Tingkatkan Stres, Begini Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental

Gen-Z yang paling banyak memiliki masalah mental

Tingkatkan Stres, Begini Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Media sosial hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat masa kini. Di satu sisi, keberadaan media sosial dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi, berteman, mengejar bidang minat, serta berbagi pemikiran dan ide.

Namun di sisi yang lain, media sosial memiliki dampak negatif pada anak muda, termasuk risiko penyakit mental. Melihat fenomena tersebut, ruang kesehatan holistik, Jivaraga, hadir untuk membantu masyarakat mengatasi masalah kesehatan mental yang mereka alami, seperti stres dan kecemasan. 

Dalam acara diskusi mengenai kesehatan mental di Jivaraga Space, Jakarta Selatan, para praktisi mengungkapkan betapa besar pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia, terutama mereka yang berusia 20 hingga 40 tahun. 

1. Pandemi COVID-19 berpengaruh besar pada kesehatan mental

Tingkatkan Stres, Begini Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental

Tak bisa dipungkiri, sejak pandemi COVID-19 berakhir, fase dan cara kerja manusia memang telah berubah. Peningkatan penggunaan teknologi jarak jauh dan platform digital membuat banyak orang harus beradaptasi secara cepat. Proses adaptasi inilah yang sering kali membawa friksi sehingga menimbulkan rasa ketidakpastian dan cemas karena perubahan sosial, ekonomi, dan industri.

Belum lagi peran sosial media yang telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat urban. Meski dapat menjadi sumber informasi baru, namun media sosial juga turut menjadi sumber stres dan pemicu rasa cemas. Tekanan untuk menampilkan gaya hidup sempurna dan hasil instan, bahkan kecenderungan untuk melakukan polarisasi sosial di media sosial, menciptakan lingkungan yang tidak sehat secara mental.

Hal ini akan berpengaruh ke kehidupan pribadi dan sosial masyarakat terutama generasi masa kini, yakni para millennial dan Gen-Z, sebagai pengguna aktif berbagai kanal digital, seperti media sosial, aplikasi pesan instan, dan konten online.  

“Sejak Jivaraga hadir di tahun 2023 lalu, sebagian besar pengunjung yang datang dan mengikuti berbagai kelas kami adalah generasi millennial dan zillenial. Mereka mencari ‘me time’ untuk menenangkan diri sambil menyerap jawaban atas segala pertanyaan yang membuat dirinya cemas,” ujar Svida Alisjahbana selaku Publisher Jivaraga.

2. Gen-Z jadi generasi paling banyak memiliki masalah kesehatan mental

Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, sejumlah 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5%) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6% yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.

Sedangkan, data yang dihimpun oleh Jakpat (Jajak Pendapat) pada 2022 lalu menunjukkan bahwa Gen-Z memang menjadi generasi yang paling banyak merasa memiliki masalah kesehatan mental dibandingkan generasi X (1965–1980) dan generasi millennial (1981–1996).

Lebih lanjut, setidaknya terdapat 59,1% Gen-Z yang merasa memiliki masalah kesehatan mental, sementara generasi millennial hanya sebanyak 39,8% dan Gen-X sebesar 24,1%.

“Kondisi kesehatan mental yang buruk tidak boleh dibiarkan dan perlu ditangani sejak dini. Jika dibiarkan, problema tersebut akan memengaruhi kondisi seseorang sehingga mudah mengalami tekanan emosional dan psikologis yang signifikan,” jelas Cindy Gozali selaku  Leadership and Mindfulness Coach, Founder dan CEO Jivaraga.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here