Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta dan Sinopsis Film ‘Suka Duka Tawa’, tentang Hubungan Ayah-Anak

Kenalin nih, geng-nya Tawa (@auroramanda95)! Ada Nasi (@arifbrata), Fachri (@gilbhas), Iyas (@bi.jpg
Instagram.com/sukadukatawafilm
Intinya sih...
  • Film ini menampilkan karakter utama, Tawa (Rachel Amanda), seorang komika perempuan yang merintis karier di panggung stand-up comedy.
  • Salah satu fokus paling kuat di film ini adalah hubungan antara Tawa dan ayahnya, Keset, serta bagaimana seseorang menggunakan tawa untuk menyambung relasi yang pernah pecah.
  • Suka Duka Tawa juga memperlihatkan bagaimana sahabat dan kawan panggung bisa menjadi tempat untuk kembali ketika relasi utama goyah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Siapa bilang hubungan yang rumit selalu harus diselesaikan dengan air mata?

Lewat film Suka Duka Tawa, sutradara Aco Tenriyagelli justru mengajak kita menertawakan luka dan menemukan cinta dalam bentuk paling sederhana. Film ini membawa kisah tentang hubungan antara anak dan orang tua, pertemanan yang tulus, dan keberanian untuk menerima masa lalu.

Dibintangi oleh Rachel Amanda, Marissa Anita, Teuku Rifnu Wikana, Enzy Storia, hingga Bintang Emon, film ini nggak cuma menyuguhkan tawa lewat panggung stand up comedy, tapi juga menghadirkan refleksi mendalam soal relasi manusia dan proses berdamai dengan diri sendiri. Yuk, simak fakta dan sinopsis film Suka Duka Tawa berikut ini!

1. Sinopsis film ‘Suka Duka Tawa’

Film ini menampilkan karakter utama, Tawa (Rachel Amanda), seorang komika perempuan yang tengah merintis karier di panggung stand-up comedy. Awalnya, Tawa tampil di open mic dengan materi biasa. Namun, ketika ia mulai memasukkan kisah pribadi dan traumanya karena ditinggalkan oleh sang ayah, pertunjukan berubah. 

Kehidupan Tawa dibayang-bayangi oleh ayahnya, Keset (Teuku Rifnu Wikana), pelawak yang harus memilih jalan hidupnya sendiri. Saat sang ayah kembali muncul dalam kehidupan Tawa, hubungan mereka yang renggang harus diuji. 

Keberadaan teman-teman, panggung, dan persahabatan menyatu dalam kisahnya. Film ini bukan hanya soal tawa, tapi juga tentang bagaimana seseorang menggunakan tawa untuk menyambung relasi yang pernah pecah.

2. Angkat relasi ayah dan anak perempuan

ReleasePhoto-4.png
Dok. BION Studios

Salah satu fokus paling kuat di film ini adalah hubungan antara Tawa dan ayahnya, Keset. Sutradara, Aco Tenriyagelli, menyebut bahwa film ini merupakan cerita tentang hubungan antara anak dan ayah perempuan yang sangat personal bagi dirinya. 

“Saya selalu tertarik dengan relasi manusia, terutama relasi orang tua dan anak. Cerita film ini berpusat pada keluarga Tawa. Tawa ditinggalkan ayahnya sejak kecil, dan kemudian ayahnya kembali saat Tawa tumbuh dewasa, Tawa berusaha mengobati duka dan lukanya dengan komedi untuk menjadi sesuatu yang lebih bermakna,” ujar Aco Tenri.

Interaksi mereka membawa kita ke ruangan yang penuh kecanggungan, di mana sang ayah berkecimpung di dunia komedi televisi, sementara sang anak memilih stand-up comedy sebagai bentuk suara dirinya. 

“Film ini membawa keresahan saya tentang sulitnya komunikasi antara orang tua dan anak yang berbeda generasi. Ada kecanggungan antara anak dan orang tuanya, dan perasaan itu saya rasa sangat universal untuk dialami oleh banyak orang,” tambah Aco.

3. Sahabat sebagai penopang emosional

ReleasePhoto-2.png
Dok. BION Studios

Di luar relasi keluarga, Suka Duka Tawa juga memperlihatkan bagaimana sahabat dan kawan panggung bisa menjadi tempat manusiawi untuk kembali. Teman-teman Tawa hadir dalam adegan panggung, open mic, dan ruang privat, menjadi tempat di mana ia bisa gagal, tertawa, dan berproses.

Relasi ini menggambarkan bahwa ketika relasi utama (seperti keluarga) goyah, sahabatlah yang kadang membantu kita bertahan. Film ini mengajak kita melihat bahwa dalam relasi, kehadiran yang sederhana bisa berarti sangat besar.

4. Menertawakan luka dan menerima proses

ReleasePhoto-1.png
Dok. BION Studios

Film yang diproduksi oleh BION Studios bersama Spasi Moving Image ini juga mengangkat tentang hubungan Tawa dengan dirinya sendiri. Yup, hubungan dengan diri sendiri memang sering terlupakan, padahal dari sini semua relasi lain bermula. Ketika kita menerima diri, menghargai luka, dan kemudian memilih berdiri lagi, maka kita siap juga untuk berhubungan secara sehat dengan orang lain.

“Film ini berbicara banyak tentang luka dan menertawakan luka, harapannya penonton bisa keluar dari bioskop lalu berani memikul juga menerima luka mereka sebagai proses bertumbuh dan terus kembali menjalani hidup dalam tawa,” tutup Aco.

5. Saat tawa jadi bahasa

ReleasePhoto-5.png
Dok. BION Studios

Di panggung stand-up, Tawa menggunakan materi pribadi, yakni trauma, ayah yang pergi, dan kesunyian. Film ini menyuguhkan relasi antara seorang performer dengan audiensnya. Hubungan ini berbicara soal identitas, bagaimana kita di mata orang banyak dan bagaimana kita memandang diri sendiri.

Bukan hanya soal tertawa bersama, tapi soal bagaimana tawa itu kemudian jadi jembatan untuk mengenal, menerima, dan tersambung dengan orang lain yang punya luka atau cerita serupa.

Itulah fakta dan sinopsis film Suka Duka Tawa. Film ini juga akan menjadi film penutup JAFF (Jogja-NETPAC Asian Film Festival) edisi ke-20 pada 6 Desember 2025 pukul 20:30 WIB di XXI Empire, Yogyakarta. Penasaran untuk nonton, Bela?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Windari Subangkit
EditorWindari Subangkit
Follow Us

Latest in Relationship

See More

⁠5 Zodiak yang Romantis tapi Realistis, Bukan Sekadar Bucin!

14 Des 2025, 20:00 WIBRelationship