Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Tahun Baru Hijriah, Sejarah hingga Daftar Bulannya

139877.jpg
Rawpixel.com
Intinya sih...
  • Tahun Baru Hijriah adalah momen spiritual dan refleksi umat Muslim di seluruh dunia

  • Kalender Hijriah didasarkan pada peredaran bulan, memiliki 12 bulan dengan keistimewaan spiritual dan historis masing-masing

  • Penetapan awal kalender Hijriah tak lepas dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW, menjadi simbol harapan baru dan motivasi untuk meninggalkan kebiasaan buruk

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tahun Baru Hijriah bukan sekadar pergantian angka dalam kalender Islam, tapi juga momen penuh makna spiritual dan refleksi diri bagi umat Muslim di seluruh dunia. Berbeda dengan kalender Masehi yang didasarkan pada peredaran matahari, sistem penanggalan Hijriah mengacu pada siklus bulan. Karena itulah, setiap tahunnya perayaan Tahun Baru Islam bisa jatuh di tanggal yang berbeda secara Masehi.

Namun, maknanya tetap sama: mengingat perjalanan agung Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, yang menjadi titik awal sistem penanggalan ini.

Lantas, bagaimana sejarah dan apa saja bulan yang terdapat di tahun Hijriah ini? Simak selengkapnya, yuk!

Kalender Hijriah dan dasar perhitungannya

realistic-super-moon-sky-background.jpg
Rawpixel.com

Kalender Hijriah didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi, dan setiap bulannya terdiri dari 29 atau 30 hari, tergantung pada fase bulan baru. Dalam satu tahun Hijriah, terdapat sekitar 354 atau 355 hari—lebih pendek dari kalender Masehi yang berbasis matahari.

Perhitungan ini dimulai sejak peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi, yang kemudian menjadi tonggak sejarah awal kalender Islam. Sistem ini resmi diberlakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada masa pemerintahannya, sebagai cara untuk menyeragamkan catatan administrasi dan dokumen resmi negara Islam saat itu.

Meskipun terlihat sederhana, kalender Hijriah punya akurasi tersendiri yang diakui dunia. Penentuan awal bulan dalam kalender ini sangat penting dalam ibadah umat Islam, seperti puasa Ramadan, Hari Raya Idulfitri, Iduladha, dan tentunya, peringatan Tahun Baru Islam atau 1 Muharram.

Oleh karena itu, banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim, termasuk Indonesia, menunggu pengumuman resmi dari pemerintah atau otoritas keagamaan untuk menetapkan awal bulan Hijriah.

Deretan bulan dalam kalender Hijriah

islamic-new-year-decoration-with-various-religious-books.jpg
Freepik.com

Kalender Hijriah memiliki 12 bulan, dimulai dari Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah. Masing-masing bulan punya keistimewaannya sendiri, baik secara spiritual maupun historis.

Misalnya, Muharram dikenal sebagai salah satu bulan haram (suci) yang dihormati, dan menjadi waktu yang ideal untuk memperbanyak ibadah dan amalan baik. Sedangkan Ramadan menjadi bulan yang sangat dinanti karena penuh berkah dan di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar.

Beberapa bulan juga memiliki arti penting karena di dalamnya terjadi banyak peristiwa besar. Seperti Rabiul Awal, yang diyakini sebagai bulan kelahiran Rasulullah SAW. Dzulhijjah menjadi saksi perayaan ibadah haji dan Hari Raya Kurban, sementara Syawal menyambut kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa.

Keunikan dari tiap bulan ini membuat kalender Hijriah tidak hanya sebagai penunjuk waktu, tapi juga panduan dalam menjalani kehidupan spiritual yang lebih bermakna.

