5 Pelajaran tentang Keluarga yang Dipetik dari Film 'Panggil Aku Ayah'

- Keluarga bukan soal darah, tapi soal hadir dan bertahan
- Anak datang tanpa rencana, tapi bisa jadi titik balik hidup kita
- Laki-laki juga bisa tumbuh jadi sosok pengasuh yang hangat
Apa definisi keluarga menurut kamu? Apakah selalu harus ada hubungan darah, atau cukup hadir dan saling sayang sepenuh hati? Film Panggil Aku Ayah membawa kita menyelami sisi emosional itu—tentang cinta yang tumbuh perlahan, tentang orang-orang asing yang jadi rumah.
Disutradarai oleh Benni Setiawan dan diproduksi oleh Visinema Studios serta CJ ENM, film ini tayang mulai 7 Agustus 2025 dan dijamin akan mengguncang hatimu. Bukan karena dramanya yang meledak-ledak, tapi justru lewat momen-momen kecil yang penuh makna.
Berikut pelajaran yang bisa kamu ambil dari film Panggil Aku Ayah.
1. Keluarga bukan soal darah, tapi soal hadir dan bertahan

Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir) awalnya bukan siapa-siapa bagi Intan kecil (Myesha Lin). Tapi, pertemuan yang tak disengaja justru menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kasih yang tulus.
Film ini mengingatkan kita bahwa keluarga bukan hanya tentang siapa yang melahirkanmu, tapi siapa yang mau tetap tinggal dan berjuang bersamamu.
2. Anak datang tanpa rencana, tapi bisa jadi titik balik hidup kita

Kehadiran Intan awalnya hanya sebagai “jaminan utang". Tapi siapa sangka, kehadiran gadis kecil ini justru menjadi titik balik terbesar dalam hidup Dedi dan Tatang.
Kadang cinta hadir tanpa aba-aba, dan justru dari situ kita belajar menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
3. Laki-laki juga bisa tumbuh jadi sosok pengasuh yang hangat

Lewat karakter Dedi, film ini mematahkan stereotip bahwa laki-laki hanya tahu cara menghidupi, bukan mengasuh.
Transformasi Dedi dari penagih utang yang galak, menjadi sosok ayah yang lembut dan perhatian bikin kita percaya bahwa jadi ayah itu bukan soal titel, tapi pilihan untuk mencintai.
4. Kehangatan bisa tumbuh dari kebersamaan kecil

Hal-hal kecil seperti menyuapi anak makan, mengantarkan ke sekolah, memberikan pelukan, atau sekadar berkendara sore bersama bisa jadi momen yang paling membekas di ingatan. Itu jugalah yang akhirnya memunculkan kehangatan antara ayah dan anak, meskipun tidak memiliki ikatan darah sekalipun.
Film ini menunjukkan bahwa cinta dan kehangatan tak selalu hadir lewat gesture besar. Justru lewat rutinitas sederhana, kita bisa merasa cukup dan dicintai dengan tulus.
5. Pentingnya sosok ayah, apa pun bentuknya

Film ini menantang pemahaman tradisional tentang ayah, menunjukkan bahwa peran ayah bisa diisi oleh siapa saja, termasuk orang yang bukan ayah kandung. Ini relevan dengan isu fatherless yang diangkat dalam film Panggil Aku Ayah.
Panggil Aku Ayah adalah film yang akan membuatmu pulang dari bioskop dengan hati yang lebih lembut. Saksikan di bioskop mulai 7 Agustus 2025, dan mungkin kamu juga akan mulai melihat definisi keluarga dengan cara yang baru!



















