7 Perbedaan Fintech dan Bank Digital, Jangan Sampai Salah!

Fintech dan bank digital memiliki perbedaan dalam definisi, regulasi, dan sumber dana yang digunakan.
Proses pendaftaran dan syaratnya berbeda antara fintech dan bank digital, serta plafon pinjaman, bunga, dan tenor yang ditawarkan.
Layanan yang ditawarkan serta keamanan dana dan risiko juga menjadi perbedaan signifikan antara fintech dan bank digital.
Di era digital seperti sekarang, urusan finansial bisa dilakukan hanya lewat sentuhan jari. Nggak heran kalau layanan keuangan berbasis teknologi seperti fintech dan bank digital semakin populer di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Keduanya menawarkan solusi keuangan praktis tanpa harus datang ke kantor cabang. Tapi, meskipun tampak serupa karena sama-sama berbasis aplikasi, fintech dan bank digital punya perbedaan yang cukup signifikan, lho.
Mulai dari layanan yang ditawarkan, cara mereka mendapatkan sumber dana, hingga perlindungan hukum yang menyertainya—fintech dan bank digital punya keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Nah, sebelum kamu memutuskan ingin menabung, investasi, atau mengajukan pinjaman di salah satunya, yuk kenali lebih dalam lewat daftar perbedaan berikut ini!
1. Definisi dan regulasi yang berlaku

Fintech (Financial Technology) adalah perusahaan berbasis teknologi yang menghadirkan layanan keuangan non-bank seperti pinjaman online (P2P lending), e-wallet, atau paylater. Regulasi fintech diatur oleh OJK melalui POJK No. 10/2022.
Sementara itu, bank digital adalah institusi perbankan resmi yang menyediakan seluruh layanannya secara digital—tanpa cabang fisik. Mereka tetap tunduk pada peraturan ketat dari OJK dan Bank Indonesia, sama seperti bank konvensional.
*Fun fact: Beberapa bank digital lahir dari transformasi bank tradisional yang beradaptasi dengan perkembangan zaman!
2. Sumber dana yang digunakan

Fintech biasanya mengandalkan sistem peer-to-peer lending. Artinya, dana yang digunakan untuk memberikan pinjaman berasal dari pengguna lain (investor) yang ingin mendapat imbal hasil.
Sebaliknya, bank digital menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro, kemudian dikelola dan disalurkan kembali sebagai kredit atau pinjaman.
Dengan kata lain, jika kamu menaruh uang di bank digital, dana kamu dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Tapi kalau kamu jadi pendana di fintech? Risikonya lebih tinggi karena tak ada jaminan serupa.
3. Proses pendaftaran dan syaratnya

Proses pengajuan pinjaman atau pembukaan akun di fintech relatif mudah dan cepat. Cukup dengan KTP, slip gaji, dan kadang selfie sebagai verifikasi identitas, kamu sudah bisa mengakses layanan mereka.
Bank digital juga nggak kalah praktis, kok. Tapi biasanya memerlukan dokumen tambahan seperti NPWP atau bukti penghasilan untuk transaksi tertentu, terutama pinjaman atau kartu kredit.
*Popbela Tips: Gunakan fintech untuk kebutuhan jangka pendek dan cepat, tapi pertimbangkan bank digital untuk solusi keuangan jangka panjang.
4. Plafon pinjaman, bunga, dan tenor

Fintech menawarkan pinjaman dalam jumlah kecil hingga menengah dengan tenor singkat (misalnya 7 – 30 hari) dan bunga yang relatif tinggi karena risikonya pun lebih besar.
Sedangkan bank digital cenderung menawarkan limit yang lebih besar, bunga lebih rendah, dan tenor yang bisa panjang, bahkan hingga tahunan. Prosesnya mungkin sedikit lebih lama, tapi keamanannya lebih terjamin.
5. Layanan yang ditawarkan

Fintech biasanya fokus pada satu atau dua layanan saja seperti pembayaran digital, pinjaman dana cepat, atau investasi reksa dana. Praktis dan spesifik!
Bank digital justru seperti “bank all-in-one”. Selain menabung dan transfer, kamu bisa buka deposito, investasi, bahkan apply kartu debit atau kredit—all done in one app!
6. Keamanan dana dan risiko

Fintech memiliki risiko lebih tinggi, terutama jika kamu menjadi lender (pemberi dana). Ketika borrower (peminjam) gagal bayar, risiko tersebut bisa kamu tanggung sendiri.
Bank digital, sebagai lembaga resmi yang diawasi BI dan OJK, memberikan jaminan dana lewat LPS (hingga Rp2 miliar per nasabah). Jadi lebih aman untuk kamu yang nggak suka ambil risiko besar.
7. Fitur tambahan dan inovasi

Fintech sering menghadirkan fitur-fitur inovatif seperti paylater, e-money, atau integrasi dengan e-commerce. Cocok buat kamu yang aktif belanja online atau suka fleksibilitas.
Bank digital juga nggak ketinggalan! Banyak yang punya fitur budgeting, pengingat tagihan otomatis, hingga cashback atau promo eksklusif. Bahkan beberapa bank digital menawarkan bunga tabungan di atas rata-rata.
Fintech dan bank digital sama-sama membawa revolusi di dunia finansial. Fintech cocok untuk kamu yang butuh solusi cepat, praktis, dan fleksibel—terutama untuk pinjaman singkat atau transaksi harian. Sementara itu, bank digital lebih ideal untuk kamu yang ingin mengelola keuangan secara menyeluruh dan aman dalam jangka panjang.
Yang terpenting, pastikan kamu memilih layanan yang sudah terdaftar dan diawasi OJK ya, Bela! Karena keamanan dan kenyamanan dalam mengatur keuangan tetap jadi prioritas utama. So, kamu tim fintech atau bank digital?



