Peristiwa Hijrah dan awal mula penanggalan Islam

sunset-desert-with-muslim-mosque-foreground.jpg
Freepik.com/Nikitabuida

Penetapan awal kalender Hijriah tak lepas dari peristiwa monumental dalam sejarah Islam: hijrah Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini bukan sekadar perpindahan geografis dari Mekkah ke Madinah, tetapi juga mencerminkan perpindahan menuju kebebasan beragama, pembentukan komunitas Islam yang kuat, dan awal mula sistem pemerintahan Islami. Dalam konteks sejarah, hijrah menjadi titik balik yang sangat penting karena dari sinilah peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar luas ke berbagai penjuru dunia.

Khalifah Umar bin Khattab kemudian menetapkan peristiwa hijrah ini sebagai patokan awal tahun Islam sekitar 17 tahun setelah kejadian tersebut. Ia memilih peristiwa hijrah sebagai awal tahun, bukan kelahiran atau wafatnya Rasulullah, karena hijrah mencerminkan perjuangan, keberanian, dan semangat perubahan.

Dalam konteks modern, semangat hijrah juga bisa dimaknai sebagai motivasi untuk meninggalkan kebiasaan buruk dan memulai kehidupan yang lebih baik dan positif, sesuai dengan nilai-nilai Islam.

1 Muharram, momen refleksi dan harapan baru

2151047708.jpg
Freepik.com

Tahun Baru Hijriah dimulai dengan bulan Muharram, dan tanggal 1 Muharram menjadi simbol awal yang tenang dan penuh harapan. Tidak seperti perayaan tahun baru versi barat yang identik dengan pesta dan kembang api, Tahun Baru Islam lebih banyak diisi dengan kegiatan religius seperti doa bersama, pengajian, hingga kegiatan sosial seperti berbagi dengan sesama. Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan seperti puasa sunah Tasu’a dan Asyura di tanggal 9 dan 10 Muharram, yang dipercaya memiliki keutamaan besar.

Muharram sendiri merupakan bulan suci yang disebutkan dalam Alquran sebagai salah satu dari empat bulan haram, di mana umat Muslim dianjurkan untuk menahan diri dari pertikaian dan memperbanyak ibadah. Ini adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan perjalanan hidup selama setahun ke belakang, sekaligus menyusun niat dan rencana untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam nuansa ini, Tahun Baru Hijriah menjadi lebih dari sekadar awal tahun, ia adalah awal dari niat baru dan semangat hijrah secara batiniah.

Tahun Baru Islam dalam budaya dan tradisi Nusantara

Malam Satu Suro.jpg
Dok. Indonesia Kaya

Di Indonesia, peringatan Tahun Baru Islam dikenal juga sebagai 1 Suro dalam kalender Jawa, dan seringkali dipadukan dengan nilai-nilai lokal. Beberapa daerah merayakannya dengan tradisi yang khas seperti kirab, doa bersama, hingga ziarah makam leluhur.

Di Yogyakarta dan Surakarta, misalnya, peringatan malam 1 Suro dirayakan dengan kirab pusaka keraton yang penuh simbolisme spiritual dan historis. Tradisi ini menunjukkan bagaimana budaya lokal dan nilai-nilai Islam bisa saling melengkapi dalam harmoni yang unik.

Selain itu, banyak komunitas Muslim yang memanfaatkan momen ini untuk kegiatan sosial seperti santunan anak yatim, bakti sosial, atau pelatihan rohani. Semangat hijrah juga ditanamkan lewat ceramah dan diskusi yang mendorong umat untuk introspeksi dan memperbaiki diri.

Dalam suasana yang lebih hening dan kontemplatif, Tahun Baru Islam di Indonesia dirayakan dengan penuh makna, bukan hanya sebagai bentuk ritual tahunan, tapi juga sebagai sarana membangun spiritualitas yang lebih dalam.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Niken Ari Prayitno
EditorNiken Ari Prayitno
Follow Us

Latest in Career

See More

Jadwal Tayang Drama Korea Pro Bono Tiap Episode

08 Des 2025, 17:55 WIBCareer