Orang narsistik adalah pribadi yang memiliki rasa mementingkan diri sendiri lebih tinggi dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Saat kamu menjalin hubungan degan orang seperti ini, ada kemungkinan hubunganmu cenderung akan toxic.
Salah satu sifat orang nasistik yang paling dikenal adalah selalu bertindak seolah-olah dunia sedang berusaha untuk menangkapnya atau playing victim. Ia pandai melontarkan cerita sedih dan membuat orang lain merasa kasihan padanya.
Tapi, itu semua adalah bagian dari permainan manipulasi. Kalau kamu sedang bertanya-tanya apakah pasanganmu narsistik, kamu bisa memperhatikan baik-baik salah satu dari 10 kalimat berikut ini.
Melansir dari Bolde, orang narsistik akan selalu menggunakan kata-kata seperti berikut untuk berperan sebagai korban dan kamu pelakunya.
Saat kamu pertama kali bertemu dengan seorang narsistik, ia akan tampak terpesona olehmu. Jangan kaget jika dia memujimu dan mengatakan kalau kamu adalah orang yang telah dia cari-cari selama ini, bahkan sebelum dia benar-benar mengenalmu.
Orang narsistik bahkan mungkin menggunakan kata-kata romantis sejak dini sehingga kamu mengira kalau dia adalah orang yang kamu idam-idamkan.
“Kamu sangat sempurna bagiku, aku mengetahuinya sejak pertama kali kita bertemu,” adalah tanda love bombing darinya yang harus kamu waspadai. Ia ingin membuatmu merasa istimewa sehingga ia bisa dengan mudah dapat menghancurkanmu di kemudian hari.
Orang narsistik tidak pernah bertanggung jawab atas hal buruk yang menimpanya. Dia akan menyalahkan orang lain, jadi nggak heran kalau dia bicara hal-hal negatif tentang mantannya, seperti menyebut mereka gila atau nggak waras.
Bahkan, orang ini akan cenderung melakukan hal tersebut sejak awal dekat denganmu. Dia nggak sadar kalau menjelekkan mantan hanya membuat dirinya terlihat buruk. Hmm... kira-kira apa yang telah dilakukannya sampai si mantan jadi gila, ya?
Bayangkan, kamu punya pacar dan kamu berkonfrontasi dengannya karena menurutmu ia telah melakukan sesuatu yang menyakitimu. Kamu mungkin mengungkapkan perasaan tersebut dengan cara yang penuh empati, tapi perlu diketahui, orang narsistik tidak menyukai konfrontasi.
Saat kamu mengonfrontasinya, ia akan segera mencoba membalikkan keadaan dan mengatakan bahwa kamulah yang bermasalah, misalnya dengan melontarkan kalau kamu punya masalah kepercayaan atau trust issue. Ia sangat pandai dalam hal manipulasi dan playing victim sehingga kamu mungkin mulai mempertanyakan dirimu sendiri.
Seperti yang sudah disebutkan, orang narsistik tak mau disalahkan. Ia selalu membuatmu merasa bahwa kamulah yang harus disalahkan, bahkan untuk hal-hal yang tidak pernah kamu lakukan.
Misal, jika kamu terlambat bangun, dia akan menyalahkanmu karena kamu seharusnya membangunkannya. Jika dia selingkuh, dia akan mengklaim bahwa kamulah yang membuatnya mengkhianati dirimu karena kamu tidak memperlakukan dia dengan baik. Seiring waktu, kata-kata tersebut akan menurunkan rasa percaya dirimu.
Ketika ada yang tidak beres, orang narsistik selalu menyalahkan orang lain atas dirinya, baik dalam hubungan maupun dalam bidang yang lain. Misal, saat dia kehilangan pekerjaannya, dia akan bilang kalau atasannyalah yang tidak adil.
Atau, dia akan mengatakan bahwa dia dicampakkan meskipun dia sudah banyak berkorban untuk mantannya. Dia akan bersikeras bahwa orangtuanya adalah alasan mengapa kehidupannya kini kacau. Dia punya banyak alasan untuk segala hal dan merasa seolah mereka adalah korban ketidakadilan dalam hidupnya.
Kalau kamu sedang bertengkar, dia akan berusaha menarik orang lain ke dalamnya agar kamu terpojokkan dan dialah yang benar. Dia mungkin melakukan ini dengan mengatakan, “teman-temanku setuju bahwa kamulah orang yang salah/tidak adil.”
Ia mencoba membuatmu merasa kurang yakin dengan pendirianmu. Tapi, jangan tertipu! Dia hanya ingin kamu diisolasi dari lingkungannya dan meyakinkan orang lain kalau bukan dialah yang salah.
Saat dia berbohong dan melakukan hal toxic, dia akan berdalih dengan menyatakan bahwa dirinya memiliki masalah dan kamu harus membantu menyelesaikannya. Masalah ini mungkin merupakan trauma yang pernah dia alami sebelumnya, seperti mantan yang selingkuh atau melakukan gaslighting.
Tapi, berhati-hatilah saat memercayai cerita dia tentang kesakitan dan penderitaan. Karena itu semua bisa jadi kebohongan lain yang ia karang.