Nama pakaian pakaian tradisional Jepang kimono tentu sudah tidak asing lagi untukmu. Ya, pakaian ini memang sudah populer sebagai pakaian tradisional negeri sakura itu.
Namun, tahukah kamu kalau pakaian tradisional Jepang ada banyak macamnya? Seperti di Indonesia yang punya banyak pakaian tradisional, Jepang pun juga demikian. Umumnya, pakaian tersebut dipakai pada saat acara atau musim tertentu di sana.
Supaya kamu nggak penasaran, simak macam-macam pakaian tradisional Jepang dan perbedaannya masing-masing di bawah ini.
Pakaian tradisional Jepang pertama yang paling populer tentu saja kimono. Pada masa lalu, pakaian ini dikenakan berlapis lapis untuk menggambarkan status sosial seseorang.
Kebanyakan dari mereka memakainya untuk acara formal, seperti pernikahan, pemakaman, maupun upacara tertentu. Nah, bahan dasar baju tradisional satu ini kebanyakan menggunakan rami, sutra, dan linen dengan berbagai pola serta aksesori.
Kalau kimono terkesan dengan pakaian yang formal, yukata cenderung lebih santai. Umumnya, yukata dikenakan selama festival musim panas di kota bersejarah Jepang, misalnya Kyoto.
Bahannya pun cenderung lebih ringan dan nyaman dipakai saat musim panas. Secara harga, yukata juga lebih murah daripada kimono. Namun pada mulanya, pakian ini dipakai tanpa pakaian dalam dan dililit menggunakan obi, lho.
Selanjutnya, happi adalah mantel pendek yang punya kesan kasual saat dipakai. Di zaman dulu, pakaian ini dipakai oleh para asisten rumah tangga dengan dilengkapi menggunakan ikat kepala. Namun saat ini, happi banyak dipakai saat festival.
Sedangkan hanten adalah mantel musim dingin yang punya lengan pendek dengan kerah khusus dan bantalan katun. Kerah dan bantalan itu digunakan untuk memberikan kehangatan selama musim dingin, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Pakaian tradisional Jepang uchikake dan shiromuku memang jarang diketahui karena merupakan pakaian pengantin. Uchikake dipakai sebagai jaket di atas kimono pada hari pernikahan mereka yang kebanyakan berwarna putih.
Nah, di bagian bawahnya, pengantin perempuan memakai shiromuku yang merupakan kimono putih paling formal. Pakaian tersebut biasanya dilengkapi dengan ikat kepala kain putih bernama tsunokakushi.
Samue dan jinbei juga merupakan pakaian santai tradisional yang terbuat dari katun atau rami. Pakaian ini terdiri dari satu set atasan dan celana yang serasi. Mulanya, samue dipakai oleh para biksu Buddha saat bekerja.
Sedangkan jinbei dipakai oleh para penduduk kota untuk keperluan sehari-hari. Keduanya memang mirip, tetapi ada perbedaan pada celananya. Celana samue panjang sampai mata kaki, sedangkan jinbei pendek di bawah lutut.
Kalau pakaian tradisional Jepang sebelumnya ada yang dipakai pada saat santai maupun formal, michiyuki justru dipakai untuk bepergian. Pakaian ini merupakan mantel tradisional yang dipakai di atas kimono untuk menghangatkan.
Michiyuki memang mirip dengan haori karena sama-sama dipakai di atas kimono, tetapi michiyuki lebih praktis dan sederhana. Ciri dari pakaian ini adalah garis leher yang berbentuk persegi dan diikat dengan kancing pada bagian depannya.