- Dilaksanakan pada malam hari
Upacara Mappacci biasanya dilakukan pada malam sebelum akad nikah digelar keesokan harinya. - Peletakan daun pacci di tangan calon mempelai
Prosesi inti dimulai dengan menaruh daun pacci di telapak tangan pengantin. - Jumlah orang yang meletakkan pacci
Jumlahnya menyesuaikan status sosial calon mempelai, misalnya 2x7 atau 2x9 orang. Keseimbangan dari pihak keluarga ayah dan ibu harus tetap dijaga. - Calon pengantin duduk di pelaminan
Pengantin yang sudah dirias didudukkan di atas pelaminan dengan didampingi juru rias. - Peletakan bantal berlapis daun sirih
Di depan mempelai diletakkan bantal yang dilapisi daun sirih, tempat kedua tangannya diletakkan. - Penerimaan daun pacci
Kedua tangan calon pengantin diletakkan di atas bantal yang dilapisi daun sirih, sebagai tempat menerima daun pacci dari para pemberi. - Peletakan pacci di dahi
Daun pacci yang sudah ditumbuk halus kemudian diambil secukupnya dan diletakkan di telapak tangan pengantin, pertama pada tangan kanan lalu berlanjut ke tangan kiri. Sesudahnya, pacci juga ditempelkan di dahi sambil diiringi doa agar kehidupan mereka kelak dipenuhi kebahagiaan - Taburan wenno (beras)
Sesekali prosesi juga disertai dengan menaburkan wenno atau butiran beras sebanyak tiga kali. Simbol ini mengandung doa agar pengantin selalu diberi rezeki, keberkahan, dan kehidupan yang berkembang.
Apa Itu Tradisi Mappacci dalam Adat Bugis? Ini Makna dan Prosesinya

- Tradisi Mappacci adalah upacara adat Bugis-Makassar sebelum pernikahan, melambangkan kesucian dan persiapan lahir batin calon pengantin.
- Prosesi Mappacci dilakukan pada malam hari sebelum pernikahan, melibatkan peletakan daun pacci, bantal berlapis daun sirih, dan taburan wenno (beras).
- Peralatan tradisi Mappacci termasuk lilin, beras, bantal, sarung tujuh lapisan, daun pisang, daun nangka, dan daun pacci dengan makna simbolis masing-masing.
Pernikahan selalu menjadi momen berharga yang tidak hanya menyatukan dua hati, tetapi juga menghadirkan berbagai simbol, doa, serta tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pada dasarnya, tradisi di indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur yang tak hanya mempercantik prosesi pernikahan, tetapi juga mengajarkan filosofi kehidupan.
Di Sulawesi Selatan, tepatnya dalam adat Bugis-Makassar, ada sebuah tradisi yang tak kalah sarat makna, yaitu Mappacci. Upacara ini menjadi salah satu rangkaian penting sebelum pernikahan berlangsung. Tak sekadar ritual adat, tradisi ini memiliki nilai simbolis tentang kesucian, doa restu, serta persiapan lahir batin calon pengantin untuk memasuki kehidupan rumah tangga. Lalu, apa itu tradisi Mappacci yang sebenarnya? Yuk, simak ulasannya sebagai berikut.
Makna dari tradisi Mapacci

Upacara adat Mappacci merupakan salah satu wujud kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Tradisi ini berasal dari masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan dan menjadi bagian penting dalam rangkaian pernikahan mereka.
Menurut penjelasan dalam buku Islam dan Budaya Lokal karya Fitriono, dkk. (2021: 33), istilah Mappacci diambil dari kata pacci yang bermakna bersih, suci, atau proses penyucian diri.
Bagi orang Bugis, Mappacci biasanya dilakukan menjelang hari pernikahan sebagai bentuk penyucian lahir dan batin agar calon pengantin siap memasuki kehidupan baru. Prosesi adat ini umumnya digelar di rumah masing-masing mempelai. Pihak perempuan menjalani ritual Mappacci di kediamannya, begitu pula calon mempelai laki-laki di rumahnya sendiri.
Masih merujuk pada buku yang sama, Fitriono, dkk. (2021: 33), upacara Mappacci biasanya dilaksanakan pada malam hari sebelum hari pernikahan berlangsung.
Prosesi upacara Mapacci

Sebagai upacara adat, Mappacci memiliki rangkaian prosesi yang cukup teratur. Mengacu pada jurnal Bentuk dan Makna Ritual Mappacci pada Pernikahan Bangsawan Bugis karya Kasmawati, dkk. (2021: 727–723), berikut tahapan-tahapannya:
Peralatan saat tradisi mapacci

Dalam pelaksanaan adat Mappacci, kedua calon mempelai perlu mempersiapkan berbagai perlengkapan sebelum acara dimulai. Beberapa perlengkapan yang umumnya disediakan antara lain lilin yang menyala, beras, bantal yang ditempatkan di depan pengantin, sarung dengan tujuh lapisan, daun pisang, daun nangka, serta daun pacci.
Setiap perlengkapan tersebut memiliki makna simbolis, di antaranya:
- Lilin menyala melambangkan penerang jalan hidup yang akan ditempuh oleh pasangan pengantin.
- Beras menjadi simbol harapan datangnya rezeki yang berlimpah untuk keduanya.
- Bantal di depan pengantin melambangkan martabat serta kehormatan yang harus dijaga.
- Sarung dengan tujuh lapisan bermakna kemudahan (matujju) rezeki yang akan terus mengalir turun-temurun dalam kehidupan rumah tangga.
- Daun pisang menggambarkan kehidupan yang terus berkesinambungan, seperti daun pisang yang selalu tumbuh berganti di alam.
- Daun nangka (panasa) dalam bahasa Bugis berkaitan dengan kata manasa atau mamminasa, yang berarti harapan bagi calon pengantin.
- Daun pacci menjadi lambang terciptanya kerukunan dan keharmonisan dalam membina rumah tangga.
Makna dan tujuan Mapacci

Dalam tradisi malam Mappacci, terdapat pula prosesi khatam Al-Qur’an. Jika salah satu calon mempelai belum menuntaskan khatam sebelumnya, maka kegiatan ini akan diselenggarakan terlebih dahulu sebelum upacara Mappacci dimulai.
Ritual malam Mappacci melibatkan keluarga besar dari kedua belah pihak. Biasanya, hadir sembilan pasang keluarga yang berasal dari garis ayah dan ibu calon pengantin. Kehadiran keluarga besar ini bertujuan memberikan restu agar pasangan kelak dapat membangun rumah tangga yang penuh berkah, serta hidup dalam ikatan sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Jadi, apa itu tradisi Mappacci? Singkatnya, Mappacci adalah ritual adat Bugis-Makassar sebelum pernikahan yang bertujuan untuk menyucikan diri calon pengantin sekaligus memohon doa restu keluarga. Selain sebagai bagian dari budaya, tradisi ini juga mengajarkan pentingnya kebersihan hati, restu orang tua, serta doa dalam membangun kehidupan rumah tangga.



















