutuhkan.

Seluruh masker yang dijual dalam rangka donasi ini habis dalam 2 menit lewat Tokopedia. Sejak bergabung dengan Tokopedia, omzet Nadjani kembali stabil. Hal ini menjadi titik terang bagi usaha dan 35 orang para pegawainya.

“Saya mendorong pegiat usaha lokal lain, khususnya di industri fesyen muslim, untuk terus berjuang di tengah normal baru ini, dengan terus berinovasi dan menciptakan peluang lewat kanal daring seperti Tokopedia,”  tambah Nadya.

Klinik Kopi

Selain Nadjani, contoh lain dari pegiat usaha lokal yang juga memilih memaksimalkan bisnis daring lewat Tokopedia sejak pandemi, adalah Klinik Kopi Yogyakarta. Klinik Kopi didirikan oleh Firmansyah atau yang akrab disapa Pepeng. Usaha yang dibangun sejak 2013 ini selalu menyuguhkan kopi yang diolah secara manual sehingga mempertahankan cita rasa kopi asli Indonesia.

Pepeng sendiri juga menjadi daya tarik para pecinta kopi. Hal ini dikarenakan ia kerap bercerita mengenai asal-usul kopi yang sedang disajikan di gerai kopinya.

“Sejak pandemi, gerai offline menjadi sangat sepi pengunjung bahkan harus tutup,”  ungkap Pemilik Klinik Kopi Yogyakarta, Pepeng. Melihat keadaan itu, Pepeng memaksimalkan kanal online Tokopedia demi mempertahankan kelangsungan bisnis.

“Lebih dari 90 persen penjualan kini berasal dari Tokopedia. Melalui pemanfaatan platform daring, produk Klinik Kopi juga dapat dinikmati masyarakat luas, bahkan dari Palu, Kalimantan hingga Papua,” lanjut Pepeng.

Meski memasarkan produk secara online, cerita Pepeng tidak berhenti. Ia selalu menyertakan informasi di setiap kemasan kopi agar masyarakat tetap bisa mengetahui cerita di balik biji kopi yang dikonsumsi, mulai dari asal daerah hingga petani kopi yang berkontribusi.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here