Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

Memvalidasi Emosi Bersama 'senang ok, sedih gpp.' - Petra Sihombing

Petra Sihombing (1).jpg
Dok. Apple
Intinya sih...
  • Emosi perlu divalidasi untuk memahami diri sendiri
  • Album senang ok, sedih gpp. lahir dari pengalaman hidup di Bali
  • Lagu-lagu sederhana dalam album ini menjadi ruang aman untuk mengekspresikan emosi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

"Jangan kebanyakan ketawa, nanti nangis, lho."

"Gitu aja nangis, sih. Cengeng, deh."

"Umur segitu aja dia udah bisa beli rumah, mobil, sudah nikah juga. Kamu udah kerja bertahun-tahun kok masih gitu-gitu aja?"

Kamu pasti nggak asing dengan komentar-komentar di atas bukan? Komentar itu serta suara-suara sumbang lainnya pasti pernah kamu dengar saat kamu menjalani sulitnya hidup saat ini. Komentar seperti itulah yang terkadang membuat kamu enggan memvalidasi emosi yang sedang kamu rasakan. Takut dipandang lemah jika mengeluh, atau takut dicap kurang empati karena selalu mengunggah postingan tentang hal-hal yang bikin bahagia. Padahal setiap emosi itu valid, setiap emosi itu perlu kamu rasakan supaya kamu paham dan semakin mengenal diri sendiri.

Nggak apa-apa jika kamu ingin merasa sedih, merasa tertinggal dengan teman sebaya, bahkan saat kamu juga sedang bahagia luar biasa. Itu bagian sebagai manusia, kan? Itu artinya, kamu hadir dan menikmati setiap proses yang sedang kamu jalani. 

Ikut merasakan dan memvalidasi emosi yang kini tengah kamu jalani, POPBELA punya satu teman yang pas untuk menemani kamu. Namanya sebuah playlist baru berjudul senang ok, sedih gpp. dari Petra Sihombing.

Bali, Desa, dan Tempo Kehidupan yang Berbeda

Petra Sihombing composing music with guitar and MacBook Pro M4 Max (1).JPG
Dok. Apple

Perjalanan album senang ok, sedih gpp. tak bisa dilepaskan dari Bali, tempat di mana sebagian besar album ini lahir. Tinggal di desa memberi pengalaman yang berbeda dari ritme cepat Jakarta. Dari sana, ia belajar bahwa kreativitas bisa tumbuh dalam suasana yang lebih santai dan organik.

"Aku banyak belajar dari Bali sih. Aku ngerasa Bali tuh punya tempo yang menyenangkan gitu. Pertama kali pindah ke luar kota tuh baru ke Bali. Dan tinggalnya juga secara teknik di desa kan. Jadi super beda, ternyata temponya super beda," ceritanya.

Bagi Petra, perbedaan tempo hidup ini secara tidak langsung memengaruhi musik yang ia hasilkan. Setiap lagu lahir dengan nafas yang lebih panjang, penuh observasi, dan jujur dari apa yang ia alami sehari-hari.

Melambat untuk menemukan irama baru

Petra Sihombing composing music with guitar and MacBook Pro M4 Max (3).JPG
Dok. Apple

Petra Sihombing bercerita bahwa album terbarunya lahir dari ruang yang jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Alih-alih dikejar deadline dan target industri, ia memilih untuk melambat, membiarkan proses berjalan dengan sendirinya. Dari sanalah ia menemukan bahwa jeda justru menghadirkan kedalaman baru dalam bermusik.

"Aku ngerasainnya kayak bisa taking my time untuk bikin sesuatu, oh ternyata bisa seru juga gitu. Di luar aku biasa kerja cepat atau apapun itu. Tapi ternyata pas kita ngelambat, kita bisa nafas dikit, dan terasa lebih mindful pas aku bikin album ini," ungkap Petra.

Pilihan untuk melambat itu bukan hanya keputusan teknis, tapi juga filosofi hidup. Ia merasa, apa yang ingin ia sampaikan dalam album ini lebih banyak berbicara soal perjalanan, penerimaan, dan cara melihat hidup dengan ritme yang lebih pelan namun penuh makna.

Lagu-Lagu Sederhana yang Jadi Ruang Aman untuk Mengekspresikan Emosi

Kalau kamu sedikit mengambil jeda dan mencoba memahami lirik-lirik lagu dari album senang ok, sedih gpp., maka kamu akan menyadari bahwa lagu-lagu dalam album ini begitu sederhana. Mulai dari segi lirik, hingga musiknya. Lagu sederhana ini, bagi POPBELA, cukup bisa menjadi ruang aman untuk mengekspresikan emosi yang tengah kita rasakan.

