KI, Promo, & Live Streaming: Rahasia Batik Tetap Dekat Sama Anak Muda

- Pentingnya kekayaan intelektual (KI) bagi pelaku UMKM
- Pengalaman nyata dari pelaku UMKM batik
- Dukungan pemerintah dan ahli hukum dalam literasi KI
Hari Batik Nasional selalu jadi momen spesial untuk masyarakat Indonesia. Nggak cuma sekadar mengenakan batik ke sekolah atau kantor, tapi juga jadi pengingat bahwa kain tradisional ini punya nilai budaya sekaligus peluang bisnis yang luar biasa. Menariknya, kini batik semakin dekat dengan anak muda lewat dunia digital, mulai dari edukasi soal kekayaan intelektual (KI) hingga tren fashion online yang terus naik.
Melihat hal ini, Tokopedia dan TikTok Shop by Tokopedia menghadirkan berbagai inisiatif, salah satunya memberikan edukasi khusus soal kekayaan intelektual (KI) untuk para pembatik di Yogyakarta. Tujuannya supaya para pelaku UMKM bisa lebih aman dan percaya diri dalam menjalankan bisnis di ranah digital lewat kampanye #JualanNyaman.
1. Pentingnya punya kekayaan intelektual

Menurut Antonia Adega, Communications Senior Lead Tokopedia and TikTok E-commerce, #JualanNyaman hadir dengan berbagai strategi, mulai dari edukasi langsung, panduan online, fitur perlindungan, sampai pusat pelaporan.
“Dengan perlindungan KI, penjual bisa terhindar dari risiko penurunan performa toko, pemblokiran produk, bahkan konsekuensi hukum,” jelas Antonia Adega dalam Talkshow #JualanNyaman Lindungi Bisnismu dengan Kekayaan Intelektual (KI), di Kalluna, Yogyakarta, pada Rabu (24-9-2025).
Sejak diluncurkan pada 14 Agustus 2025, kampanye #JualanNyaman telah memberdayakan ratusan pelaku usaha lintas skala dan industri. Direktur Jenderal, DJKI, Kementerian Hukum RI, Razilu, mengapresiasi langkah ini sebagai upaya mendorong kepemilikan KI UMKM dan menciptakan ekosistem bisnis digital yang lebih aman, berkelanjutan, dan kompetitif.
“UMKM pemegang KI dapat melindungi identitas bisnis, meningkatkan kepercayaan pelanggan, serta membuka peluang ekspansi melalui lisensi atau waralaba," kata Razilu.
2. Pengalaman nyata dari pelaku UMKM batik

Kisah Aditya Suryadinata, pemilik Rianty Batik, jadi pengingat betapa pentingnya KI. Pada 2014, ia hanya bisa mendaftarkan satu merek meski keluarganya sudah membangun beberapa brand.
“Tanpa KI, selalu ada risiko pihak lain menggunakan merek yang sama dan tentu merugikan,” ujarnya.
Sebaliknya, Mutiara Kurnia Dewi dari Delova Wardrobe merasakan manfaat besar dari legalitas ini.
“Dengan KI, kami bisa menjadi ‘Mall’ di Tokopedia dan TikTok Shop, ikut kampanye eksklusif, dan memanfaatkan fitur khusus yang membantu menaikkan penjualan. Omzet kami pun tembus ratusan juta rupiah,” ungkapnya.
3. Dukungan pemerintah dan ahli hukum

Pemerintah pun mendukung penuh hal ini dan berupaya untuk terus melakukan sosialisasi kepada pelaku UMKM. Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Agus Mulyono, turut menekankan pentingnya kesadaran legalitas usaha.
“Kami terus melakukan sosialisasi KI dan punya tim khusus yang mendampingi UMKM dalam hal legalisasi badan usaha. Kami mengapresiasi peran aktif Tokopedia dan TikTok Shop dalam meningkatkan literasi KI pelaku UMKM batik agar bisa #JualanNyaman di platform digital,” jelasnya.
Senada dengan itu, Adrian Luthfi dari K&K Advocates menambahkan, “Pemegang KI dapat melindungi identitas bisnis dan memaksimalkan nilai komersial dari hak mereka. Maka bersama Tokopedia dan TikTok Shop, kami berupaya mengedukasi sebanyak-banyaknya pelaku usaha termasuk UMKM batik.”
4. Tren fashion online naik 82% di kuartal III 2025

Tak hanya edukasi soal KI, geliat bisnis fashion online juga bikin UMKM batik makin percaya diri. Tokopedia dan TikTok Shop by Tokopedia mencatat kenaikan jumlah pesanan kategori Fashion hingga 82% secara nasional pada kuartal III 2025 dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
“Kenaikan ini didorong oleh berbagai inisiatif kolaboratif, seperti promo tanggal kembar ‘Guncang’ dan etalase khusus produk batik ‘Melokal Dengan Batik’,” jelas Antonia Adega.
5. Penjualan naik, batik jadi andalan di Yogyakarta

Sebagai salah satu sentra batik terbesar di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat tren yang lebih tinggi lagi, yakni lonjakan 89% pesanan fashion di kuartal III 2025. Produk batik seperti kebaya set, kemeja batik pria, dan batik couple bahkan jadi transaksi tertinggi.
“Artinya, produk-produk fashion tersebut sangat diminati pembeli. Temuan ini bisa jadi wawasan bagi penjual fashion, termasuk pelaku UMKM batik,” tambah Antonia.
6. Live streaming dongkrak penjualan UMKM batik DIY

Kenaikan tren fashion online ini tak lepas dari strategi digital UMKM batik lokal. Aditya Suryadinata selaku pemilik Rianty Batik, menegaskan bahwa konten video punya peran krusial.
“Konten video, baik short video maupun live streaming, sekarang sangat penting untuk mendongkrak penjualan online,” ujarnya.
Sementara itu, Mutiara Kurnia Dewi menyebut 70% penjualan Delova Wardrobe di TikTok Shop berasal dari live streaming.
“Live streaming bikin produk lebih dekat dengan pembeli. Dari sana, omzet kami bisa terus meningkat,” ungkapnya.
Batik bukan hanya simbol identitas budaya, tapi juga sumber cuan yang menjanjikan bagi UMKM lokal. Dengan edukasi KI yang makin gencar serta tren belanja fashion online yang melesat, UMKM batik terbukti bisa naik kelas di era digital.



















