Saat atasanmu di kantor mengirimkan request pertemanan pada media sosial yang kamu punya, kira-kira apa yang kamu rasakan? Panik? Biasa saja? Kamu harus tahu bos tetaplah bos. Mau di dunia nyata ataupun di dunia maya, sosoknya selalu punya pengaruh dalam hidupmu. Berteman dengan atasan di media sosial memang ada dampak positifnya seperti hubunganmu dengannya menjadi lebih dekat dan kamu juga dapat kesempatan masuk dalam jaringan kerja yang menguntungkan. Namun, yang kamu harus perhatikan juga ada beberapa hal yang membuatmu berpikir dua kali untuk berteman dengan atasan di media sosial. Apa saja, kah itu?
Hari kerja yang penuh dengan segudang pekerjaan membuatmu sakit kepala. Kamu pun butuh untuk melarikan diri sejenak dari dunia kantor. Media sosial lah salah satu tempat yang bisa kamu pakai untuk melarikan diri. Kamu bisa melupakan soal pekerjaan dan membahas apapun yang kamu inginkan. Di dunia maya kamu hanya bertemu dengan teman lama dan teman baru, terbebas dari klien, rekan kerja, ataupun atasan yang menyebalkan. Bila kamu berteman dengan atasan di media sosial, bukannya kamu akan kehilangan tempat pelarianmu?
Seandainya kamu sudah berteman dengan atasanmu di media sosial. Lalu kemudian, atasanmu membagikan segala aktivitas perusahaan di media sosialnya. Baik itu momen penting ataupun info-info yang tidak terlalu penting lainnya. Sebagai bawahan yang baik, kamu pasti merasa tidak enak bila tidak me-retweet atau me-repost. Takutnya, atasanmu mempertanyakan loyalitasmu pada perusahaan saat kamu cuek dengan mengabaikan postingannya. Padahal kamu hanya tidak mau teman-temanmu di media sosial merasa terganggu dengan unggahan tentang kantormu.
Ketika kamu berteman dengan atasan di media sosial, selain harus meninggalkan
like di semua unggahannya sebagai wujud penghormatan kamu juga harus menjaga sikap. Kamu mulai kehilangan ruang gerakmu. Dulu, sebelum kamu berteman dengan atasan di media sosial, kamu dapat membagikan hal-hal yang konyol yang tidak perlu teman-teman sekantormu tahu. Sekarang kamu harus memfilter semua unggahan dengan ketat supaya
reputasimu terjaga. Kamu jadi orang yang pencitraan, deh.
Karakter atasanmu juga dapat menjadi pertimbangan untukmu apakah kamu harus berteman dengannya di media sosial atau tidak. Bila dia adalah sosok yang menyenangkan dan tahu benar bagaimana membedakan pekerjaan dengan kehidupan pribadi tidak masalah bagimu berteman dengannya di media sosial. Tapi kalau tidak?
Wah, bisa-bisa kalau kamu salah omong sedikit bisa
menjadi boomerang bagimu. Jadi perlu dipertimbangkan lagi, ya Bela!
Bagi atasanmu, berteman dengan bawahannya di media sosial selain untuk mendekatkan hubungan dengan bawahan juga sebagai sarana untuk memata-mataimu. Pastinya perusahaanmu ingin mengetahui seperti apa dirimu yang sebenarnya. Siapa tahu kamu selama ini hobi curhat mengenai kekacauan kantor di media sosial. Wah, kalau sampai ketahuan bisa bahaya, nih. Jadi, pilihan tidak berteman dengan atasan di media sosial adalah pilihan yang bijak.
Kamu hanyalah manusia biasa. Mengeluh adalah hal yang manusiawi. Saat kamu sedang stres, banyak pikiran, tapi tak ada teman yang mendengarkan, maka kamu menumpahkannya di media sosialmu. Meski tidak banyak yang peduli dengan masalahmu, setidaknya bebanmu sedikit teringankan. Dan mengeluh tentang pekerjaan di media sosial juga tidak bisa dipungkiri. Bila kamu berteman dengan atasanmu, bisa-bisa dia membaca semua postinganmu, tuh. Bahaya.