Salah satu lagu paling menonjol dari album ini adalah "Sebelum 30". Dengan durasi singkat namun sarat makna, lagu itu lahir dari refleksi Petra tentang usia dan perjalanan hidupnya sendiri. Menariknya, lagu tersebut justru ditulis ketika ia sudah melewati usia 30 tahun.

"Sebelum 30 itu inspirasinya sebenernya datang waktu aku umur 31 justru. Jadi pas nulis lagu itu udah umur 31. Rasanya ngeliat kayak, ih gila temen-temen gue udah nyampe mana gitu. Terus gue masih disini, masih ngelakuin halnya gitu. Sebenernya intrusive thoughts aja sih rasanya," ujarnya jujur.

Lagu lainnya, sekaligus menjadi single utama album ini, "tangguh" adalah sebuah penghormatan untuk seseorang yang kuat dengan caranya sendiri. Lewat lagu ini, Petra mengisahkan bahwa sosok tangguh itu tidak banyak bicara, tapi tindakannya penuh makna. Lagu ini penuh kekaguman, dan mengajarkan bahwa ketangguhan tidak harus keras, kadang justru tenang dan apa adanya. Ibarat sebuah doa pengiring perjalanan untuk terus, dengan bangga, menjalani hidup dengan tangguh.

Video Lirik yang Menarik dan Proses Kreatif Bersama Ekosistem Apple

Petra Sihombing creating music on his MacBook Pro and Logic Pro..JPG
Dok. Apple

Visual lirik lagu-lagunya juga lahir dengan cara yang sederhana dan spontan. Petra mengaku banyak ide muncul begitu saja dan langsung ia eksekusi menggunakan iPhone. "Aku pengennya tuh nggak terlalu banyak mikir, apa yang dari ide, pengen langsung ditumpahin, pengen bikin, ngedit sendiri, udah langsung upload," tambahnya.

Meski memilih hidup dengan tempo lebih pelan, Petra tetap mengandalkan teknologi untuk menjaga alur kerja yang efisien. Ekosistem Apple menjadi mitra penting yang menyederhanakan proses kreatifnya, mulai dari mencatat ide hingga menyusun komposisi penuh.

"Aku tuh suka pakai voice notes. Itu mungkin hal yang paling sering aku pakai di dalam mengerjakan materi album ini. Tapi yang aku suka sih sebenarnya dari ekosistem Apple tuh kayak, Apple tuh selalu mencoba mencari cara gimana dari hal yang biasa kita pakai, itu bisa nyambung. Kayak tinggal airdrop, terus notes nyambung ke laptop, jadi sangat-sangat memudahkan," kata Petra.

Tak hanya itu, Logic Pro yang sudah ia kuasai sejak usia 18 tahun menjadi andalan. Bahkan fitur baru seperti stem splitter ia sebut sebagai "lifesaver" yang mempercepat kolaborasi. Semua perangkat Apple yang ia miliki membantunya bekerja mandiri, dari rekaman, mengedit video, hingga promosi.

Album yang Menemani Kamu Memvalidasi Emosi

Album ini akhirnya diberi judul senang ok, sedih gpp., sebuah frasa yang sudah menemaninya sejak awal proses kreatif. Bagi Petra, judul itu bukan sekadar label, tapi cerminan perasaan yang ia bawa sepanjang perjalanan membuat musik.

"Sebenernya album ini tentang penerimaan kan. Dan ‘senang ok, sedih gpp.’ tuh sangat representatif terhadap perasaan itu. Jadi bener-bener aku ngerasainnya di detail sama judul itu aja untuk bikin album ini," jelasnya.

Menariknya, urutan lagu dalam album ini juga secara tidak sengaja merefleksikan perjalanan hidupnya: dimulai dari Jakarta, lalu berlanjut di Bali. 

"Dalam proses albumnya sama apa yang actually terjadi di albumnya itu sama gitu. Lucu aja sih. Tapi semua terjadinya secara natural dan tidak sengaja," tutup Petra.

Jadi, emosi apa yang ingin kamu validasi saat ini, Bela?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Niken Ari Prayitno
EditorNiken Ari Prayitno
Follow Us

Latest in Career

See More

Cara Aktifkan Facebook Pro, Fitur Penghasil Uang yang Wajib Dicoba Kreator Pemula

05 Des 2025, 11:55 WIBCareer