British Council Gelar Perayaan Kolaborasi Seni Inklusif Inggris Raya - Indonesia

British Council merayakan kolaborasi budaya Inggris Raya dan Indonesia melalui pergelaran seni inklusif di Taman Ismail Marzuki.
Puncak acara berupa pemutaran film pertunjukan balet Giselle karya Akram Khan dari English National Ballet, diperkaya oleh penampilan tari kontemporer interpretasi langsung bertajuk Factory Devotion.
Program Connections Through Culture (CTC) British Council membina hubungan dan kolaborasi antara seniman, praktisi kreatif, dan lembaga seni dari Inggris dan Indonesia.
British Council merayakan kekuatan kolaborasi budaya antara Inggris Raya dan Indonesia melalui sebuah pergelaran seni inklusif di Taman Ismail Marzuki pada 9 Desember 2025, yang diadakan untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional. Acara ini menyoroti bagaimana pertukaran kreatif menciptakan peluang yang lebih besar bagi para seniman, praktisi budaya, dan komunitas kreatif di kedua negara.
Puncak acara berupa pemutaran film pertunjukan balet

Puncak acara malam ini adalah pemutaran film pertunjukan balet ternama Giselle karya Akram Khan dari English National Ballet, yang diperkaya oleh penampilan tari kontemporer interpretasi langsung bertajuk Factory Devotion. Karya ini dibawakan secara apik oleh penari Indonesia Arif Setyo Budi (Arif Onelegz) dan penari Inggris Lauren Russell.
Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Giring Ganesha, dan Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Irene Umar, yang menandakan komitmen kuat pemerintah Indonesia untuk memperkuat sektor budaya dan kreatif.
H.E. Dominic Jermey, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste, menyatakan, "Acara ini lebih dari sekadar perayaan seni; ini mencerminkan momentum baru dalam hubungan bilateral kita seiring Inggris Raya dan Indonesia akan segera meluncurkan Kemitraan Strategis baru yang lebih mendalam. Presiden Prabowo akan meluncurkan Kemitraan ini bersama Perdana Menteri Keir Starmer selama kunjungannya ke London pada bulan Januari mendatang. Kedua pemerintah telah bekerja sama secara erat untuk membangun kerangka kerja yang akan mewujudkan masa depan yang lebih makmur, aman, dan berkelanjutan bagi masyarakat kita. Kemitraan budaya ini adalah bagian dari ambisi bersama tersebut."
Fokus dalam melindungi dan mengembangkan aset budaya

Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Giring Ganesha pada sambutannya menyampaikan, "Hadirnya Kementerian Budaya menjadikan pemerintah lebih fokus dalam melindungi dan mengembangkan aset budaya kita. Bersama para mitra strategis seperti British Council, komitmen kami adalah memperdalam kerja sama tahun depan dengan mempersiapkan banyak program bersama. Saya sangat menantikan bagaimana balerina Indonesia bisa belajar di English National Ballet, seniman kita bisa berpameran di Tate Modern, dan bagaimana film-film Indonesia yang luar biasa bisa diedarkan di Inggris. Semua ini kami lakukan karena kami percaya bahwa seni dan budaya memiliki kekuatan besar untuk menyatukan orang-orang dan menciptakan harmoni."
Apresasi yang sama juga disampaikan oleh Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Irene Umar, "Pertunjukan hari ini adalah pertemuan antara dua budaya, karena di Indonesia kami percaya pada filosofi 'Jika tak Kenal, Maka Tak Sayang'. British Council telah berhasil menciptakan jalan agar kedua budaya ini bertemu, dan hasilnya nyata. Saya senang, talenta musik kita kini bisa debut sebagai pemeran utama di London, salah satunya berkat beasiswa dari British Council. Dan ini baru permulaan; kunjungan kami ke DCMS (Departemen Kebudayaan, Media, dan Olahraga Inggris) sangat menjanjikan, dan ada rencana konkret yang akan dimulai Januari nanti karena 'pasukan di lapangan' di kedua negara siap untuk berpadu."
Banyak seniman Indonesiatelah mendapatkan kesempatan untuk berjejaring secara internasional

Program Connections Through Culture (CTC) yang diinisiasi oleh British Council bertujuan untuk membina hubungan dan kolaborasi antara seniman, praktisi kreatif, dan lembaga seni dari Inggris dan Indonesia. Melalui hibah ini, banyak seniman Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk berjejaring secara internasional dan berkolaborasi dalam proyek-proyek inovatif.
Beberapa di antaranya bahkan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan karya mereka di Inggris seperti seniman Melati Suryodarmo yang menyelenggarakan pameran bertajuk "Passionate Pilgrim" di Ikon Gallery di Birmingham pada tahun 2023, membuka jalan bagi talenta Indonesia untuk mendapatkan pengakuan di panggung global dan memperkaya dialog budaya antara kedua negara.
"Melalui program seperti Connections Through Culture, kami berkomitmen memperdalam hubungan antara sektor kreatif kedua negara, memperkuat jejaring, serta mempromosikan pertukaran budaya inklusif yang bermanfaat bagi seniman dan masyarakat," ujar Summer Xia, Direktur British Council untuk Indonesia dan Asia Tenggara.
"Pergelaran ini menangkap esensi dari misi tersebut. Arif dan Lauren terhubung bukan karena satu proyek, melainkan karena ekosistem kolaborasi yang terus hidup bahkan setelah sebuah program hibah berakhir. Ini adalah tujuan kami: membangun hubungan antar-individu yang menumbuhkan kemakmuran, menginspirasi inovasi, dan memupuk saling pengertian."
Sebuah dialog kreatif yang sangat mendalam

Arif Setyo Budi (Arif Onelegz) mengungkapkan pengalamannya, "Bekerja bersama Lauren adalah pengalaman yang luar biasa. Tari adalah bahasa yang menyatukan kami. Kolaborasi ini membuktikan bahwa kita bisa menciptakan karya yang indah bersama, dan saya bangga ini menjadi pesan kuat pada Hari Disabilitas Internasional bahwa tari adalah milik semua orang."
Lauren Russell, penari asal Inggris, menambahkan, "Kolaborasi ini merupakan sebuah dialog kreatif yang sangat mendalam. Bekerja dengan Arif menyadarkan saya bahwa praktik inklusif bukan sekadar menyediakan akses, tetapi tentang menemukan kemungkinan-kemungkinan artistik baru. Kemitraan ini telah memberikan nilai yang tak terhingga bagi perjalanan artistik saya."
Pergelaran dan pemutaran film di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, ini terselenggara atas kerja sama antara Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Yayasan Balet Indonesia, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Dewan Kesenian Jakarta, JAKPRO, Swargaloka, We Are Epic, dan Xtrat.


















